Bolehkah Mengkafani Mayat Dengan Kain Ihram Karena Wasiat?

Bolehkah Mengkafani Mayat Dengan Kain Ihram Karena Wasiat?
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang bolehkah mengkafani mayat dengan kain ihram karena wasiat?
selamat membaca.
Pertanyaan :
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Semoga Allah ‘Azza wa Jalla selalu menjaga ustadz dan keluarga. Saya mau bertanya ustadz.
Ustadz, Mau nanya lagi.
Tadi kami diskusi ama teman-teman di kantor. Ibu A bilang kalau orangtuanya sudah ada beberapa kali naik haji dan umroh juga sudah beberapa kali. Jadi baju/kain ihramnya banyak.
Saat meninggal dunia tak ada satupun dipakai.
Ibu B: bilang boleh si pakai.
Dan saya langsung bilang maaf ya nggak boleh, sudah ada ketentuan kain kafan itu seperti apa walaupun orang itu kaya raya. Tetap harga kain itu harganya di bawah 50 ribu.
Ibu B ngotot katanya ada yang pakai kain ihrom waktu haji dan umroh untuk kain kafan.
Benarkah ibu dan B itu ustadz? Kalau kain ihrom /haji boleh di pakai saat sudah meninggal dunia.
Syukron pencerahanya
Jazaakallah khairan
(Disampaikan oleh Fulan, sahabat belajar grup WA Bimbingan Islam – BiAS)
Jawaban :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.
Kita dianjurkan untuk memberi kafan warna putih pada jenazah, sebagaimana keterangan Aisyah radhiyallahu ‘anha,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُفِّنَ فِي ثَلاَثَةِ أَثْوَابٍ يَمَانِيَةٍ بِيضٍ، سَحُولِيَّةٍ مِنْ كُرْسُفٍ لَيْسَ فِيهِنَّ قَمِيصٌ وَلاَ عِمَامَةٌ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikafani dengan 3 lembar kain warna putih buatan Yaman, sahuliyah (putih baju), dari kapas, tidak dilapisi jubah, tidak pula imamah (tutup kepala).
(HR. Bukhari 1264)
Kain apa saja baik kain katun atau kain yang lain seperti kain ihram boleh dijadikan kain kafan oleh siapa pun, sepanjang cukup, menutupi seluruh jasad mayyit, dikatakan oleh syaikh Abu Bakar Jabil al-Jazairy:
يجب أن يكفن المسلم إذا غسل بما يستر سائر جسده
“Wajib untuk mengkafani mayyit muslim jika telah dimandikan dengan kain yang menutup seluruh jasadnya”.
(Minhaju al-Muslim hal:212)
Juga dikatakan dalam kitab al-Fiqhu al-Muyassar Fi Dhoui al-Kitab wa al-Sunnah hal:113
والواجب ستر جميع البدن
“Yang wajib dalam (mengkafani) adalah menutupi seluruh badan”.
Bahkan sebagian ahli fiqih berpendapat menganjurkan seseorang untuk berwasiat agar ketika meninggal untuk dikafani dengan pakaian yang sering ia kenakan untuk beribadah, bisa baju/kain yang sering digunakan untuk solat jumat, atau kain yang dahulu pernah digunakan untuk berhaji.
- Pertanyaan Di Alam Kubur Beserta Penjelasannya
- Kuburan yang Tidak Tampak, Apakah Ada Larangan Sholat Disana?
- Sholat di Masjid yang Ada Kuburan di dalam Pagar, Bolehkah?
Dikatakan dalam kitab Taaj wa al-Iklil Syarh perkataan Imam Khalil dalam madzhab maliki:
وكفن بملبوسه لجمعة : ابن حبيب: ويستحب إيصاؤه أن يكفن في ثياب جمعته، وإحرام حجه، رجاء بركة ذلك. وقد أوصى سعد بن أبي وقاص أن يكفن في جبة صوف شهد بها بدرا . انتهى
“(mayyit dikafani dengan pakaian yang dikenakkan untuk solat jumat) berkata Ibnu Habib: dianjurkan bagi seseorang untuk berwasiat agar kelak meninggak dan dikafani dengan pakaian jumatnya, atau dengan pakaian ihram hajinya, dengan pengharapan agar mendapat keberkahan. Dalillnya adalah perbuatan Sa’ad bin abi waqqas yang telah berwasiat untuk dikafani dengan jubah wol yang beliau gunakan dikala perang badar”. Lihat: Fatwa Islamweb استحباب التكفين بلباس إحرام الحج
Jadi, boleh-boleh saja kain ihram tersebut digunakan untuk mengkafani mayyit, daripada harus membeli baru yang mengeluarkan biaya, kain yang ada bisa digunakan, yang terpenting kain tersebut bisa menutup seluruh jasad mayyid, demikian.
Dijawab oleh:
Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله
Jum’at, 21 Rabiul Awwal 1442 H/ 06 November 2020 M
Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله
Beliau adalah Alumnus S1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta dan S2 Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله klik disini