KonsultasiUmum

Yang Benar Silaturrahim atau silaturahmi ya?

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Yang Benar Silaturrahim Atau Silaturahmi Ya?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Yang Benar Silaturrahim atau silaturahmi ya?
selamat membaca.


Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Allah ‘Azza wa Jalla selalu menjaga ustadz dan keluarga. Saya mau bertanya ustadz.

Mohon maaf, sering dengar dan baca ada dua istilah antara “silaturrahim” & “silaturahmi” yang benar yang mana ya ustadz? Terimakasih

(Disampaikan oleh Fulan)


Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.

Banyak kita dapati dalam bahasa indonesia kata-kata serapan yang diambil dari bahasa lain, termasuk diantaranya yang terbanyak adalah dari asal kata bahasa arab, seperti waktu, zaman, majelis, musyawarah, saat, dan lain sebagainya.

Perbedaan bahasa antara indonesia dan arab, juga perbedaan cara pelafalan/pembacaannya berpengaruh pada hasil serapan kata yang akan diadopsi dalam bahasa kita, kemampuan orang indonesia dalam melafalkan kata-kata tersebut dan cara penulisannya akan mempengaruhi hasil kata serapan, jika ia bisa membaca dengan benar, maka ejaan penulisan katanya akan benar, jika ia tidak membaca dengan benar, maka ejaan penulisannya nanti akan berbeda.

Contoh yang bisa kita ambil adalah seperti yang ditanyakan, yaitu antara “silaturrahim” dan “silaturahmi”, mana yang benar?

Kalau kita tengok asal katanya dalam bahasa arab, kata “Silaturrahim” ditulis dengan [صِلَةُ الرَّحِمِ]. Jika kita beri harakat lengkap, cara membacanya: Silaturrahimi.
Jika kita pisah, terdiri dari dua kata: silah, [arab: صِلَةُ] yang artinya sambungan/hubungan dan rahim [arab: الرَّحِم] artinya rahim, tempat janin sebelum dilahirkan. Istilah ini diambil asalnya dari sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam dalam hadist:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ؛ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barang siapa menginginkan untuk diluaskan rizkinya serta diundur ajalnya; hendaklah ia bersilaturrahim/menyambung tali kekerabatannya”.
(H.R.Bukhari & Muslim)

Jadi kalau lebih tepatnya secara ejaan dari bahasa arab, harusnya adalah dengan penyebutan “silaturrahim” sesuai dengan cara bacanya dalam bahasa arab.

Namun kalau kita tengok dalam KBBI ternyata cara penulisannya berbeda, justru di KBBI malah yang sesuai eyd adalah “silaturahmi” berikut kutipannya:


silaturahmi/si·la·tu·rah·mi/ n tali persahabatan (persaudaraan): malam –; tali –;

bersilaturahmi/ber·si·la·tu·rah·mi/ v mengikat tali persahabatan (persaudaraan): mereka – ke rumah sanak saudaranya, lihat: https://kbbi.web.id/silaturahmi


Terus bagaimana yang benar? Sebenarnya tidak perlu diperdebatkan, jika yang diinginkan oleh orang yang menulis atau yang mengucapkan adalah maksud dari lafadz tersebut, maka selagi maksudnya sama (yaitu menyambung tali kekerabatan), tidak ada masalah mau mengucapkan dengan “silaturrahim” ataupun “silaturahmi” karena dalam kaidah dikatakan:

لا مشاحة فى الاصطلاح

“Tidak ada perdebatan dalam istilah (jika hakihatnya sama)”

Atau kaidah:

العبرة بالحقائق لا بالمسميات

“Yang dinilai adalah hakikatnya, bukan nama yang digunakan”

Jadi silahkan menggunakan ibarat kata “silaturrahim” ataupun “silaturahmi”, sah-sah saja, toh maksudnya sama.

Namun jika ada orang yang ingin menulis tulisan ilmiah, seperti skripsi, tesis dan atau makalah misalnya, lebih baik ia menulis sesuai dengan ejaan yang telah disempurnakan dalam kamus besar bahasa indonesia, karena kata tersebut sudah diserap menjadi bahasa indonesia, maka kita pilih sesuai dengan ejaan yang telah diakui dalam bahasa kita. Wallahu a’lam.

Disusun oleh:
Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله



Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله
Beliau adalah Alumnus S1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta dan S2 Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله 
klik disini

Ustadz Setiawan Tugiyono, B.A., M.HI

Beliau adalah Alumni D2 Mahad Aly bin Abi Thalib Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Bahasa Arab 2010 - 2012 , S1 LIPIA Jakarta Syariah 2012 - 2017, S2 Universitas Muhammadiyah Surakarta Hukum Islam 2018 - 2020 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah, Dauroh Masyayikh Ummul Quro Mekkah di PP Riyadush-shalihin Banten, Daurah Syaikh Ali Hasan Al-Halaby, Syaikh Musa Alu Nasr, Syaikh Ziyad, Dauroh-dauroh lain dengan beberapa masyayikh yaman dll | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Belajar bersama dengan kawan-kawan di kampuz jalanan Bantul

Related Articles

Back to top button