ArtikelUmum

Penyakit Ain, Hoax Atau Fakta?

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Penyakit Ain, Hoax Atau Fakta?

Alhamdulillah, was solatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ‘ala aalihi wa sahbihi wa man waalah, amma ba’du.

Salah satu penyakit yang bisa membuat orang yang ditimpanya tersiksa bahkan sampai meninggal adalah penyakit ain. Termasuk ketegori penyakit yang berbahaya, juga termasuk yang sulit dideteksi penyebabnya dengan mata telanjang.

Seorang anak kecil bisa kemudian sering menangis tanpa sebab yang jelas, atau bahkan tetiba jatuh sakit karena penyakit ini. Lantas, apakah penyakit ain itu? bagaimana ciri-cirinya? bagaimana cara pengobatannya? berikut kita akan mencoba untuk membahasnya, bismillah.

Definisi Ain

Disebutkan pada website dorar.net dibawah asuhan syaikh Alawi bin Abdul Qadir al-Saqqaf , pengertian ‘ain adalah:

العينُ: أنْ ينظُرَ شخصٌ باستحسانٍ إلى شيءٍ مع أحدٍ فيتطلَّعَ إليه، فيحصُلَ للمَنظورِ إليه بسببِ ذلك ضررٌ

 “al-‘ain adalah: seorang melihat dengan pandangan kekaguman atas kebaikan/keindahan sesuatu objek tertentu, itu bersamaan dengan orang lain yang akhirnya juga akan melihatnya, setelahnya karena sebab itu terjadilah mudhorot yang menimpa objek yang dilihat”.

Disebutkan pula pada website islamqa.info.id di bawah asuhan syaikh al-Munajjid, mengutip pernyataan al-Lajnah al-Daimah saudi arabia bahwa ain adalah:

أخوذة من عان يَعين إذا أصابه بعينه ، وأصلها : من إعجاب العائن بالشيء ، ثم تَتبعه كيفية نفْسه الخبيثة ، ثم تستعين على تنفيذ سمها بنظرها إلى المَعِين

“Ain berasal dari kata ‘aana – ya’iinu yang maknanya: terkena sesuatu hal dari mata. Asalnya berawal dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh respon jiwa yang negatif/buruk, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata untuk menyalurkan racunnya kepada objek yang dipandang”.

Penyakit ain itu benar adanya

Penyakit ain itu benar adanya, bukan sesuatu yang khayalan, dan ini adalah bagian dari ideologi yang dipegang oleh ahlus sunnah wal jamaah. Sebagaimana telah sohih dan valid dalam beberapa hadist Nabi sallallahu alaihi wa sallam, diantaranya:

Dari Abu Huroiroh rodiyallahu anhu, bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

العين حق

“Ain itu benar adanya”. (H.R Bukhari no:5740).

Dari Ibnu Abbas, dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

الْعَيْنُ حَقٌّ ، وَلَوْ كَانَ شَيْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ ، وَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْ فَاغْسِلُوا

“Ain itu benar-benar ada, andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, sungguh ‘ain itu yang bisa, jika engkau diminta untuk mandi maka mandilah” (HR. Muslim no. 2188).

Ain itu Bisa Muncul dari Muslim Maupun Kafir

Allah berfirman dalam al-Quran:

وَإِنْ يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ ٌ

“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka”. (al-Qalam: 51)

قال السدي : يصيبونك بعيونهم . تفسير البغوي

Berkata al-Suddy : “menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka ialah menimpakan mudhorot kepadamu dengan ain/pandangan mereka”. (Tafsir al-Baghawy juz:8 hal:202).

Aisyah RadiallahuAnha pun Pernah Terkena Ain

Disebutkan dalam beberapa hadist yang redaksinya hampir serupa, bahwa Aisyah ummul mukminin juga pernah terkena ain, diantaranya apa yang beliau sampaikan sendiri:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يأمرني أن أسترقي من العين

“Dahulu Rasul sallallahu alaihi wa sallam memerintahkanku untuk meruqyah dari penyakit ain”. (H.R Bukhary & Muslim). Hadist yang serupa juga disebutkan dalam riwayat Abu Dawud.

Penyakit ain bisa muncul lantaran gambar atau video

Dalam website islamqa yang diasuh oleh syaikh Muhammad Solih al-Munajjid beliau menjelaskan:

Ibnul Qayyim berkata:

ﻭﻧﻔﺲ ﺍﻟﻌﺎﺋﻦ ﻻ ﻳﺘﻮﻗﻒ ﺗﺄﺛﻴﺮﻫﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮﺅﻳﺔ ، ﺑﻞ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﺃﻋﻤﻰ ﻓﻴﻮﺻﻒ ﻟﻪ ﺍﻟﺸﻲﺀ ﻓﺘﺆﺛﺮ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺮﻩ ، ﻭﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺎﺋﻨﻴﻦ ﻳﺆﺛﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻌﻴﻦ ﺑﺎﻟﻮﺻﻒ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺭﺅﻳﺔ

“Jiwa orang yang menjadi penyebab ain bisa saja menimbulkan penyakit ain tanpa harus dengan melihat. Bahkan terkadang ada orang buta, kemudian diceritakan tentang sesuatu kepadanya, jiwanya bisa menimbulkan penyakit ain, meskipun dia tidak melihatnya. Ada banyak penyebab ain yang bisa menjadi sebab terjadinya ain, hanya dengan cerita saja tanpa melihat langsung”. (Zadul Ma’ad juz 4, hal:149)

Kemudian Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid menjelaskan paparan Ibnul Qayyim di atas:

ﺑﻬﺬﺍ ﻳﺘﺒﻴﻦ ﺃﻥ ﺍﻟﻌﺎﺋﻦ ﻗﺪ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺻﻮﺭﺓ ﺍﻟﺸﺨﺺ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ﺃﻭ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻠﻔﺎﺯ ، ﻭﻗﺪ ﻳﺴﻤﻊ ﺃﻭﺻﺎﻓﻪ ﻓﻴﺼﻴﺒﻪ ﺑﻌﻴﻨﻪ ، ﻧﺴﺄﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺴﻼﻣﺔ ﻭﺍﻟﻌﺎﻓﻴﺔ

“Oleh karena itu, jelaslah bahwa penyebab ain bisa jadi ketika melihat gambar seseorang atau melalui televisi, atau terkadang hanya mendengar ciri-cirinya, kemudian orang itu terkena ain. Kita memohon keselamatan dan kesehatan kepada Allah”.

Jadi, kalau memang kita tidak dalam kondisi sangat urgent untuk mengeshare gambar, menguploadnya pada khalayak umum. Jika niatnya hanya sekedar pamer, atau share yang kurang membawa maslahat, yang demikian hendaknya benar-benar dijauhi, cukuplah foto dan video tersebut menjadi konsumsi pribadi dan keluarga saja, jangan sampai dibagikan ke khalayak umum yang justru malah menimbulkan potensi terkena penyakit ain.

Agar Pandangan Kita tidak Menimbulkan Ain

Ketika kita takjub saat melihat sesuatu, seseorang, harta, atau benda milik orang lain, untuk menghindari ain yang timbul dari jiwa kita dan menimpa orang lain, kita diarahkan untuk memuji Allah taala, ini sebagaimana disebutkan dalam hadist-hadist berikut:

Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إذا رأى أحدكم من نفسه أو ماله أو من أخيه ما يعجبه فليدع له بالبركة فٍان العين حق

“Jika salah seorang dari kalian melihat dirinya, atau hartanya, atau saudaranya ada sesuatu yang membuatnya takjub, maka berdoalah pada Allah supaya hal tersebut diberkahi, karena sejatinya ain itu nyata”. (H.R Ibnu Sunni dalam Amalu al-Yum wa al-Lailah hal:168).

Ketika kita takjub dengan apa yang kita lihat, kita bisa mendoakan dengan Tabaarakallah, atau Baarakallahu fiik, Baarakallahu ‘alaik.

Atau bisa dengan ungkapan yang lainnya, seperti disebutkan dalam hadist berikut, dari Anas bin Malik, bahwa Rasul sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

 أَنْعَمَ الله عَلَى عَبْدٍ نِعْمَةً مِنْ أَهْلٍ أَوْ مَالٍ أَوْ وَلَدٍ، فَيَقُولُ : مَا شَاءَ اللهُ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، فَيَرَى فِيهِ آفَةً دُوْنَ الْمَوتِ. رواه أبو يعلى الموصلي بسند ضعيف

“Tidaklah Allah mengaruniakan kepada seorang hamba suatu kenikmatan, berupa anggota keluarga (istri), harta atau keturunan, lalu ia berkata: “Maa syaa Allah la quwwata illa billah”, kemudian kenikmatan itu dapat ditimpa petaka selain kematian.” (H.R Abu Ya’la, al-Mushily, al-Thobrany, al-Baihaqy dan lainnya, dengan sanad yang lemah).

Walaupun sanad hadits ini lemah, sebagaimana dijelaskan oleh banyak ulama’ diantaranya oleh al-Suyuthi, al-Munawi dan al-Albani, akan tetapi kandungannya benar. Yang demikian itu, karena kandungan hadits ini semakna dengan kandungan sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam yang disebutkan sebelumnya.

Tanda – Tanda Terkena Ain

Adapun tanda terkena gangguan ‘ain, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz As-Sadhan menyampaikan dalam kitab beliau yang artinya:

Tanda-tanda (‘ain) berikut ini, jika bukan karena penyakit jasmani (penyakit medis), maka umumnya dalam bentuk:

Sakit kepala, pucat di wajah, banyak berkeringat dan buang air kecil, banyak menguap, kurang tidur atau justru malah banyak tidur,  nafsu makan lemah, telapak tangan dan kaki banyak keluar keringat (lembab) dan kesemutan, deg-degan di jantung (detak jantung yang cepat dan tidak beraturan, pen.), rasa takut yang tidak biasanya, mudah emosi tak normal, tetiba sedih dan rasa sempit di dada,  rasa sakit yang berpindah dari bawah punggung dan antara bahu,  berkeringat di malam hari.

Terkadang didapati seluruh tanda ini semuanya atau sebagiannya, tergantung kekuatan ain-nya atau banyaknya orang yang menyebabkan ain tersebut, sebagaimana tanda-tanda ini juga bisa jadi ada pada orang yang tidak terkena ain, karena sebab sakit anggota tubuh atau jiwanya”.

Cara Mengobati Ain Itu Bagaimana?

Adapun pengobatan dari ain, tidak diragukan lagi bahwa seseorang jika semakin dekat pada Allah ta’ala, punya rutinitas dzikir, membaca al-Quran, maka semakin ia jauh dari tertimpa penyakit ain, dan penyakit lain yang disebabkan oleh gangguan syetan dari kalangan jin maupun manusia, dahulu Nabi juga melindungi diri beliau, dan sesuatu terbaik yang bisa dijadikan pelindung bagi seorang muslim adalah senantiasa membaca kitabullah.

Diantara yang bisa dilakukan untuk mengobati ain  sebagaimana disebutkan dalam web asuhan syaikh al-Munajjid adalah melakukan hal berikut:

  1. membaca mu’awwidztain (al-falaq, al-nas), al-fatihah dan ayat kursy.
  2. membaca doa-doa perlindungan yang valid dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam diantaranya:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

(A’uudzu bikalimaatillaahit taammaati min syarri maa kholaq)

Artinya: “Aku berlindung kepada kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya”. (H.R. Muslim).

Atau doa:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لامَّةٍ

(A’udzu bikalimaatillaahit-taammah, min kulli syaithoonin wa haammah, wa min kulli ‘ainin laammah).

Artinya: “Aku memohon perlindungan untukmu dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari semua godaan setan dan binatang pengganggu, dan dari pandangan mata buruk). (H.R.Bukhary).

  1. Jika diketahui siapa yang menyebabkan terjadinya ain, atau kemungkinan besar diketahui siapa yang pandangannya menyebabkan ain, ia diperintahkan untuk wudhu, kemudian airnya ditampung dan digunakan mandi untuk korban yang terkena ain.

Disebutkan dalam hadist, dari Aisyah rodiyallahu anha beliau mengatakan:

 كَانَ يُؤْمَرُ الْعَائِنُ فَيَتَوَضَّأُ ثُمَّ يَغْتَسِلُ مِنْهُ الْمَعِينُ

“Dahulu penyebab ain disuruh untuk berwudhu, kemudian air wudhu itu digunakan mandi oleh orang yang terkena ain”. (H.R Abu Dawud).

Syaikh Utsaimin mengatakan:

من أصيب بالعين فماذا يصنع؟ يعالج بالقراءة وإذا علم عائنه فإنه يطلب منه أن يتوضأ ، ويؤخذ ما يتساقط من ماء وضوئه ثم يعطى للعائن يصب على رأسه وظهره ويسقى منه ، وبهذا يشفى بإذن الله

وقد جرت العادة عندنا أنهم يأخذون من العائن ما يباشر جسمه من اللباس مثل الفنيلة والطقية وما أشبه ذلك بالماء ثم يسقونها العائن ، ورأينا ذلك يفيده حسبما ما توارد عندنا من النقول

“Seorang yang terkena ain, apa yang harus ia lakukan? Ia obati dengan bacaan (diruqyah), namun jika diketahui siapa penyebab ainnya, maka ia diminta untuk berwudhu. Kemudian diambil air yang berjatuhan dari wudhunya lantas diberikan kepada pihak yang terkena ain, diguyurkan di kepalanya, punggungnya, sebagian diminumkan, dengan ini akan sembuh biidznillah.

Telah berjalan kebiasaan ini di tempat kami, mereka mengambil sesuatu yang bersentuhan langsung dengan fisik si penyebab ain, dari pakaiannya, baju dalamnya, pecinya, atau yang semisalnya dengan air, kemudian diminumkan sebagian air tadi untuk pihak yang terkena ain, dan kami melihatnya yang demikian bermanfaat dan memberi pengaruh sesuai dengan informasi yang bergulir di tempat kami”. (Majmu Muallafat Ibnu Utsaimin juz:9 hal:88).

Demikian, semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

Disusun oleh:
Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله
Kamis, 26 Syawwal 1442 H/ 7 Juni 2021 M

 



Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله
Beliau adalah Alumnus S1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta dan S2 Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله  
klik disini

Ustadz Setiawan Tugiyono, B.A., M.HI

Beliau adalah Alumni D2 Mahad Aly bin Abi Thalib Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Bahasa Arab 2010 - 2012 , S1 LIPIA Jakarta Syariah 2012 - 2017, S2 Universitas Muhammadiyah Surakarta Hukum Islam 2018 - 2020 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah, Dauroh Masyayikh Ummul Quro Mekkah di PP Riyadush-shalihin Banten, Daurah Syaikh Ali Hasan Al-Halaby, Syaikh Musa Alu Nasr, Syaikh Ziyad, Dauroh-dauroh lain dengan beberapa masyayikh yaman dll | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Belajar bersama dengan kawan-kawan di kampuz jalanan Bantul

Related Articles

Back to top button