ArtikelUmum

Adab Memberi Nasehat Kepada Kawan

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Adab Memberi Nasehat Kepada Kawan

Dalam kehidupan sosial di masyarakat, kita mengenal orang-orang yang dekat dengan kita, mereka adalah teman kita, karib atau sahabat dekat.
Sahabat yang baik tentunya adalah sahabat yang selalu mengajak kepada kebaikan, kebaikan duniawi dan terutama kabaikan kehidupan akhirat.

Sahabat yang baik juga adalah dia yang tak segan menegur dan memperingatkan sahabatnya ketika jatuh dalam kesalahan atau terpeleset dalam kemaksiatan, tidak membiarkannya, juga tidak mendukung kemungkaran tersebut.

Inilah sahabat yang baik menurut arahan Nabi sallallahu alaihi wa sallam, beliau mengatakan:

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.”
(HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Teman yang baik akan memberi pengaruh positif, dan teman yang buruk akan banyak memberi pengaruh negatif, maka pilah dan pilihlah dalam mencari teman, sebagaimana arahan dari Nabi kita sallallahu alaihi wa sallam.

Dalam al-Quran Allah juga menyebutkan bahwa teman-teman yang baik dan bertakwalah yang kelak akan kekal dikumpulkan di surga Allah ta’ala, sebaliknya, teman yang buruk akan mengantarkan kepada kebinasaan, kelak di akhirat mereka akan saling menyalahkan, karena ketika di dunia mereka saling bersama dan bertolong menolong dalam kemaksiatan, Allah berfirman:

ٱلْأَخِلَّآءُ يَوْمَئِذٍۭ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا ٱلْمُتَّقِينَ

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”.
(Al-Zukhruf: 67)

Dalam al-Tafsir al-Muyassar dikatakan maknanya:
“Orang-orang yang berteman akrab dalam kemaksiatan kepada Allah di dunia, sebagian dari mereka akan berlepas diri dari sebagian yang lain di Hari Kiamat, akan tetapi orang-orang yang berkawan di atas landasan takwa kepada Allah, maka perkawanan mereka tetap berlangsung di dunia dan akhirat”.
(Al-Tafsir Al-Muyassar juz:1 hal:494)

Untuk merealisasikan pertemanan yang abadi, kekal sampai surga Allah, tentunya sesama teman butuh untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar diantara mereka, istiqomah dalam kebaikan, saling mengingatkan jika ada kesalahan.

Meluruskan teman ketika salah inilah butuh yang namanya nasehat, dan butuh cara yang benar dalam menyampaikan nasehat tersebut, bisa jadi nasehat tersebut adalah nasehat yang baik, namun cara yang tidak tepat akan mengkaburkan semuanya, maka dirasa perlu kita untuk menengok pada arahan para ulama, diantaranya nasehat dari al-Imam al-Syafii tentang bagaimana cara menyampaikan nasehat yang tepat, begini arahan beliau:

تعَمَّدْني بِنُصْحك فِي انفرادي * وجَنِّبْني النصيحةَ في الجماعَةْ
فإنَّ النُّصحَ بين الناسِ نوعٌ * من التوبيخ لا أرضَى اسْتِماعَهْ
وإنْ خالفْتَني وعصيْتَ قولي * فلا تجزعْ إذا لم تُعطَ طاعَةْ

“Sengajalah menasehatiku saat ku sendiri
Jauhkan aku dari nasehat di depan khalayak ramai
Karena nasehat di tengah manusia itu bentuk mempermalukan
Dan aku tidak rela untuk mendengarkan
Jika perkataanku ini tidak engkau ikuti
Maka jangan kaget bila nasehatmu tidak ditaati”.
(Diwan al-Imam al-Syafii, lihat: https://www.aldiwan.net/poem24673.html)

Sejatinya maksud dari nasehat adalah tercapainya tujuan nasehat tersebut, sehingga yang dinasehati bisa kembali ke jalan yang benar, bukan tujuannya untuk menjatuhkannya, mendengar nasehat itu terkadang sudah menjadi sesuatu yang pahit, jadi perhatikanlah metode yang baik dalam menyampaikan, sampaikan bisikan nasehat dikala ia sendiri, gunakan tutur kata yang baik, tidak merendahkannya, kita berharap nasehat bisa diserap dan diterima oleh teman dan sahabat kita, bukan malah menjadi sesuatu yang merenggangkan hubungan.

Semoga yang sedikit ini bermanfat, mari saling nasehat menasehati, agar kita bisa senantiasa berkumpul tidak hanya di dunia saja, namun juga di akhirat, di surganya Allah ta’ala. aamiin.

Wallahu a’lam

Disusun oleh:
Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله



Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله
Beliau adalah Alumnus S1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta dan S2 Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله  
klik disini

Ustadz Setiawan Tugiyono, B.A., M.HI

Beliau adalah Alumni D2 Mahad Aly bin Abi Thalib Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Bahasa Arab 2010 - 2012 , S1 LIPIA Jakarta Syariah 2012 - 2017, S2 Universitas Muhammadiyah Surakarta Hukum Islam 2018 - 2020 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah, Dauroh Masyayikh Ummul Quro Mekkah di PP Riyadush-shalihin Banten, Daurah Syaikh Ali Hasan Al-Halaby, Syaikh Musa Alu Nasr, Syaikh Ziyad, Dauroh-dauroh lain dengan beberapa masyayikh yaman dll | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Belajar bersama dengan kawan-kawan di kampuz jalanan Bantul

Related Articles

Back to top button