
Semua Karena Allah
Hijrahku adalah karena Allah.
Niat karena Allah.
Beramal karena Allah.
Berdakwah karena Allah.
Berkarya karena Allah.
Bersabar karena Allah.
Taat karena Allah.
Infak… Sedekah… Ngaji… Zakat.. Shalat…
Puasa… Haji… Karena Allah
Sungguh suatu sebab dan akibat yang indah jika dirasa, ia bagai air yang tenang, menenangkan kalbu yang gundah.
Saudaraku semua amalan yang wajib dan sunnah adalah karena Allah.
Orang baik tetap akan bersikap baik meskipun keaadaannya tak tentu.
Orang yang dermawan tetaplah dermawan meskipun ia jatuh fakir.
Orang yang pemaaf tetaplah pemaaf walaupun ia dizholimi.
Orang yang pecinta tetaplah pecinta walaupun ia diabaikan bahkan tersakiti.
Orang yang sabar berdakwah di pedalaman tetaplah dikenal penduduk langit meskipun tak memiliki banyak jadwal kajian dan semua orang bisa membacanya.
Orang yang tulus tetaplah tulus walaupun ia diremehkan bahkan disepelekan.
Orang yang ikhlas tetaplah berbudi walaupun ia diremehkan.
Tatkala qasidahku mulai berbunyi, ketahuilah wahai saudaraku diantara penggugur qasidahku adalah pujian (riya’) dan sanjungan.
Namun betapa indahnya jika sesuatu kau kerjakan karena Allah, bukankah itu sempurna!?.
Oleh karena itu ia telah memilih sifat-sifat itu sebagai jalan menuju Allah. Sehingga beragam kondisi takkan merubah apapun dari pilihan sikapnya itu.
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata,
“Hendaknya engkau senantiasa menjadikan tujuanmu adalah sampai kepada Allah -azza wa jalla-. Ia merupakan puncaknya segala puncak. Jika engkau menjadikan (perkara) ini sebagai tujuan, demi Allah, engkau akan melupakan dunia dan siapa saja yang ada didalamnya.
Jika engkau jadikan tujuanmu adalah agar engkau sampai kepada Alloh, engkau menolong agama Allah, mencintai dan membenci karena Allah, maka sungguh engkau kelak akan sampai pada puncak (tujuan), bahkan engkau akan mendapatkan kenikmatan hidup dan kehidupan yang bahagia di dunia ini.” (Syarah al-Kafiyah asy-Syafiyah: 1/221)
Niat karena Allah dalam menuntut ilmu
Cobalah direnungkan wahai saudaraku, betapa banyak mereka yang belajar Islam, namun hasilnya kosong belaka. Karena semuanya bukan karena Allah. Padahal ikhlas dalam belajar harus memenuhi empat hal berikut:
1. Belajarnya untuk menghilangkan kebodohan pada diri sendiri
2. Belajarnya untuk menghilangkan kebodohan pada orang lain
3. Belajarnya untuk menghidupkan dan menjaga ilmu
4. Belajarnya untuk mengamalkan ilmu
Saudaraku bukankah indah tatkala ilmu yang disemai dalam kalbu atas dasar keikhlasan!? Dan ia akan langgeng? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
ُوَمَا لَا يَكُوْنُ لَهُ لَا يَنْفَعُ وَلَا يَدُوْم
“Segala sesuatu yang tidak didasari ikhlas karena Allah, pasti tidak bermanfaat dan tidak akan kekal.” (Dar-ut Ta’arudh Al ‘Aql wan Naql, 2: 188).
Jika engkau mulai berhijrah maka lakukanlah karena Allah, dosa yang tlah menumpuk, masa lalu yang kelam, hingar-bingar dunia yang menyibukkan, fitnah dan syubhat yang menyakitkan. Itu semua adalah penyakit penghalang hijrah.
Saudaraku Ingatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disebutkan oleh salah seorang sahabat,
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad 5: 363. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Saudaraku … marilah kita semua berhijrah kepada Allah. Cobalah berusaha meninggalkan sesuatu karena Allah, ingat karena Allah semata, maka rasakan bagaimana nikmat luar biasa yang kan Allah berikan. Allahua’lam.
Ditulis Oleh:
Ustadz Abu Ruwaifi’ Saryanto, S.Pd.I. حفظه الله
(Kontributor Bimbinganislam.com)
Ustadz Abu Ruwaifi Saryanto, S.Pd.I.
Da’i mukim Yayasan Tebar Da’i Mukim di Bandungan, Alumni STAI Ali Bin Abi Thalib,
Mahasiswa Magister Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Abu Ruwaifi klik disini