FiqihIbadah

5 Bacaan Tasyahud Yang Di Sunnahkan

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

5 Bacaan Tasyahud Yang Di Sunnahkan

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang 5 Bacaan Tasyahud Yang Di Sunnahkan. selamat membaca.

Pertanyaan:

Bolehkah kita mengucap “Attahiyatul mubarokatus sholawatut toyyibatu lillah, Assalamu alaika ayyuhan nabiy yu warahmatullah…, Assalamu alaina wa ala ibadikahis sholihin, dst…. “, di mana setelah ‘warahmatullah‘ tidak diikuti dengan ‘wabarakatuh‘?

Ditanyakan oleh Santri Mahad Bimbingan Islam


Jawaban:

Bismillah
Hukumnya boleh, walaupun yang terbaik adalah dengan membaca lengkap sesuai yang disebutkan dalam riwayat hadist yang lebih kuat.

Dengan melihat dari beberapa dasar terkait dengan masalah tasyahud yang telah diajarkan oleh nabi dan dinukilakan oleh para sahabatnya ada beberapa lafadz, ada beberapa riwayat yang diajarkan antara lain pada riwayat berikut,”

Pertama, sebagaimana hadist Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

عَلَّمَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – وَكَفِّى بَيْنَ كَفَّيْهِ التَّشَهُّدَ ، كَمَا يُعَلِّمُنِى السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ .وَهْوَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْنَا ، فَلَمَّا قُبِضَ قُلْنَا السَّلاَمُ . يَعْنِى عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم

“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengajariku tasyahud–dan telapak tanganku berada di dalam genggaman kedua telapak tangan beliau–sebagaimana beliau mengajariku surah dalam Al-Quran: (artinya: Segala ucapan selamat, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya)’. Bacaan itu kami ucapkan ketika beliau masih ada di antara kami. Adapun setelah beliau meninggal, kami mengucapkan ‘as salaamu ‘alan nabiy (shallallaahu ‘alaihi wa sallam).” (HR. Bukhari, no. 6265).

Kedua, sebagaimana hadits Ibnu ‘Abbas.

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

“Segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya)” (HR. Muslim, no. 403).

Ketiga, sebagaimana dari riwayat ibnu Umar, dengan shalawat :

التَّحِيّاتُ للهِ، الصَّلَواتُ الطَّيِّباتُ، السَّلامُ عَلَيْكَ أيُّها النَّبِيُّ ورَحْمَةُ اللهِ وبَرَكاتُهُ – وبَرَكاتُهُ – السَّلامُ عَلَيْنا وعَلى عِبادِ اللهِ الصّالِحِينَ، أشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلّا اللهُ – وحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ – وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسُولُهُ ) رواه أبو داود (971) وصححه الألباني.(

Ke empat, tasyahud yang diriwayatkan oleh Abu Musa al`asyari, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dengan lafadz,”

التحيات الطيبات الصلوات لله، السلام عليك أيها النبي ورحمة الله وبركاته، السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين، أشهد أن لا إله إلا الله، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله “.

Kelima, Tasyahud yang diajarkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha,”

التحيات الطيبات الصلوات الزاكيات لله السلام على النبي ورحمة الله وبركاته….

Kemudian di lanjutkan dengan lafadz yang ada pada Ibnu Mas`ud. (HR. Malik di muwattha`, albaihaqi dan di shahihkan albaani)

Berbagai lafadz diatas adalah bentuk lafadz tasyahud yang disunnahkan untuk dibaca secara sempurna.

Bila ada yang kurang, dari lafadz yang dibaca seperti pada kata “wabarokatuhu” maka hukumnya tidak mengapa, selama lafadz tersebut masih dalam bingkai lafadz yang disebutkan dalam beberapa riwayat.

Menukilkan apa yang telah disebutkan di dalam islam qa pada fatwa no 262502 disebutkan dengan pertanyaan yang sama,” Apa hukumnya dalam shalat bagi seseorang yang membaca di tasyahud pertengahan dan tasyahud akhir,” assalamu alaika ayyuhannabiyyu warahmatullah” tanpa membaca”wabarokatuh” begitupula membaca,” asyhadu an laa ilaha illallahu wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah,” tanpa membaca,”wahdahu laa syarikaalahu” . saya ingin tahu bentuk lafadz minimal yang sah pada setiap tasyahhud, yang di pertengahan ataupun yang di akhir (rakaat)?”.

Baca Juga:  Hukum Mencampur Pakaian Najis Dalam Mesin Cuci

Di jawab di dalamnya,” Para ulama menyebutkan bahwa tasyahhud di dalam shalat ada lafadz yang wajib dan ada lafadz yang mustahab (sunnah).

Yang pertama,” bentuk lafadz yang wajib, di mana dibaca sebatas mencukupkan diri dengan apa yang telah disepakati dalam riwayat-riwayat yang ada, diantaranya adalah tasyahud yang disebutkan dalam sebagaian riwayat tanpa tambahan lafadz “ wabarokatuh”. juga di sebutkan tanpa ada tambahan lafadz,” wahdahu laa syarika lahu.” sebagai ganti dari “ abdahu warasuluhu.”

Dan telah berkata ahlul ilmu rahimahumullah,” apabila ia menggugurkan satu kata yang tidak di sebutkan dalam sebagian tasyahhud yang di riwayatkan maka sah tasyahudnya.”

Berkata Ibnu Quddamah setelah beliau menguatkan tasyahud nya ibnu Mas`ud,” dan bila bertasyahud dengan selainnya, maka ia boleh, karena Nabi shallallahu alaihi wasallam ketika mengajarkan kepada para sahabatnya dengan berbagai macam lafadz, yang menunjukkan bolehnya (untuk membaca) semuanya, sebagaimana qira’ah dalam alquran yang berbeda beda.

Berkata alqadhi,” dan ini menunjukkan bahwa bila ia menggugurkan satu kata, dimana memang tidak di sebutkan dalam riwayat riwayat tasyahhud maka tasyahudnya sah.”

Dengan ini, maka boleh /sah untuk membaca lafadz yang paling pendek seperti pada lafadz,”

التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، السَّلَامُ عَلَيْك أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ –

atau :

أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّه

(kitab almughni : 1/385).

وقال ابن مفلح ” الْوَاجِبُ خَمْسُ كَلِمَاتٍ، وَهِيَ: التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، سَلَامٌ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ، سَلَامٌ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَوْ رَسُولُ اللَّهِ ؛ لِأَنَّ هَذَا يَأْتِي عَلَى مَعْنَى الْجَمِيعِ، وَهُوَ الْمُتَّفَقُ عَلَيْهِ فِي الرِّوَايَاتِ ” انتهى من “المبدع” (1/412) .

Berkata Ibnu Muflih,” yang wajib ( dibaca ) ada 5 kata, antara lain : attahiyatu lillah, salaamun alaika ayyuhannabiyyu wa rahmatulah, salamun alaina wa alaa ibadhillah shalihin, asyhadu anlaa ilaaha illallahu, dan wa asyhadu anna Muhammadan Abdhu warosuluh atau Rasulullah. Karena ini telah mencakup terhadapasemua makna. Dan ia yang disepakai dalam riwayat riwayat.” 1/142

وقال النووي : ” وَأَقَلُّهُ: (التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، سَلَامٌ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، سَلَامٌ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ) . وَقِيلَ يَحْذِفُ : (وَبَرَكَاتُهُ)، وَ: (الصَّالِحِينَ) ” انتهى من “المجموع” (3/455) .

Berkata Imam Nawawi, “ (paling minimalnya) dengan membaca,”

التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، سَلَامٌ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، سَلَامٌ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ”

(dan menurut riwayat lain dengan membuang lafadz) “ wabarokatuhu ( dan lafadz ) wasshalihin . (almajmu : 3/455).

Dan lebih utama seseorang yang shalat untuk mencukupkan diri dengan apa yang wajib, dengan tidak membuang kata ,” ” والصلوات والطيبات “ sebagaimana yang telah disebutkan di semua riwayat.

Dan adapun bentuk lafadz yang kedua, lafadz yang mustahab (disunnahkan) di mana ketika membaca tasyahhud dengan menggunakan lafadz yang telah di sebutkan oleh nabi shallahu alaihi wasallam secara lengkap. Dan di sunnahkan untuk menjalankan secara variatif/semua dengan bergantian, dimana terkadang membaca ini, dan membaca yang litu pada waktu lain.”.

Lihat :

الصيغة المجزئة من التشهد في الصلاة

Wallahu ta`ala a`lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله

Rabu, 19 Jumadil Akhir 1444H / 11 Januari 2023 M 


Ustadz Mu’tashim Lc., M.A.
Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU

Akademi Shalihah Menjadi Sebaik-baik Perhiasan Dunia Ads

Ustadz Mu’tasim, Lc. MA.

Beliau adalah Alumni S1 Universitas Islam Madinah Syariah 2000 – 2005, S2 MEDIU Syariah 2010 – 2012 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Syu’bah Takmili (LIPIA), Syu’bah Lughoh (Universitas Islam Madinah) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Taklim di beberapa Lembaga dan Masjid

Related Articles

Back to top button