KultumTausiyah

Doa Ziarah Kubur Serta Adab dan Rambu-Rambunya

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Adab dan Rambu-rambu Ziarah Kubur (Beserta Doanya)

Agar berbuah pahala, maka ziarah kubur harus sesuai dengan tuntunan syariat yang mulia ini. Berikut ini adab-adab Islami ziarah kubur (Beserta Doanya Red.):

1. Hendaknya mengingat tujuan utama berziarah dan hikmah disyariatkannya ziarah kubur, yakni untuk
mengambil pelajaran dan mengingat kematian. (Subulus Salaam, (1/502))

2. Tidak boleh melakukan safar untuk berziarah.

Dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَشُدُّوا الرِّحَالَ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ : مَسْجِدِي هَذَا، وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَى

“Janganlah kalian mengadakan safar (perjalanan) kecuali ke masjidku ini, Masjidil Haram, dan Masjidil Aqsa.” (HR. Al-Bukhari no. 1189 dan Muslim no. 1397)

Doa Ziarah Kubur Sekaligus Salam

3. Mengucapkan salam (dan Doa Red.) ketika masuk kompleks pekuburan

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ لَلاَحِقُوْنَ نَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ

“Assalamu’alaikum Ahlad Diyaar Minal Mu’miniin walmuslimiiin. Wainnaa insyaa Allah Lalaahiquuna nasalullah lanaa walakumul ‘aafiyah”

Artinya :“Salam keselamatan atas penghuni rumah-rumah (kuburan) dan kaum mu’minin dan muslimin, mudah-mudahan Allah merahmati orang-orang yang terdahulu dari kita dan orang-orang yang belakangan, dan kami Insya Allah akan menyusul kalian, kami memohon kepada Allah keselamatan bagi kami dan bagi kalian”
(HR. Muslim no. 974)

Tidak Memakai Sandal / Alas Kaki di Kubur

4. Termasuk Adab Ziarah Kubur  adalah tidak memakai sandal ketika memasuki pekuburan.

أَنَّ النَّبِيَّ رَأَى رَجُلاً يَمْشِي بَيْنَ الْقُبُورِ وَعَلَيْهِ نَعْلاَنِ سِبْتِيَّتَانِ ، فَقَالَ: يَا صَاحِبَ السِّبْتِيَّتَيْنِ، أَلْقِ سِبْتِيَّتَكَ! فَنَظَرَ الرَّجُلُ فَلَمَّا عَرَفَ رَسُوْلَ اللهِ، خَلَعَهُمَا فَرَمَى بِهِمَا

Rasulullah melihat seorang laki-laki berjalan di antara kuburan dengan memakai sandal kulit maka Rasulullah bersabda: “Lemparkanlah kedua sandalmu.” Maka laki-laki tersebut melihat dan tatkala dia tahu yang menyuruh itu Rasulullah, diapun segera melepas dan melemparkan sandalnya. (HR. Abu Dawud (2/72), An Nasa’i (1/288), Ibnu Majah (1/474), Ahmad (5/83), dan selainnya. Al-Hakim berkata : “Sanadnya shahih”. Hal ini disetujui oleh Adz-Dzahabi dan juga Al-Hafizh di Fathul Baari (3/160).)

5. Tidak duduk di atas kuburan dan menginjaknya. ( Muslim (3/62))

6. Mendoakan mayit jika dia seorang muslim ( Al Hakim (1/376), dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam
Ahkaamul Janaa-iz, hal. 229). Adapun jika mayit adalah orang kafir, maka tidak boleh mendoakannya.

7. Boleh mengangkat tangan ketika mendoakan mayit tetapi tidak boleh menghadap kuburnya ketika
mendoakannya. Namun yang dituntunkan adalah menghadap kiblat.

Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha ketika beliau mengutus Barirah untuk membuntuti Nabi yang pergi ke Baqi’ Al-Gharqad. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berhenti di dekat Baqi’, lalu mengangkat tangan beliau untuk mendoakan mereka. (Syaikh Al-Albani mengatakan : “Diriwayatkan oleh Ahmad (6/92), dan hadits ini terdapat di Al Muwaththa’ (1/239-240), dan An-Nasa’i dengan redaksi yang semisal tetapi disana tidak disebutkan (kalau Nabi) mengangkat tangan. Dan sanad hadits ini hasan”. Lihat Ahkaamul Janaa-iz hal. 246, Maktabah Al Ma’arif) Dan ketika berdoa, hendaknya tidak menghadap kubur karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang shalat menghadap kuburan. Sedangkan doa adalah intisari sholat.

8. Tidak mengucapkan Al-Hujr

Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan bahwa Al-Hujr adalah ucapan yang bathil. Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan : “Tidaklah samar lagi bahwa apa yang orang-orang awam lakukan ketika berziarah semisal berdoa pada mayit, beristighotsah kepadanya, dan meminta sesuatu kepada Allah dengan perantaranya, adalah termasuk Al-Hujr yang paling berat dan ucapan bathil yang paling besar. Maka wajib bagi para ulama untuk menjelaskan kepada mereka tentang hukum Allah dalam hal itu. Dan memahamkan mereka tentang ziarah yang disyariatkan dan tujuan syar’i dari ziarah tersebut.” (Ahkaamul Janaa-iz hal.227, Maktabah Al-Ma’arif)

Boleh Menangis, Meratapi Mayit Jangan !

9. Diperbolehkan menangis tetapi tidak boleh meratapi mayit

Menangis yang wajar diperbolehkan sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis ketika menziarahi kubur ibu beliau sehingga membuat orang-orang disekitar beliau ikut menangis. Tetapi jika sampai tingkat meratapi mayit, menangis dengan histeris, menampar pipi, merobek kerah, maka hal ini diharamkan.

Rambu-Rambu untuk Para Peziarah

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan ziarah kubur ini agar ziarah kubur yang dilakukan menjadi amalan shalih, bukan menyebabkan murka Allah Subhanahu wa Ta’ala

1. Hikmah disyariatkannya ziarah kubur adalah untuk mengambil pelajaran dan mengingat akhirat, bukan
untuk tabarruk kepada mayit meskipun dia dahulu orang shalih. Syaikh Shalih Al-
Fauzan hafizhahullah mengatakan : “(Hendaknya) tujuan ziarahnya adalah untuk mengambil pelajaran,
nasihat, dan mendoakan mayit. Jika tujuannya adalah untuk tabarruk dengan kubur,  atau melakukan ritual
penyembelihan di sana, dan meminta mayit untuk memenuhi kebutuhannya dan mengeluarkannya dari
kesulitan, maka ini ziarah yang bid’ah lagi syirik.” (Al-Mulakhkhas Al-Fiqhi, hal. 248, Daarul Atsar)

Waktu Berziarah Kubur

2. Tidak boleh mengkhususkan waktu-waktu tertentu untuk berziarah karena hal itu tidak ada dalilnya. Kapan
saja ziarah itu dibutuhkan, maka berziarahlah. Ingatlah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Termasuk Larangan Di Kubur

3. Diantara hal yang tidak ada tuntunannya juga adalah kebiasaan menabur bunga di atas kuburan.
Penta’liq Matan Abi Syuja’ –kitab fikih madzhab Syafi’i- berkata : “Diantara bid’ah yang diharamkan adalah
menaburkan/meletakkan bunga-bunga di atas jenazah atau kubur karena hanya buang-buang harta.” (Ta’liq
Matan Al Ghayah Wat Taqrib Fi Fiqhis Syafi’I, hal. 106, Daar Ibnu Hazm)

Selesailah pembahasan tentang ziarah kubur ini. Semoga  Allah ‘Azza wa Jalla agar menjadikan amal ini sebagai amalan yang memberatkan timbangan kebaikan di hari perhitungan kelak  dan memberikan manfaat kepada kaum muslimin dengannya. Aamiin. Wallahu Ta’ala a’lam. Walhamdu lillahi Rabbil ‘aalamin.

Disadur dari kitab Multaqo al-Adab Asy-Syar’iyyah secara ringkas.

 

Ditulis Oleh:
Ustadz Abu Rufaydah, Lc., MA. حفظه الله
(Kontributor Bimbinganislam.com)

Ustadz Abu Rufaydah, Lc., MA.

Beliau adalah Pengasuh Yayasan Ibnu Unib Cianjur dan website cianjurkotasantri.com

Related Articles

Back to top button