AqidahArtikelKonsultasi

Apakah Mayit di Alam kubur Bisa Melihat Keluarganya yang Masih Hidup?

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Apakah Mayit di Alam kubur Bisa Melihat Keluarganya yang Masih Hidup?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang apakah mayit di alam kubur bisa melihat keluarganya yang masih hidup?
selamat membaca.


Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Ustadz dan keluarga selalu dalam kebaikan dan lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ustadz, apakah benar orang yang di alam kubur bisa melihat keluarganya yang masih hidup?

(Disampaikan oleh Fulanah, penanya dari media sosial bimbingan islam)


Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.

Selamat datang di Media Sosial Bimbingan Islam, semoga Allah selalu membimbing kita di dalam jalan keridhoan-Nya.

1- Pembahasan Perkara Ghoib

Pembahasan tentang alam kubur adalah pembahasan perkara ghoib. Sedangkan perkara ghoib tidak dapat dijangkau dengan akal, perasaan, penyelidikan, atau pengalaman. Sesungguhnya yang mengetahui perkara ghoib secara mutlak hanyalah Alloh Ta’ala. Dia berfirman:

قُل لاَّ يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ

Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”.
(QS. An-Naml/27: 65)

Kemudian Alloh memberitahukan sebagian perkara ghoib lewat wahyuNya kepada rosul yang Dia kehendaki. Alloh berfirman:

عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا {26} إِلاَّ مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا 

(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
(QS. Al-Jinn/72: 26-27) 

Oleh karena itu kita tidak boleh membicarakan atau meyakini tentang sesuatu yang berkaitan dengan alam kubur kecuali dengan dalil dari Al-Qur’an dan hadits yang shohih.

2- Mayit di dalam kuburnya sibuk dengan diri sendiri.

Sesungguhnya seseorang yang telah mati, dan berada di alam kubur, dia sibuk dengan diri sendiri. Karena jika dia seorang yang sholih, akan mendapatkan nikmat kubur, sedangkan jika dia orang kafir, akan mendapatkan siksa kubur. Dengan demikian dia tidak memikirkan orang lain, walaupun keluarganya sendiri di dunia. Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wassallam telah menjelaskan adanya nikmat kubur dan siksa kubur di dalam banyak hadits-hadits beliau. Dan ini merupakan kesepakatan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Di dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, Nabi sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:

الْعَبْدُ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتُوُلِّيَ وَذَهَبَ أَصْحَابُهُ حَتَّى إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ فَأَقْعَدَاهُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ فَيُقَالُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنْ النَّارِ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا وَأَمَّا الْكَافِرُ أَوْ الْمُنَافِقُ فَيَقُولُ لَا أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ فَيُقَالُ لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ

Jika seorang hamba telah diletakkan di dalam kuburnya, dan ditinggalkan, para pelayatnya telah pergi, sesungguhnya dia mendengar suara ketukan sandal mereka. Dua malaikat akan mendatanginya, lalu mendudukannya dan mengatakan: “Apa yang dahulu kamu katakan tentang laki-laki ini, yaitu Muhammad sholallohu ‘alaihi wassallam?”.
Dia menjawab: “Aku bersaksi beliau adalah hamba Alloh dan utusanNya”.
Maka dikatakan kepadanya: “Lihatlah tempat tinggalmu yang berupa neraka, Alloh telah menggantikannya untukmu dengan tempat tinggal yang berupa sorga”.
Nabi sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda: “Maka dia melihat keduanya semua”.

Adapun orang kafir atau munafiq, dia akan menjawab: “Aku tidak tahu. Aku dahulu mengatakan seperti yang dikatakan orang-orang”.
Maka dikatakan kepadanya: “Kamu tidak tahu dan tidak mengikuti (orang yang tahu)”. Kemudian dia dipukul sekali dengan palu besi di antara dua telinganya. Maka dia berteriak dengan teriakan yang bisa di dengar oleh orang-orang di sekitarnya, kecuali manusia dan  jin”.
(HR. Bukhori, no. 1338; Muslim, no. 2870)

Di dalam sebuah hadits yang sangat panjang, dari sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib, Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wassallam menjelaskan proses kematian orang beriman dan orang kafir. Di antara yang beliau sabdakan tentang orang beriman di dalam kuburnya adalah:

((…Kemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya: Kedua malaikat itu bertanya: “Siapakah Rabbmu?” Dia menjawab: “Rabbku (Tuhanku) adalah Allah”. Kedua malaikat itu bertanya: “Apakah agamamu?” Dia menjawab: “Agamaku adalah Al-Islam”. Kedua malaikat itu bertanya: “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?” Dia menjawab: “Beliau utusan Allah”. Kedua malaikat itu bertanya: “Apakah ilmumu?” Dia menjawab: “Aku membaca kitab Allah, aku mengimaninya dan membenarkannya”. Maka seorang penyeru berseru dari langit:

أَنْ قَدْ صَدَقَ عَبْدِي فَأَفْرِشُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ (وَأَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ) وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ

“HambaKu telah (berkata) benar, berilah dia hamparan dari sorga, (dan berilah dia pakaian dari sorga), bukakanlah sebuah pintu untuknya ke surga”.

Kemudian datanglah kepadanya bau surga dan wanginya surga. Dan diluaskan baginya di dalam kuburnya sejauh mata memandang. Dan datanglah seorang laki-laki berwajah tampan kepadanya, berpakaian bagus, beraroma wangi, lalu mengatakan: “Bergembiralah dengan apa yang menyenangkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan (kebaikan)”. Maka ruh orang mukmin itu bertanya kepadanya: “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?”
Dia menjawab: “Aku adalah amalmu yang shalih”. Maka ruh itu berkata: “Rabbku (Tuhanku), datangkanlah hari kiamat, sehingga aku akan kembali kepada istriku dan hartaku

Adapun orang yang kafir, ketika kedua malaikat itu bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan di atas, maka dia selalu menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”. Kemudian Nabi sholallohu ‘alaihi wassallam melanjutkan:

Maka seorang penyeru dari langit berseru:

أَنْ كَذَبَ فَافْرِشُوا لَهُ مِنَ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ

“Dia telah (berkata) dusta, berilah dia hamparan dari neraka, dan bukakanlah sebuah pintu untuknya ke neraka”.

Maka datanglah kepadanya panasnya neraka dan asapnya. Dan kuburnya disempitkan atasnya, sehingga tulang-tulang rusuknya berhimpitan. Dan datanglah seorang laki-laki berwajah buruk kepadanya, berpakaian buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan: “Terimalah kabar dengan apa yang menyusahkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan (keburukan)”.
Maka ruh orang kafir itu bertanya kepadanya: “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?” Dia menjawab: “Aku adalah amalmu yang buruk”. Maka ruh itu berkata: “Rabbku, janganlah Engkau tegakkan hari kiamat”.
(HR. Ahmad, no. 18063; dishohihkan syaikh Al-Albani di dalam Kitab Shahih Al-Jami’ush Shoghiir, no: 1672)

Dan hadits-hadits lain yang sangat banyak. Oleh karena itulah para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah bersepakat tentang adanya ujian kubur yang diiringi dengan siksa atau nikmat kubur.
Al-Imam Ibnu Abil ‘Izzi Al-Hanafi –rohimahulloh– berkata: “Telah mutawatir hadits-hadits dari Rosululloh sholallohu ‘alaihi wassallam tentang adanya adzab kubur dan nikmatnya bagi orang yang berhak mendapatkannya, demikian juga pertanyaan dua malaikat, maka wajib meyakini dan mengimani kepastian hal itu. Dan kita tidak membicarakan bagaimana caranya, karena akal tidak memahami bagaimana caranya, karena keadaan itu tidak dikenal di dunia ini. Syari’at tidaklah datang membawa perkara yang mustahil bagi akal, tetapi terkadang membawa perkara yang membingungkan akal”.
(Al-Minhah Al-Ilahiyah fii Tahdzib Syarh Ath-Thohawiyah, hlm. 238)

Maka jika mayit di dalam kuburnya sudah sibuk dengan urusannya sendiri, bagaimana dia akan melihat dan memperhatikan orang lain.

Kemudian selain itu, apa manfaat pembahasan “orang yang di alam kubur bisa melihat keluarganya yang masih hidup”?

Kematian pasti akan terjadi untuk semua manusia, maka hendaklah kita menyiapkan bekal untuk menghadapinya, dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Hanya Alloh Tempat Memohon Pertolongan. Al-hamdulillahi rabbil ‘alamiin.

Disusun oleh:
Ustadz Muslim Al-Atsari حفظه الله
Senin, 23 Rabiul Awwal 1442 H/ 09 November 2020 M



Ustadz Muslim Al-Atsari حفظه الله
Beliau adalah Pengajar di Pondok Pesantren Ibnu Abbas As Salafi, Sragen
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Muslim Al-Atsari حفظه الله 
klik disini

Ustadz Muslim Al-Atsary

Beliau adalah Pengajar di Pondok Pesantren Ibnu Abbas As Salafi, Sragen

Related Articles

Back to top button