Mengatasi Kejenuhan Rutinitas Ibu Rumah Tangga

Mengatasi Kejenuhan Rutinitas Ibu Rumah Tangga
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Mengatasi Kejenuhan Rutinitas Ibu Rumah Tangga, selamat membaca.
Pertanyaan:
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ustadz Bagaimana cara mengatasi kejenuhan dengan rutinitas seorang ibu rumah tangga. Saya kadang merasa jenuh, capek, bingung merawat anak laki-laki kembar yang masih berusia 3 tahun, apalagi kalau kedua anak saya rewel, banyak ulah terus, saya jadi emosi, kesal dan jadinya mengomel terus dan akhirnya jadi mengeluh terus. Apalagi kalau ditambah suami yang kurang peka.
Saya dan suami merawat anak-anak sendiri tanpa bantuan baby sister ataupun asisten rumah tangga. Kadang saya bingung mau berbuat apa, dan akhirnya anak yang jadi pelampiasan marah-marah, ngomel-ngomel saya, saya kasihan dan gak tega dengan anak-anak saya, dan gak mau ini berlangsung terus anak selalu jadi pelampiasan.
Saya sudah berusaha untuk kembali Kepada Allah, tapi kadang saya bingung mau memulai dari mana, harus bagaimana. Bagaimana cara mengatasi semua itu ya ustadz?
جزاك اللهُ خيراً
Jawaban:
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in
1.Pertama hendaknya diketahui kembali, bahwasannya diantara tujuan islam mensyariatkan pernikahan adalah untuk melahirkan generasi yang sholeh. Tujuan pernikahan adalah memperbanyak keturunan, Rasulullah ﷺ bangga akan umatnya yang banyak.
“Nikahilah wanita yang penuh kasih sayang dan subur ( banyak memiliki keturunan) karena sesungguhnya Aku Bangga dengan itu di hari kiamat kelak” ( HR. Ahmad, Nasai, Abu Dawud )
Hadits ini menunjukan keutamaan memiliki banyak anak dan menikah dengan wanita subur dan penyayang.
2.Perlu direnungkan kembali bahwasannya anak yang telah lahir adalah anugerah terindah untuk orang tua maka bersyukurlah dan pandanglah anak anak sebagai nikmat agung yang tiada tara. Lihatlah orang lain yang belum diperkenankan memiliki keturunan, betapa berharapnya mereka dan mungkin memendam kesedihan dan kekhawatiran yang berlebih.
3.Sekali lagi pandailah bersyukur atas nikmat anak yang sehat, lucu, cerdas, menjadi penghibur, penyejuk mata, yang membuat suasana rumah semakin hangat. Lihatlah betapa banyak orang tua yang harus kehilangan anak selama lamanya, ada orang tua yang diuji dengan anak yang tidak sempurna secara fisik lahir dan batin, sakit sakitan parah dan sebagainya.
4.Sekali lagi tersenyumlah dengan penuh bahagia bahwa anak anak adalah nikmat yang sangat tidak ternilai, bersyukurlah karena kita tidak pernah kekurangan nikmat, kita manusia adalah orang yang kurang bersyukur.
5.Sekarang sadarlah juga bahwa anak adalah amanah yang harus ditunaikan hak-haknya oleh kedua orang tua.
( Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu ) ( QS.At Tahrim : 6)
Dalam ayat ini adalah perintah agar menjadikan antara anak anak dengan azab tameng dengan cara mendidik mereka menjadi anak soleh. Dan perintah bersifat wajib. Jika ditinggalkan dosa. Maka orang tua yang tidak mendidik anaknya dengan baik berdosa akan dimintakan pertanggung jawabannya disisi Allah kelak
( Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabarlah dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami-lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.) ( QS.Taha : 132 )
Juga disini perintah sabar dalam mendidik anak menjadi pribadi soleh. Karena memang mendidik mereka adalah amanat yang berat.
6.Juga hendaknya ingat hadits Rasulullah bahwa penyebab rusaknya anak, anak menjadi majusi, nasrani atau yahudi adalah orang tua yang tidak mengarahkan merekan kepada ajaran islam, maka hendaknya kita takut ketika tidak bisa mentarbiyah anak dengan baik
Rasulullah ﷺ bersabda : “Tidak ada yang dilahirkan kecuali di atas fitrah, lalu kedua orang tuanya menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi” (HR. Bukhari dan Muslim)
7.Kemudian karena anak adalah tanggung jawab bersama maka berkomunikasilah dengan baik dalam suami, jelaskan bahwasanya kepala keluarga adalah suami, yang membersihkan kotoran anak adalah tanggung jawab bersama, menyuapi dan menggendong adalah keharusan bersama. Buatlah kesepakatan pembagian tugas agar beratnya mengurus anak tidak dipikul sendiri.
8.Tidak mengapa juga meminta kepada suami hal hal kecil untuk refresh mood , seperti berbelanja, tamasya di taman, jalan sore dan sebagainya agar tidak bosan dengan suasana rumah.
9.Hendaknya juga mendidik dengan penuh kasih sayang dan lemah lembut, jangan berteriak kepada anak
Rasulullah ﷺ bersabda : Sesungguhnya Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepadanya, “Wahai ‘Aisyah, berkasih sayanglah, karena sesungguhnya Allah apabila menghendaki kebaikan pada suatu keluarga maka Allah memasukkan rasa kasih sayang pada mereka”. [HR. Ahmad dan Al-Bazzar]
10. Hendaknya juga berkonsultasi dengan ahlinya, seperti pergi ke dokter anak, ahli psikologi anak, atau ahli parenting islami agar mendapatkan arahan arahan, atau kepada ustadz dan orang sholeh.
11. Terakhir hendaknya selalu berdoa meminta dikuatkan oleh Allah dan doa untuk keshalihan anak.
Dan ketahuilah doa adalah solusi pertama, bukan solusi kedua. Berdoalah dan sungguh sungguhlah serta yakin dalam berdoa.
Wallahu a’lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Fauzan Azhiimaa, Lc. حافظه الله