FiqihIbadah

Sholat Ied Di Masjid, Bolehkah?

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

Sholat Ied Di Masjid, Bolehkah?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Sholat Ied Di Masjid, Bolehkah? selamat membaca.

Pertanyaan:

Di kampung saya setiap kali shalat ied orang sekampung melaksanakannya di masjid. Apakah ini tidak mengapa atau saya harus mencari yg melaksanakan shalat ied di lapangan?? Dan apabila saya haid bolehkah saya menyaksikan shalat ied tanpa masuk masjid?

Ditanyakan oleh Santri Mahad Bimbingan Islam


Jawaban:

bismillah..

pada dasarnya pelaksanaan shalat dilakukan di tanah lapang, sebagaimana yang Rasulullah dan para sahabatnya contohkan. sebagaimana hadist dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu dia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلَاةُ ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُومُ مُقَابِلَ النَّاسِ وَالنَّاسُ جُلُوسٌ عَلَى صُفُوفِهِمْ

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar (untuk melaksanakan shalat) pada hari raya ‘Îdul Fithr dan ‘Îdul Adha menuju tanah lapang, maka yang pertama kali Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan adalah shalat ’Îed, kamudian setelah selesai Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri (untuk berkhutbah) di hadapan kaum Muslimin dan mereka (tetap) duduk di shaf-shaf mereka … Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu berkata, “Kemudian sunnah itu terus dilakukan kaum Muslimin sampai di Jaman (pemerintahan) Marwan bin al-Hakam…” [HR. Al-Bukhâri, no. 913 dan Muslim, no. 889]

Imam an-Nawawi berkata, “Hadits ini merupakan dalil bagi Ulama yang mengatakan bahwa dianjurkan keluar menuju tanah lapang untuk melaksanakan shalat ‘Îd dan bahwa melaksanakannya di tanah lapang lebih utama daripada melaksanakannya di masjid. Pendapat inilah yang diamalkan oleh kaum Muslimin di hampir semua kota, kecuali penduduk Mekkah…” [Kitab Syarh Shahîh Muslim, 6/177]

Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani rahimahullah berkata, “Hadits ini dijadikan sebagai argumentasi bahwa dianjurkan keluar menuju shahra’ (tanah lapang) untuk melaksanakan shalat ‘Îd dan bahwa itu lebih utama daripada melaksanakannya di masjid, karena Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa melaksanakannya di tanah lapang, padahal keutamaan (shalat) di masjid Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (sangat besar)” [Kitab Fat-hul Bâri, 2/450]

Syaikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Melaksanakan shalat ‘Îd di masjid tanpa ‘udzur syar’i dimakruhkan (dibenci dalam Islam) karena perbuatan ini menjadikan luputnya tujuan besar (disyariatkannya shalaat ‘Îd), yaitu memperlihatkan dan menampakkan syi’ar Islam (yang agung) ini dan ini adalah tujuan yang dituntut dalam syariat Islam. Sebagaimana telah kami jelaskan sebelumnya bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan (semua kaum Muslimin) untuk keluar menuju tanah lapang meskipun (dalam kondisi) sulit. Maka ini menunjukkan perhatian besar (Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menampakkan syi’ar Islam ini) dengan keluarnya kaum Muslimin (menuju tanah lapang).” [Kitab “asy-Syarhul mumti’ ‘ala zaadil mustaqni’” (2/387)].

Baca Juga:  Hukum Shalat Ghaib Dalam Islam

Sehingga, sebaiknya melakukan shalat ied di tanah lapang sebagaimana praktek yang dilakukan oleh Nabi dan para salafusshalih dalam masalah ini, terkecuali ada keadaan yang mendesak, karena hujan, atau karena adanya wabah yang memaksa untuk dilakukan di masjid atau dirumah atau ditempat tertentu.

Terkait dengan kehadiran di luar masjid, insyaallah diperbolehkan. Namun tetap berusaha mencari jamaah kaum muslimin yang menjalankan shalat ied di tanah lapang bila memungkinkan sebagaimana yang Rasulullah perintahkan kepada para wanita dari para sahabat yang sedang menstruasi untuk tetap menghadari pelaksanaan shalat ied.

Sebagaimana riwayat dari Ummu ‘Athiyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِى الْفِطْرِ وَالأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاَةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ. قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِحْدَانَا لاَ يَكُونُ لَهَا جِلْبَابٌ قَالَ « لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا ».

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami agar mengajak serta keluar melakukan shalat Idul Fithri dan Idul Adha para gadis, wanita haidh dan wanita yang sedang dipingit. Adapun mereka yang sedang haidh tidak ikut shalat, namun turut menyaksikan kebaikan dan menyambut seruan kaum muslimin. Saya bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, di antara kami ada yang tidak memiliki jilbab.” Beliau menjawab: “Hendaknya saudaranya yang memiliki jilbab memberikan pinjaman untuknya.” (HR Al Bukhari (324) dan Muslim (890))

Wallahu ta`ala a`lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله

Rabu, 19 Jumadil Akhir 1444H / 11 Januari 2023 M 


Ustadz Mu’tashim Lc., M.A.
Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mu’tashim Lc., M.A. حفظه الله klik di sini

Ustadz Mu’tasim, Lc. MA.

Beliau adalah Alumni S1 Universitas Islam Madinah Syariah 2000 – 2005, S2 MEDIU Syariah 2010 – 2012 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Syu’bah Takmili (LIPIA), Syu’bah Lughoh (Universitas Islam Madinah) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Taklim di beberapa Lembaga dan Masjid

Related Articles

Back to top button