Tata Cara Mengusap Sepatu (Khuf) Saat Safar

Tata Cara Mengusap Sepatu (Khuf) Saat Safar
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan pembahasan tentang tata cara mengusap sepatu (khuf) saat safar Selamat membaca.
Pertanyaan:
Bismillah, izin bertanya ustadz, maksud diusap pada sepatu itu diusaapnya pakai air atau tidak ya? Lalu dilakukannya berapa kali pengusapan ? Jazaakallahu khayran ustadz…
Ditanyakan oleh Santri Mahad BIAS
Jawaban:
Semoga Allah ta`ala selalu memberikan kepada kita hidayah dan taufiqNya.
Hendaknya cara dalam mengusap khuf atau sepatu atau kaos kakinya adalah:
- Tangan di basahi dengan air,
Bisa menggunakan salah satu tangan atau kedua tangannya secara bersamaan
Bila menggunakan satu tangan sebaiknya dimulai dari kaki kanan, kemudian ke kaki kirinya.
Bila menggunakan kedua tangannya bersamaan, maka keduanya di basahi, kemudian tangan kanan mengusap diatas kaki kanan dan tangan kiri diatas kaki kiri. Bukan di bawah sepatu, atau sampingnya atau di belakangnya.
2. Mengusap dengan jemari direnggangkan, mulai dari atas jemari kakinya dijalankan sampai sekitar betinya.
Dilakukan cukup dengan sekali usap.
Penjelasan
Sebagaimana yang kita ketahui, bagaimana indahnya Islam melalui kemudahan dan fleksibelitas dalam sebagian aturannya, terutama terkait hak Allah yang banyak memberikan kemudahan dan kelenturan dalam banyak hal, walaupun dari sisi lain larangan seseorang untuk meremehkan dan menggapangkan aturan yang telah ditetapkan.
Islam selalu melihat keluwesan dalam aturan aturannya. Diantara apa yang telah di syariatkan dalam masalah mengusap khuf dan apa yang dianalogkan kepada hukum khuf, dari sepatu, kaos kaki dan semisalnya.
Sehingga diperbolehkan bagi seseorang bila membutuhkan untuk mengusap khuf, sepatu atau kaos kakinya ketika berwudhu ia cukup mengusapnya. Sebagaimana dalil berikut tentang syariat mengusap khuf.
Antara lain dari hadits Al Mughiroh bin Syu’bah, ia berkata,
“Pada suatu malam di suatu perjalanan aku pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu aku sodorkan pada beliau bejana berisi air.
Kemudian beliau membasuh wajahnya, lengannya, mengusap kepalanya. Kemudian aku ingin melepaskan sepatu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun beliau berkata,
دَعْهُمَا ، فَإِنِّى أَدْخَلْتُهُمَا طَاهِرَتَيْنِ » . فَمَسَحَ عَلَيْهِمَا
“Biarkan keduanya (tetap kukenakan). Karena aku telah memakai keduanya dalam keadaan bersuci sebelumnya.” Lalu beliau cukup mengusap khufnya saja.
[HR. Ahmad 4/251, Bukhari no. 206 dan Muslim no. 274.]
Dalilnya adalah hadits dari ‘Ali bin Abi Tholib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ كَانَ الدِّينُ بِالرَّأْىِ لَكَانَ أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلاَهُ وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ.
“Seandainya agama itu dengan logika semata, maka tentu bagian bawah khuf lebih pantas untuk diusap daripada bagian atasnya. Namun sungguh aku sendiri telah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap bagian atas khufnya.”
[HR. Abu Daud no. 162. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.]
Dari Shafwan bin ‘Assal, ia berkata,
فَأَمَرَنَا أَنْ نَمْسَحَ عَلَى الْخُفَّيْنِ إِذَا نَحْنُ أَدْخَلْنَاهُمَا عَلَى طُهْرٍ ثَلاَثاً إِذَا سَافَرْنَا وَيَوْماً وَلَيْلَةً إِذَا أَقَمْنَا وَلاَ نَخْلَعَهُمَا مِنْ غَائِطٍ وَلاَ بَوْلٍ وَلاَ نَوْمٍ وَلاَ نَخْلَعَهُمَا إِلاَّ مِنْ جَنَابَةٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami untuk mengusap khuf yang telah kami kenakan dalam keadaan kami suci sebelumnya. Jangka waktu mengusapnya adalah tiga hari tiga malam jika kami bersafar dan sehari semalam jika kami mukim. Dan kami tidak perlu melepasnya ketika kami buang hajat dan buang air kecil (kencing). Kami tidak mencopotnya selain ketika dalam kondisi junub.” [HR. Ahmad 4/239]
Diantara cara melakukan khuf atau sepatu atau kaos kaki, diantara nya apa yang telah di sebutkan di dalam islamqa no fatawa 12796m sebagaimana yang dinukilkan dari penjelasan oleh Syekh Shalif Fauzan dan syekh Shalih Utsaimin,” Adapun cara mengusapnya
أما صفة المسح فهي : ” أن يضع أصابع يديه مبلولتين بالماء على أصابع رجليه ثمَّ يُمرُّهما إلى ساقه ، يمسح الرجل اليمنى باليد اليمنى ، والرجل اليسرى باليد اليسرى ، ويُفرِّج أصابعه إذا مسح ولا يكرر المسح ” . انظر الملخص الفقهي للفوزان 1/43
“Hendaknya meletakkan jari jemari kedua tangannya dalam keadaan basah dengan air ia letakkan diatas jemari kedua kakinya kemudian ia jalankan ke arah betisnya. Ia usap kaki kanannya dengan tangan kanan dan kaki kirinya dengan tangan kiri. Dengan posisi jemariya ia regangkan ketika mengusapnya dan tidak perlu ia ulangi ( cukup sekali).“ (kitab Mulakhos alfiqhy, syekh Shpleh Fauzan : 1/43)
Atau dengan cara yang lain, sebagaimana yang di jelaskan oleh Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah ta`ala di dalam fatwa yang sama,”
قال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله : ” يعني أن الذي يمسح هو أعلى الخف ، فيُمرّ يده من عند أصابع الرجل إلى الساق فقط ، ويكون المسح باليدين جميعاً على الرجلين جميعاً ، يعني اليد اليمنى تمسح الرجل اليمنى ، واليد اليسرى تمسح الرجل اليسرى في نفس اللحظة ، كما تمسح الأذنان ، لأن هذا هو ظاهر السنة ، لقول المغيرة بن شعبة رضي الله عنه : ” فمسح عليهما ” ، ولم يقل بدأ باليمنى بل قال : مسح عليهما ، فظاهر السنة هو هذا . نعم لو فرض أن إحدى يديه لا يعمل بها فيبدأ باليمنى قبل اليسرى ، وكثير من الناس يمسح بكلتا يديه على اليمنى وكلتا يديه على اليسرى ، وهذا لا أصل له فيما أعلم . …وعلى أي صفة مسح أعلى الخف فإنه يجزئ لكن كلامنا هذا في الأفضل .” أ.هـ. انظر فتاوى المرأة المسلمة ج/1 ص/250
“Yakni yang diusap adalah atas khuf, ia jalankan tangannya dari (atas punggung) jemari kakinya sampai dibetisnya saja. Ia usap dengan kedua tangannya secara bersamaan dan dalam satu waktu, yaitu tangan kanannya mengusap kaki kanannya dan tangan kirinya mengusap kaki kirinya, seperti ia ketika mengusap kedua telinganya, sesuai dengan dhahir dari hadist. Sebagaimana yang dikatakan oleh Mughirah ibnu Syubah radhiyallahu anhu,” Maka beliau ( Rasulullah sallahu `laihi waallam) mengusap diatasnya,” dan ia tidak katakan,” mulai dengan kanan.” bahkan ia katakan,” beliau usap diatas kedua (khuf) nya.” dan ini yang nampak dari dhahir nya hadist. Kalau di misalkan bahwa salah satu tangannya tidak ia gunakan, maka hendaknya ia mulai dengan kanannya sebelum tangan kirinya. Dan (didapatkan) banyak dari manusia mengusap dengan kedua tangannya diatas kaki kanannya dan dengan kedua tangannya diatas kaki kirinya, maka ini tidak ada asalnya, sejauh yang aku ketahui…Sehingga bagaimanapun cara (seseorang) mengusap diatas khufnya maka itu telah mencukupi, dan apa yang kami jelasakan (cara diatas) maka itu yang lebih utama.” ( Fatawa almaraah muslimah : 1: 250)
Wallahu a`lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله
Jum’at, 30 Rabiul Akhir 1444H / 25 November 2022 M
Ustadz Mu’tashim Lc., M.A.
Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mu’tashim Lc., M.A. حفظه الله klik di sini