Anda Lelah Berkerja? Jangan Mengeluh, Rutinkah Baca Ini!

Anda Lelah Berkerja? Jangan Mengeluh, Rutinkah Baca Ini!
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Anda Lelah Berkerja? Jangan Mengeluh, Rutinkah Baca Ini! selamat membaca.
Pertanyaan:
Bismillah.. Izin bertanya Ustadz.. Ana seorang IRT yg memiliki 3 anak balita yg mengurus semua pekerjaan rumah sendiri, ditambah saya juga harus membantu mengurus warung sembako yg ada dirumah.
Suami berjualan dipasar, sedangkan suami menuntut saya untuk dpt melakukan semuanya. Termasuk masak agar pengeluaran tidak bengkak. Suami tidak memaksa dan tidak marah jika ada yg tidak saya tunaikan.
Saya merasa blm maksimal menjadi ibu dlm mendidik anak2 karena keterbatasan tenaga dan waktu. Jika saya mengeluh sayapun takut untuk membuat suami kecewa. Apa yg harus saya utamakan Ustadz? Jazakumullahu khayran
Ditanyakan oleh Sahabat AISHAH (Akademi Shalihah)
Jawaban:
Mengurusi rumah tangga memang cukup melelahkan. Memasak, membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan mengasuh anak-anak adalah rutinitas tiap hari ibu rumah tangga, belum lagi ditambah mengurus warung di rumah.
Tugas kita di dunia adalah beribadah untuk mengabdi beribadah kepada Allah. Sehingga hendaklah kita jadikan semua aktivitas kita bertujuan mencari keridhoan Allah.
Lelah letihnya seorang ibu dalam mengandung, melahirkan dan membesarkan seorang anak bisa berbuah pahala di sisi Allah jika diiringi dengan niat yang benar demi mengharapkan ridha Allah. sehingga pada hakikatnya, ibadahnya tidaklah berkurang, namun berubah menjadi ibadah lainnya.
Dan tatkala seorang wanita yang baru menjadi ibu, apalagi punya anak 3, umur balita semua, merasa capek, tidak sesantai dahulu, tidak bisa juga beribadah seperti dulu, memperbanyak sholat sunnah misalnya, karena sudah kelelahan siang harinya mengurus anak-anak sehingga tidak bisa istirahat, kita harapkan dirinya tetap mendapatkan pahala ibadahnya dahulu. Rasulullah ﷺ bersabda:
إذا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا
“Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR. Bukhari : 2996).
Dalam setiap aktivitas kita, harapkanlah surga dan balasan terbaik dari Allah Ta’ala, jika kita merasa capek, cepat lelah dalam tugas dan kewajiban rumah tangga, anda juga bisa meminta bantuan suami dalam urusan mengelola warung tadi, sampaikan dengan santun dan penuh adab, juga tak kalah penting bacalah dzikir yang dahulu diajarkan kepada anaknya Fatimah radhiyallahu ‘anha.
Ali bi Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa istrinya, Fatimah pernah mengeluh kepadanya. Ia merasa bahwa pekerjaan menggiling gandum dengan batu demikian berat baginya. Suatu ketika, Fatimah mendengar bahwa Rasulullah mendapat seorang budak.
Fatimah pun mendatangi rumah ayahnya dalam rangka meminta budak tadi sebagai pembantu baginya. Akan tetapi Rasulullah sedang tidak ada di rumah. Fatimah lantas mendatangi ummul mukminin Aisyah dan menyampaikan hajatnya.
Ketika Rasulullah berada di rumah Aisyah, ia menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah. Rasulullah lantas mendatangi kami (Ali dan Fatimah) saat kami telah berbaring di tempat tidur. Mulanya, kami hendak bangun untuk menghampiri beliau, namun beliau menyuruh kami tetap berada di tempat.
“Maukah kutunjukkan kalian kepada sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?” tanya beliau. “Jika kalian berbaring di atas tempat tidur, maka ucapkanlah takbir (Allahu akbar) 34 kali, tahmid (alhamdulillah) 33 kali, dan tasbih (subhanallah) 33 kali. Itulah yang lebih baik bagi kalian daripada pembantu yang kalian minta.” lanjut Nabi (HR. Bukhari dan Muslim).
Subhanallah, ternyata puteri tercinta Rasulullah demikian berat ujiannya. Pun begitu, beliau tak segera memenuhi keinginan puterinya tadi. Namun beliau mengajarkan sesuatu yang lebih bermanfaat baginya dari seorang pembantu. Sesuatu yang menjadikannya semakin dekat dan bertawakkal kepada Allah. Itulah wirid pelepas lelah.
Mengapa wirid tadi lebih baik dari pembantu?
Menurut al-Hafizh Badruddien al-‘Aini, alasannya ialah karena wirid berkaitan dengan akhirat, sedangkan pembantu berkaitan dengan dunia. Dan tentunya, akhirat lebih kekal dan lebih afdhal dari dunia. Atau, boleh jadi maksudnya ialah bahwa dengan merutinkan bacaan wirid tadi, keduanya akan mendapat kekuatan lebih besar untuk melakukan berbagai pekerjaan; melebihi kekuatan seorang pembantu.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah juga berpendapat senada. Menurut beliau, siapa yang rajin membaca wirid tadi di waktu malam, niscaya tidak akan kelelahan. Alasannya karena Fatimah mengeluh kecapaian kepada Rasulullah, lalu Rasulullah mengarahkannya agar membaca wirid tadi. Akan tetapi, menurut al-Hafizh Ibnu Hajar, penafsirannya tidak harus seperti itu.
Hadis ini tidak berarti bahwa rasa lelah pasti hilang bila seseorang rutin membacanya. Namun boleh jadi maksudnya ialah bila seseorang rutin mengamalkannya, maka ia tidak akan terkena madharat walaupun banyak bekerja. Pekerjaan itu juga takkan terasa berat walaupun ia merasa lelah karenanya.
Baca juga artikel selengkapnya: https://bimbinganislam.com/letih-dan-capek-mengurus-keluarga-adalah-ibadah/
Wallahu Ta’ala A’lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Kamis, 29 Ramadhan 1444H / 20 April 2023 M
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits), Dewan konsultasi Bimbingan Islam
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Fadly Gugul حفظه الله تعالى klik disini