Contoh Konkrit Bid’ah Dan Tentang Dzikir Pagi Sore

Pertanyaan:
بسم الله الرحمن الر حيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
- Ustadz, contoh perbuatan bid’ah itu apa saja? Contoh konkritnya seperti apa?
- Do’a pagi sore pada al-mat’surat apakah boleh kita baca. Dan doa pagi sore yang sesuai tuntunan Nabi yang mana. Agar tidak salah membaca doa pagi sore.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
شُكْرًا جَزَاك اللَّهُ خَيْرًا
Ditanyakan oleh Sahabat BiAS T05 G-41
Jawaban :
Contoh perbuatan bid’ah adalah setiap ritual yang diada-adakan dan diklaim sebagai sebuah ajaran agama, padahal aslinya ia bukan ajaran agama karena tidak memiliki landasan dalil akan pensyariatannya seperti peringatan kematian 100 hari, 1000 hari dan lain-lain.
Adapun Al-Ma’tsurat tidak boleh dibaca karena ia memuat banyak sekali hadits-hadits yang palsu dan lemah. Sebagai gantinya bisa kita baca buku Dzikir Pagi Dan Petang karya Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawwaz -Hafidzahullah yang mencukupkan diri dengan dzikir-dzikir yang shahih dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Berkaitan dengan masalah bid’ah ini, secara lebih jelas dan teliti lagi Imam Asy-Syatibi mendefinisikan makna bid’ah sebagai berikut :
فَالْبِدْعَةُ إِذَنْ عِبَارَةٌ عَنْ: طَرِيقَةٍ فِي الدِّينِ مُخْتَرَعَةٍ، تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوكِ عَلَيْهَا الْمُبَالَغَةُ فِي التَّعَبُّدِ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ.
“Metode di dalam meniti kehidupan beragama, dan metode ini merupakan sesuatu yang diada-adakan serta menyerupai syariat, ia dilaksanakan dengan maksud berlebih-lebihan di dalam beribadah kepada Allah.” (Al-I’tisham : 1/50).
Contoh real dari bid’ah ini banyak sekali, mencakup semua hal yang diada-adakan dalam agama dan diklaim sebagai bagian dari agama padahal tidak memiliki dalil pensyariatan dari Al-Qur’an dan Sunnah. Ia bisa berupa perbuatan maupun keyakinan.
Yang berupa perbuatan seperti peringatan kematian 1000 hari. Ritual ini diada-adakan, dan dianggap ia bagian dari agama islam. Pada hakikatnya ia bukan ajaran islam sama sekali, karena tidak diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak pernah dikerjakan oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Bid’ah yang berupa keyakinan seperti keyakinan pocong yang tidak dilepas talinya bisa hidup kembali ke dunia menjelma menjadi hantu gentayangan. Keyakinan ini dia-adakan, dan menyerupai ajaran agama karena erat hubungannya dengan tata cara pengurusan jenazah. Allah ta’ala berfirman :
حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ * لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ*
“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan. (Qs. Al Mu’minuun : 99-100).
Lebih jauh tentang Al-Ma’tsurot kami nukilkan komentar ulama’ tentangnya, Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i ditanya :
ما حكم الذكر الجماعي ، وخاصة المأثورات للشيخ حسن البنا؟
“Apa hukum dzikir jama’ah/berdzikir dengan dikomando khususnya dengan membaca Al-Ma’tsurot karangan Syaikh Hasan Al-Banna ?”.
Beliau menjawab :
الذكر الجماعي لم يثبت عن النبي – صلى الله عليه وعلى آله وسلم – والصحابة ، هذا أمر .
أمر آخر مسألة < المأثورات > عبارة عن أذكار ، بعضها أذكار صحيحة ولكن ليس موضعها ذلك المكان – أي عقب الصلوات – ، وبعضها أذكار ضعيفة ، وبعضها أذكار لا أصل لها .
وتعجبني كلمة الشيخ الألباني – حفظه الله تعالى – قيل له : يا شيخ ألا تحقق كتاب < المأثورات > لحسن البناء ؟ ، قال : لو حققتها لحكمت عليها بالإعدام .
والأمر كما يقول : أنه لو حُققت لحكم عليها بالإعدام ، لأن صحيحها الذكر ليس بموضعه ، عقب الصلوات أذكار ما نحتاج إلى تلكم ، مثل النبي – صلى الله عليه وعلى آله وسلم – يقول : ” من سبح الله وكبره وهلله ثلاث وثلاثين غفرت ذنوبه وإن كانت مثل زبد البحر ” .
ويقول الرسول – صلى الله عليه وعلى آله وسلم – : ” من قرأ آية الكرسي دبر كل صلاة لم يمنعه من دخول الجنة إلا الموت ” .
ويقول : ” يا معاذ إني أحبك ، فلا تدعن دبر كل صلاة أن تقول : اللهم أعني على ذكرك ، وشكرك ، وحسن عبادتك ” .
ويقول أيضاً في : لا إله إلا الله وحدة لا شريك له ، له الملك ، وله الحمد ، وهو على كل شيئ قدير عشر مرات عقب المغرب ، وعقب الفجر يذكر ثواباً : ” كأنما أعتق كذا وكذا ” لا أذكر لفظ الحديث .
فالقصد أن الأذكار عقب الصلوات كافية ، وربما لا تستطيع أن تأتي بها. والله المستعان .
“Dzikir jama’i tidak pernah ada asalnya dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak pula dari para sahabat radhiyallahu ‘anhum, ini yang pertama.
Berikutnya tentang masalah Al-Ma’tsurot, ia adalah buku berisi kumpulan dzikir, sebagian berisikan dzikir yang shahih namun penempatannya tidak tepat (ditempatkan setelah shalat)., sebagian lagi berisi dzikir yang dha’if/lemah, sebagian lagi berisi dzikir yang tidak ada asalnya sama sekali. Dan aku dibuat kagum dengan pernyataan Syaikh Al-Albani -semoga Allah senantiasa menjaga beliau- dikatakan kepada beliau ; Wahai Syaikh mengapa engkau tidak mentahqiq kitab Al-Ma’tsurot ?
Beliau menjawab ; ‘Seandainya aku mentahqiq-nya itu sama saja aku memberikan vonis mati kepadanya’.
Dan memang seperti itulah kenyataanya, jika kitab itu ditahqiq sama saja itu menjadi hukuman mati baginya. Karena dzikir yang shahih di kitab itu diletakkan bukan pada posisinya yang benar. Setelah shalat itu ada dzikir yang sebenarnya tidak perlu kita bicarakan lagi, seperti Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ; ‘Barang siapa bertasbih kepada Allah, bertakbir dan bertahlil tiga puluh tiga kali, akan diampuni dosanya meski sebanyak buih lautan’.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda : ‘Barangsiapa membaca ayat kursi setiap kali selesai shalat, maka tidak ada yang menghalanginya dari masuk syurga kecuali kematian’.
Beliau juga bersabda ; ‘Wahai Mu’adz seseungguhnya aku mencintaimu, jangan pernah kamu tinggalkan setiap kali kamu selesai shalat ‘Ya Allah tolonglah aku untuk senantiasa berdzikir kepada-Mu, bersyukur dan senantiasa beribadah dengan baik’.
Beliau juga bersabda tentang dzikir Tiada Ilah yang berhak diibadahi selain Allah tiada sekutu baginya, dan Ia Maha Mampu melakukan segala sesuatu, sebanyak 10 kali setelah shalat subuh, beliau menyebutkan pahalanya, seolah ia membebaskan demikian dan demikian. Aku tidak ingat lafadz haditsnya.
Maksudnya dzikir-dzikir yang disyariatkan sesudah shalat sudah cukup (dan tidak butuh kepada Al-Ma’tsurot), namun terkadang engkau tidak mampu melakukannya. Hanya kepada Allah saja kita memohon perlindungan”. (Gharatul Asyrithah : 2/283-284).
Allahu A’lam
Referensi :
-
Al-I’tisham oleh Imam Asy-Syatibi
-
Al-Ma’tsurot oleh Hasan Al-Banna
-
Dzikir Pagi Dan Petang oleh Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawwaz.
-
Tafsir Ibnu Katsir oleh Al-Imam Ibnu Katsir.
Konsultasi Bimbingan Islam
Ustadz Abul Aswad Al Bayati