Adab & Akhlak

Dia Tidak Mau Memaafkan, Bagaimana Sikap Kita?

Dia Tidak Mau Memaafkan, Bagaimana Sikap Kita?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan pembahasan apabila dia tidak mau memaafkan, bagaimana sikap kita? Selamat membaca.


Pertanyaan:

Bismillah, Ustadz. Jika kita pernah berbuat salah kepada seseorang. Lalu kita sudah berusaha meminta maaf. Jika dia tidak mau memaafkan atau tidak merespon maaf kita. Apa yang selanjutnya harus kita lakukan? Jazaakallahu khairan.

(Ditanyakan oleh Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS)


Jawaban:

Bismillah.

Menjadi kewajiban seseorang yang berbuat salah untuk berusaha meminta maaf, sebagai wujud usaha menggugurkan dosa dari kesalahan yang pernah dilakukan.

Itulah yang diperintahkan oleh Islam dalam menjaga hubungan antar manusia dan juga hubungan kepada Allah untuk tunduk dan taat terhadap segala aturan dan ketetapan Allah.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

“Sesungguhnya kelembutan jika ada dalam sesuatu, maka akan membuat sesuatu menjadi indah. Namun jika kelembutan itu lepas, maka akan membuat sesuatu jadi jelek.” (HR. Muslim, no. 2594)

Allah () berfirman: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (QS. Ali ‘Imran: 159)

Namun juga perlu diperhatikan ketika berusaha untuk meminta maaf, perhatikan niat dan cara meminta maaf. Tidak ada meminta maaf, sehingga orang yang kita minta kehalalannya/maafnya rela memberikannya tanpa ada kecurigaan dan penyesalannya karena telah memberikan maaf.

Bila usaha telah optimal, dan tidak berkenan memberikan maaf, maka tidak mengapa. Semoga Allah memaafkan kita semua.

Namun sekali lagi, sikap dan adab terus harus diperhatikan, tidak perlu marah dan murka ketika ditolak di awal. Bersabarlah, berdoa dan berusaha di waktu lain untuk terus mendekati dan meminta maaf dari kesalahan, berharap akhirnya mau menerima dan memaafkan dengan tulus, karena melihat keseriusan dan penyesalan dengan apa yang telah terjadi.

Bila usaha seperti ini kita lakukan, terharap pihak yang tidak mudah memaafkan, insyaallah dan berharap Allah memaafkan kesalahan yang pernah kita kerjakan.

Sambil kita mengambil hikmah ke depannya, lebih berhati-hati tidak membuat kesalahan, apalagi kesalahan fatal dalam bermuamalah kepada manusia.

Begitu pula membuktikan, bagaimana rahmatnya Allah, yang mudah memaafkan para hambaNya yang serius dan tulus mau bersimpuh dan meminta maaf kepadaNya.

Di sisi lain, hikmah yang bisa didapat, bagaimana anjuran islam untuk mudah memberikan maaf kepada pihak yang telah melakukan kesalahan, terlebih kepada orang yang tidak sengaja bersalah.

Bila telah menampakkan penyesalan dalam berbuat salah, bila tidak ada efek negatif yang ditimbulkan , maka bermudahlah untuk memaafkan, baik diminta ataupun tidak.

Karena betapa banyak ayat dan hadist yang menyuruh kita untuk suka memberikan maaf kepada pihak yang telah melakukan kesalahan. Sebagaimana firman Allah ta`ala,”

Allah azza wa jalla berfirman,

وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۗاِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ ٣٤ وَمَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا الَّذِيْنَ صَبَرُوْاۚ وَمَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا ذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ ٣٥

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Dan sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS. Fushshilat: 34—35)

Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan,

“Apabila engkau berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepadamu, kebaikan ini akan menggiring orang yang berlaku jahat itu merapat denganmu, mencintaimu, dan condong kepadamu. Dengan demikian, dia (akhirnya) menjadi temanmu yang dekat.

Ibnu Abbas radhiallahu anhuma mengatakan, ‘Allah azza wa jalla memerintah orang beriman untuk bersabar kala marah, bermurah hati ketika diremehkan, dan memaafkan saat diperlakukan jelek. Apabila mereka melakukan ini, Allah azza wa jalla menjaga mereka dari (tipu daya) setan. Musuh pun tunduk kepadanya sehingga menjadi teman yang dekat’.” (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim 4/109)

Allah azza wa jalla mencintai orang yang memaafkan karena memberi maaf termasuk berbuat baik kepada manusia. Allah azza wa jalla juga mencintai orang yang berbuat baik, sebagaimana firman-Nya,

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134)

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ

“Sedekah (hakikatnya) tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambah seorang hamba karena memaafkan kecuali kemuliaan, dan tiada seorang yang rendah hati (tawadhu) karena Allah kecuali diangkat oleh Allah.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu anhu)

Semoga Allah menjadikan kita bagian dari para hamba yang mudah meminta maaf dan memaafkan kesalahan manusia, berharap kita menjadi seorang hamba yang mulia, di maafkan segala dosa dan kesalahan kita oleh Allah,

Wallahu a`lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله
Rabu, 8 Dzulqo’dah 1443 H/8 Juni 2022 M


Ustadz Mu’tashim Lc., M.A.
Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mu’tashim Lc., M.A. حفظه الله klik di sini

Ustadz Mu’tasim, Lc. MA.

Beliau adalah Alumni S1 Universitas Islam Madinah Syariah 2000 – 2005, S2 MEDIU Syariah 2010 – 2012 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Syu’bah Takmili (LIPIA), Syu’bah Lughoh (Universitas Islam Madinah) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Taklim di beberapa Lembaga dan Masjid

Related Articles

Back to top button