KonsultasiMuamalah

Apakah Anak Berdosa, Jika Menerima Nafkah dari Harta Riba?

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Apakah Anak Berdosa, Jika Menerima Nafkah dari Harta Riba?

Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ 

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه

Semoga Allah ‘Azza wa Jalla selalu menjaga ustadz dan keluarga.

Ustadz, apakah seorang anak terkena dosa riba ketika orang tuanya memberikan fasilitas dan nafkah dari hasil riba?
Misalnya nafkah harian, juga fasilitas berupa motor yang seseorang itu gunakan dan hp yang diberikan orang tuanya dibeli lewat kredit yang mengandung riba.

Syurkon wa jazākallāhu khayran.

(Disampaikan Admin Sahabat BiAS, T08 G-03)


Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.

Tidak mengapa si anak menerima nafkah dari orang tuanya meski orang tuanya memberikan nafkah kepada anaknya dari hasil riba. Karena keharaman riba ini hanya berlaku untuk pelaku riba, jika sudah berpindah tangan dengan cara halal maka halal bagi pihak kedua.

Seperti seorang anak menerima nafkah dari orang tuanya meskipun itu uang riba. Tetapi anak menerimanya bukan dengan cara riba tetapi dengan cara yang halal yaitu nafkah. Imam Ibnu Utsaimin menyatakan tatkala ditanya tentang anak yang diberi nafkah orang tuanya dari hasil yang haram :

أقول : خذوا النفقة من أبيكم ، لكم الهناء وعليه العناء ؛ لأنكم تأخذون المال من أبيكم بحق ؛ إذ هو عنده مال وليس عندكم مال ، فأنتم تأخذونه بحق ، وإن كان عناؤه وغرمه وإثمه على أبيكم فلا يهمكم ، فها هو النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم قبل الهدية من اليهود ، وأكل طعام اليهود ، واشترى من اليهود ، مع أن اليهود معروفون بالربا وأكل السحت ، لكن الرسول عليه الصلاة والسلام يأكل بطريق مباح ، فإذا ملك بطريق مباح فلا بأس

انظر مثلاً بريرة مولاة عائشة رضي الله عنهما ، تُصَدِّق بلحم عليها ، فدخل النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم يوماً إلى بيته ووجد البُرمة -القدر- على النار ، فدعا بطعام ، فأتي بطعام ولكن ما فيه لحم ، فقال : ألم أر البرمة على النار؟ قالوا : بلى يا رسول الله ، ولكنه لحم تُصدق به على بريرة . والرسول عليه الصلاة والسلام لا يأكل الصدقة ، فقال : (هو لها صدقة ولنا هدية) فأكله الرسول عليه الصلاة والسلام مع أنه يحرم عليه هو أن يأكل الصدقة ؛ لأنه لم يقبضه على أنه صدقة بل قبضه على أنه هدية

“Aku katakan ambillah nafkah dari ayah kalian, nikmat bagi kalian dan siksa bagi ayah kalian (pelaku riba). Karena kalian mengambil harta dari ayah kalian dengan cara yang benar. Ayah kalian memiliki harta dan kalian tak punya harta. Dan kalian mengambilnya dengan cara yang benar.

Meski siksanya, tanggungannya dan dosanya menjadi tanggung jawab ayah kalian jangan kalian risaukan. Ini dia Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menerima hadiah dari Yahudi, memakan makanan Yahudi, beliau juga membeli dari Yahudi. Padahal Yahudi dikenal dengan praktek riba serta kecurangan.

Akan tetapi Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memakannya dengan cara yang boleh. Apabila seseorang memiliki harta itu dengan cara yang boleh maka tidak mengapa.

Lihat misalnya Barirah maula Aisyah radhiyallahu anhuma, ia diberikan sedekah berupa daging. Lantas Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke rumah dan melihat panci sedang  dipanasi. Beliau lantas meminta untuk didatangkan makanan. Lantas didatangkan makanan tetapi tidak ada dagingnya. Beliau lantas bertanya :

Bukankah aku tadi melihat panci yang dipanasi ?

Orang-orang menjawab : Benar wahai Rasulullah akan tetapi daging itu statusnya sedekah untuk Barirah. Sedangkan rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak boleh memakan sedekah. Beliau berkata : Daging itu statusnya sedekah bagi Barirah dan menjadi hadiah bagi kita.

Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam lantas memakannya padahal beliau dilarang dari memakan sedekah. Akan tetapi beliau mendapatkannya bukan sebagai sedekah akan tetapi sebagai hadiah.”
(Al-Liqa’ Asy-Syahri : 16/45).

Meski demikian si anak harusnya tetap mendakwahi orang tuanya agar berhenti dari praktek riba. Mengingatkannya, menasehatinya dengan lemah lembut, penuh santun. Mengajaknya menghadiri pengajian, mendoakan kebaikan serta hidayah baginya di waktu-waktu yang mustajabah.

nafkah riba

Wallahu a’lam
Wabillahit taufiq

Dijawab dengan ringkas oleh :
Ustadz Abul Aswad Al Bayati, حفظه الله تعالى
Kamis, 21 Dzulhijjah 1440 H / 22 Agustus 2019 M



Ustadz Abul Aswad Al-Bayati, BA.
Dewan konsultasi Bimbingan Islam (BIAS), alumni MEDIU, dai asal klaten
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Abul Aswad Al-Bayati حفظه الله  
klik disini

Ustadz Abul Aswad Al Bayati, BA.

Beliau adalah Alumni S1 MEDIU Aqidah 2008 – 2012 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Dauroh Malang tahunan dari 2013 – sekarang, Dauroh Solo tahunan dari 2014 – sekarang | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Koordinator Relawan Brigas, Pengisi Kajian Islam Bahasa Berbahasa Jawa di Al Iman TV

Related Articles

Back to top button