Tafsir Surat Al-Fatihah (Ayat 1-7)

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan Tafsir Surat Al-Fatihah. Selamat membaca.
Muqoddimah
Tulisan berseri berikut ini merupakan tulisan Syaikh Prof. Dr.Ashim al Qaryuti hafizhahullah yang disarikan dari Tafsir As Sa’di. Tulisan ini diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh beberapa penuntut ilmu di Indonesia, hafizhahumullah.
Syaikh Prof. Dr. Ashim al Qaryuti hadizhahullah adalah guru besar ilmu hadits di Universitas Imam Malik bin Su’ud, Riyadh, Saudi Arabia. Beliau juga salah seorang murid Imam Al Albani rahimahullah.
Semoga bermanfaat.
====
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Penyayang
Tafsir Surat Al-Fatihah
Termasuk dari surat Makkiyah (Turun sebelum hijrah Rasulullah ke Madinah)
Surat Al-Fatihah memiliki beberapa nama yang ma’ruf/terkenal, antara lain:
- Fatihatul Kitab, dinamakan dengan Fatihatul Kitab karena Surat ini menjadi pembuka dalam Al Quran Al ‘Azhim.
- Ummul Qur’an, dinamakan dengan Ummul Qur’an karena surat ini adalah pokok Al Qur’an darinyalah Al Quran dimulai.
- As Sab’u Matsani, dinamakan dengannya karena surat ini diistimewakan saat sholat. Engkau selalu membacanya disetiap rakaat sholat.
Tafsir Al-Fatihah Ayat 1
سْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
(1) Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
{ بِسْمِ } maknanya adalah aku awali dengan menyebutkan nama Allah atau katakanlah olehmu dengan menyebut nama Allah.
{ اللَّهِ} adalah nama yang khusus untuk Allah Ta’ala saja, tidak ada selain Allah yang dinamai dengan nama tersebut. Dia adalah Tuhan yang disembah. Dialah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi. Hanya Allah yang disifati dengan sifat-sifat yang sempurna, disembah dengan cara yang benar tanpa menduakanNya.
{ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } adalah dua NamaNya yang menunjukkan rahmatNya yang luas.
Tafsir Al-Fatihah Ayat 2
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
(2) Segala Puji Bagi Allah, Tuhan alam semesta
FirmanNya { الْحَمْدُ لِلَّهِ } maksudnya adalah yang pantas untuk dipuji hanyalah Allah ‘Azza Wa Jalla, pujian atas nikmat yang dilimpahkan untuk hamba-hambaNya, pujian atas kesempurnaan sifat-sifatNya. Pada ayat ini terdapat perintah untuk hambaNya untuk memuji Allah karena hanya Allah semata yang layak untuk dipuji.
{ رب العالمين} yaitu Dia adalah Raja yang mengatur segalanya dan mengatur semua urusan mahluknya
{ العالمين} maksudnya adalah jin, manusia, dan seluruh mahluknya.
Tarbiyah (pengaturan) Allah terhadap manusia ada dua jenis:
- Tarbiyyah ‘Ammah, yaitu tarbiyyah yang ditujukkan untuk semua makhluk dengan seluruh nikmatnya, seperti proses penciptaan melalui berkembanganya anggota tubuh mereka hingga mereka menjadi dewasa, berkembangnya kekuatan jiwa dan akal mereka, dan pemberian rezeki kepada mereka serta berbagai nikmat lainnya.
- Tarbiyyah dinniyyah, yaitu bentuk tarbiyyah yang dikhususkan untuk para wali Allah yang beriman berupa taufik dan menempuh jalan kebenaran. Sebagian dari mereka menyeru –di jalan Allah- kepada manusia hal-hal yang diperlukan untuk menyempurnakan akal dan mensucikan jiwa mereka.
Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 3
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
(3) Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Maksudnya adalah dua nama Allah yang mengandung penetapan sifat rahmah (pengasih) untuk Allah sesuai keagunganNya. Kedua sifat tersebut menunjukkan bahwa Allah mempunyai sifat rahmat yang luas yang rahmatNya meliputi segala sesuatu dan melingkupi seluruh kehidupan. Allah berikan rahmatNya kepada orang bertakwa, para Nabi dan RasulNya. Begitu pula orang-orang yang ingkar, mereka juga mendapatkan rahmatNya.
Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 4
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
(4) Pemilik Hari Pembalasan
Sesungguhnya Allah adalah satu-satunya Raja pada hari kebangkitan, hari pembalasan atas segala perbuatan.
Tafsir Ayat 5
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
(5) Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan
Kami hanya beribadah kepadaMu semata. Kami meminta tolong dalam semua urusan hanya kepadaMu semata. Segala sesuatu atas kehendakNya, tiada satupun yang mampu mengusik sedikit saja kehendakNya.
Ibadah adalah sebuah nama yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhai oleh Allah berupa tindakan dan perkataan baik yang nampak secara lahiriah dan di dalam hati (batin).
Pengertian Isti’anah (meminta tolong) adalah bersandar pada Allah Ta’alaa untuk mendatangkan manfaat dan menolak bahaya disertai keteguhan hati terhadap hasil yang ia dapatkan.
Pada ayat ini terdapat dalil bahwa seorang hamba tidak boleh memalingkan segala jenis ibadah seperti doa, istighatsah, menyembelih, dan Thawaf kecuali hanya untuk Allah semata.
Ayat ini juga mengandung obat bagi hati yang selalu bergantung kepada selain Allah, obat hati dari penyakit riya’, ujub, dan sombong. Beribadah kepada Allah dan meminta tolong padaNya adalah sarana menuju kebahagiaan yang hakiki dan sarana agar selamat dari segala kejelekan. Tiada jalan keselamatan kecuali dengan melakukan keduanya.
Tafsir Ayat 6
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
(6) Tunjukkanlah kami jalan yang lurus
Maksudnya adalah bimbing kami dan tunjukkanlah kepada kami jalan yang terang benderang menuju Allah Ta’ala dan surgaNya. Jalan tersebut adalah mengetahui & mengamalkan kebenaran. Jalan itu adalah kokoh menetapi jalan islam dan meninggalkan selain Islam. Seorang mukmin tetap harus meminta ini meskipun dia adalah seorang mukmin, dalam artian ia meminta lebih banyak atau tambahan hidayah. Hidayah tersebut mencakup hidayah tentang segala sesuatu yang mendetail dalam agama ini baik berupa ilmu dan amalan.
Doa ini adalah salah satu doa yang paling komprehensif dan paling bermanfaat bagi seorang hamba. Oleh karena itu, seseorang harus berdoa kepada Allah dengannya setiap rakaat shalat karena seorang hamba sangat membutuhkannya.
Tafsir Ayat 7
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
(7) (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
{صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ} tuntunlah kami ke jalan yang lurus, jalan para Nabi, As-Shidiqin , para syuhada, dan orang-orang saleh bukan jalan-jalan orang-orang yang dimurkai {الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ}. Mereka adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran namun tidak mengamalkannya, seperti Yahudi dan sejenisnya. Bukan pula jalan orang-orang yang sesat {الضَّالِّينَ} yaitu orang-orang yang meninggalkan kebenaran karena kebodohan dan kesesatan, seperti orang-orang Nasrani dan sejenisnya.
Disunnahkan bagi para pembaca setelah selesai membaca Al-Fatihah dalam sholat untuk mengatakan “Aamiin” yang artinya “Ya Allah, dengarkanlah dan kabulkanlah”
Ringkasan Isi Surat al-Fatihah:
Surat ini memuat hal-hal yang tidak terdapat pada satu surat lain di Al Quran. Surat ini berisikan jenis-jenis tauhid:
- Tauhid Rububiyyah diambil dari {رَبِّ الْعَالَمِينَ} yang artinya pengatur alam semesta. Kemudian,
- Tauhid Ilahiyyah adalah mengesakan Allah dalam segala peribadatan. Tauhid ini juga ada pada ayat {إِيَّاكَ نَعْبُدُ} yang artinya hanya kepadaMu kami menyembah.
- Tauhid asma wa shifat adalah tauhid yang menetapkan kesempurnaan sifat-sifat Allah yang mana Allah tetapkan sifat tersebut padaNya dan Rasulnya juga tetapkan, tanpa adanya Ta’thil (penolakan sifat), Tamtsil (permisalan), Tasybih (penyerupaan). Bukti hal tersebut ada pada lafazh {الْحَمْدُ} yang artinya segala pujian.
Surat ini juga mengandung penetapan kenabian, yaitu pada firmanNya {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ yang artinya Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. Karena tidak mungkin (adanya petunjuk) tanpa adanya risalah kenabian.
Surat ini juga menetapkan adanya hari pembalasan terhadap amalan-amalan, hal ini terdapat pada firman Allah { مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ} yang artinya penguasa pada hari pembalasan. Sesungguhnya balasan yang ia dapatkan sangatlah adil, karena kata “Ad-Diin” maksudnya adalah balasan disertai dengan keadilan.
Surat ini juga berisikan bantahan terhadap Ahlul Bid’ah dan pengikut kesesatan. Hal ini termaktub dalam firmanNya: { اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ} yang mana maksudnya ialah mengenali kebenaran dan mengamalkannya. Setiap mubtadi’ (pembuat bid’ah) dan orang yang sesat menyelisihi ayat tersebut. Bentuk mengikhlaskan seluruh peribadatan dan beristi’anah (meminta tolong) kepada Allah semata juga termaktub, sebagaimana firmaNya { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} “PadaMu kami menyembah dan kepadaMu kami meminta pertolongan”.
Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta Allah.
Diterjemahkan: Ustadz Herbi Yuliantoro
Murojaah: Ustadz Amrullah Akadhinta