KeluargaKonsultasiManhajZakat

Zakat Dengan Uang Haram, Bagaimana Hukumnya?

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

Zakat Dengan Uang Haram, Bagaimana Hukumnya?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang zakat dengan uang haram, bagaimana hukumnya?
selamat membaca.


Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Ustadz dan keluarga selalu dalam kebaikan dan lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ustadz, saya mau bertanya. Bagaimana hukumnya jika uang yang digunakan untuk berzakat kepada anak-anak panti asuhan itu uang haram? Apakah orang yang berzakat tersebut tetap mendapatkan pahala?

Saya bertanya karna ibu saya membeli penglaris untuk usaha yang akan dibuka pada waktu dekat ini. Saya bingung mau bagaimana mengingatkan ibu saya. Sebelumnya saya sudah bilang jangan, tapi ibu bilang uangnya nanti dipakai untuk membantu anak-anak panti asuhan dan orang tidak mampu.
Saya tahu kalo uang itu haram, tapi saya tidak berani bilang karna takut ibu saya marah. Sebaiknya apa yang harus saya lakukan? Gimana cara agar hati ibu says luluh dan segera sadar min??

(Disampaikan oleh Fulan, penanya dari media sosial bimbingan islam)


Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.

1- Zakat Dan Sedekah Harus Dengan harta Halal

Zakat dan sedekah termasuk ibadah yang besar pahalanya. Termasuk memberikan zakat atau sedekah ke panti asuhan anak-anak miskin atau yatim.
Akan tetapi selain niat yang ikhlas, zakat dan sedekah harus menggunakan harta yang halal. Di dalam sebuah hadits yang shohih diriwayatkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu kecuali yang thoyyib (baik).“
(HR. Muslim no. 1015; Tirmidzi, no. 2989; Ahmad, no. 8348).

Di dalam hadits lain disebutkan:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: “لَا تُقْبَلُ صَلَاةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ وَلَا صَدَقَةٌ مِنْ غُلُولٍ

Dari Ibnu Umar, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tidaklah diterima shalat tanpa bersuci, tidak pula sedekah dari ghulul (harta haram)”
(HR. Muslim no. 224; Tirmdzi, no. 1; Ibnu Majah, no. 272; Ahmad, no. 4700).

Oleh karena itu di dalam hadits lain, Nabi menyaratkan penerimaan sedekah dengan harta yang thoyib (bersih; baik).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ، وَلاَ يَقْبَلُ اللَّهُ إِلَّا الطَّيِّبَ، وَإِنَّ اللَّهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهِ، كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ، حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الجَبَلِ

Dari Abu Hurairah rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa bersedekah dengan sebutir kurma dari hasil kerja yang baik, dan Allah tidak akan menerima kecuali yang baik, maka sesungguhnya Allah akan menerima sedekah itu dengan tangan kanan-Nya, lalu Dia membesarkannya untuk kebaikan orang yang bersedekah, sebagaimana seseorang dari kamu membesarkan anak kuda sehingga akan menjadi semisal gunung.”
(HR. Bukhori, no. 1410, 7430; Muslim no. 1014).

Dengan keterangan ini jelas, bahwa zakat dan sedekah tidak akan diterima jika dilakukan dengan harta yang haram.

2- Meminta Penglaris Kepada Dukun, Dosa Besar

Merupakan kesalahan sebagian orang ketika melakukan usaha, seperti bukan warung, atau lainnya, kemudian pergi ke dukun untuk meminta “penglaris”, sesuatu yang bisa menjadikan dagangannya laris manis.

Pergi ke dukun, kemudian meminta atau bertanya sesuatu, dan membenarkannya, adalah bentuk dosa besar. Pelakunya telah melakukan perbuatan kufur ashghor (kekafiran kecil; kekafiran yang tidak mengeluarkan dari agama Islam), dan sholatnya selama 40 hari tidak diterima oleh Alloh Ta’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

“Barangsiapa mendatangi ‘arraaf lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, tidak akan diterima darinya sholat 40 hari.”
(HR. Muslim, no: 2230)

Dalam hadits lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَتَى حَائِضًا أَوْ امْرَأَةً فِي دُبُرِهَا أَوْ كَاهِنًا فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Barangsiapa mendatangi (yakni menggauli/mengumpuli) wanita haidh atau mendatangi (yakni menggauli/mengumpuli) wanita pada duburnya atau mendatangi kaahin (dukun), maka dia telah kafir kepada (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam”.
(HR. Tirmidzi, no. 135; Abu Dawud, no. 3904; Ibnu Majah, no. 639; Ahmad, no. 10167. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Kemudian perlu diketahui bahwa yang dimaksudkan dengan dukun di sini adalah yang bahasa arabnya adalah kaahin atau ‘arraf, yaitu orang yang mengaku-ngaku mengetahui perkara ghoib, apa yang akan terjadi, tempat barang hilang, pencuri barang, isi hati orang, dan semacamnya. Walaupun di masyarakat dikenal dengan sebutan kyai, orang pintar, orang tua, atau lainnya.

3- Penglaris Bisa Menyebabkan Syirik

Alloh adalah Ar-Rozzaq, Yang Maha Memberi Rizqi. Allah Ta’ala berfirman memberitakan tentang diriNya:

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

“Sesungguhnya Allah Dialah Ar-Razzaaq (Maha Pemberi rezki) Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.”
(QS. Adz-Dzaariyyat/51: 58)

Ketika seorang hamba mengetahui bahwa Allah Maha Memberi rizqi, dan bahwa seluruh makhluk tidak menguasai rizqinya, maka itu mendorongnya untuk banyak berdoa memohon rizqi kepadaNya semata. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.”
(QS. Al- ‘Ankabuut/29: 17)

Dan jangan sampai menggantungkan rizqi kepada penglaris dari dukun atau lainnya, ini bisa merupakan kemusyrikan.

Sesungguhnya Allah menanggung rizqi semua makhluk selama hidup di dunia. Oleh karena itu selama masih hidup, maka Allah tetap menghantarkan rizqi untuk sarana kehidupannya. Maka di dalam mencari rizqi jangan sampai mencarinya dengan cara yang haram. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan tentang hal ini kepada umatnya.

Baca Juga:  Apakah Penuntut Ilmu Syar'i Berhak Menerima Zakat "Fii Sabilillah"?

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ، فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا، فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ، خُذُوا مَا حَلَّ، وَدَعُوا مَا حَرُمَ

Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai manusia bertakwalah kepada Allah dan lakukan cara yang baik dalam mencari rezeki. Karena sesungguhnya satu jiwa tidak akan mati sehingga dia mendapatkan semua rezekinya, walaupun rezeki tersebut lambat sampai kepadanya. Maka bertakwalah kepada Allah dan lakukan cara yang baik dalam mencari rezeki, ambillah rezeki yang halal dan tinggalkanlah rezeki yang haram”
(HR. Ibnu Majah, no. 2144. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)

Jika penglaris itu wujudnya “jimat” yang diyakini bisa membawa keberuntungan atau menolak kesialan, maka ini merupakan syirik yang dilarang. Di dalam sebuah hadits disebutkan:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ

Dari Abdulloh (bin Mas’ud) dia berkata: Aku mendengar Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya jampi-jampi (mantra-mantra), tamimah-tamimah, dan tiwalah (aji pengasihan) itu kemusyrikan”.
(HR. Abu Dawud, no: 3883; Ahmad, juz 1, hlm 381; Ibnu Majah, no: 3530; Al-Hakim juz 4, hlm 418. Dishohihkan Syaikh Al-Albani di dalam Silsilah Ash-Shohihah, no: 331)

Ibnu Hajar berkata: “Tamimah adalah manik-manik atau kalung yang digantungkan pada kepala, dahulu di zaman jahiliyah mereka (bangsa Arab) meyakini bahwa hal itu dapat mencegah musibah-musibah”. (Fathul Bari, juz 10, hlm: 166)

4- Menasehati Orang Tua

Sesungguhnya termasuk bakti anak kepada orang tua adalah dengan memberikan nasehat atau saran kebaikan kepadanya. Dan tentu, nasehat anak kepada orang tua, berbeda caranya dengan nasehat orang tua kepada anak. Marilah kita perhatikan nasehat yang disampaikan oleh Nabi Ibrohim ‘alaihis salam kepada ayahnya.
Alloh Ta’ala berfirman:

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا (41) إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَاأَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا (42) يَاأَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا (43) يَاأَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا (44) يَاأَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا (45)

“Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Qur’an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi.
Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya: “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun?
Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.
Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.
Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan”.
(QS. Maryam/19: 41-45)

Kita lihat di sini, bagaimana Nabi Ibrohim ‘alaihis salam utusan Alloh, memberikan nasehatnya kepada bapaknya dengan lemah lembut.

Beliau menyampaikan bahwa patung yang disembah itu tidak bisa mendengar, melihat, dan memberi manfaat. Di awal pembicaraan, beliau tidak menyatakan bahwa bapaknya sesat.
Beliau juga menyampaikan bahwa telah datang ilmu kepadanya yang belum datang kepada bapaknya. Beliau tidak menyatakan bahwa bapaknya bodoh.

Beliau juga mengingatkan agar bapaknya tidak menyembah setan yang durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.

Beliau juga menampakkan kasih sayang kepada bapaknya, dengan menyatakan khawatir bahwa bapaknya akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, karena menjadikan setan sebagai kawan.

Begitulah dakwah lemah lembut Nabi Ibrohim ‘alaihis salam kepada bapaknya. Namun hidayah taufiq hanya di tangan Alloh. Bapaknya menolaknya, bahkan mengancamnya dengan keras.
Alloh Ta’ala berfirman:

قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَاإِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا

Berkata bapaknya: “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama”.
(QS. Maryam/19: 46)

Namun bagaimana sikap Nabi Ibrohim ‘alaihis salam menghadapi ancaman dan sikap keras bapaknya?
Alloh Ta’ala berfirman:

قَالَ سَلَامٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا (47) وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَى أَلَّا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا 

“Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.
Dan aku akan menjauhkan diri dari padamu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku”.
(QS. Maryam/19: 47-48)

Maka anda bisa meniru metode Nabi Ibrohim ‘alaihis salam. Sampaikan penjelasan kami di atas dengan bahasa antum dengan santun dan lemah lembut.
Setelah itu serahkan hasilnya kepada Alloh Yang Maha Kuasa, dan teruslah mendoakan hidayah untuk orang tua anda, sesungguhnya hati manusia itu di tangan Alloh, dan Dia berkuasa membolak-balikan sesuai dengan kehendak-Nya.
Jika orang tua marah, bersikaplah dengan sabar dan lembut, serta mengalah, seperti teladan Nabi Ibrohim ‘alaihis salam yang mulia.
Kami ikut berdoa, semoga usaha anda dimudahkan oleh Alloh Ta’ala.

Wallahu a’lam.

Disusun oleh:
Ustadz Muslim Al-Atsari حفظه الله
Senin, 02 Rabiul Awwal 1442 H/ 19 Oktober 2020 M



Ustadz Muslim Al-Atsari حفظه الله
Beliau adalah Pengajar di Pondok Pesantren Ibnu Abbas As Salafi, Sragen
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Muslim Al-Atsari حفظه الله 
klik disini

Akademi Shalihah Menjadi Sebaik-baik Perhiasan Dunia Ads

Ustadz Muslim Al-Atsary

Beliau adalah Pengajar di Pondok Pesantren Ibnu Abbas As Salafi, Sragen

Related Articles

Back to top button