Mengagungkan Ilmu Tetapi Terasa Hampa, Apa Masalahnya?
![Mengagungkan Ilmu Tetapi Terasa Hampa, Apa Masalahnya? Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Mengagungkan Ilmu Tetapi Terasa Hampa, Apa Masalahnya?, selamat membaca. Pertanyaan: بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ Ustad saya sudah berusaha mengagungkan ilmu yang saya pelajari, saya terapkan dalam hidupku tetapi setelah seminggu ilmu tersebut tiba-tiba terasa hampa dan penjelasan hilang, ketika saya menerapkan ilmu tersebut 2 hari masih terang terus pada hari berikutnya ketika sholat, dijalan dan belajar dipikiran dan hati terbayang makanan terus padahal saya tidak ingin makan makanan tersebut setelah itu ilmu agama yang saya pelajari tersebut menjadi lupa pada saat mau dikerjakan, dosa apa yang membuat saya seperti itu ustad? جزاك اللهُ خيراً Ditanyakan oleh Santri Mahad Bimbingan Islam Jawaban: وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ بِسْـمِ اللّهِ Alhamdulillāh Washshalātu wassalāmu 'alā rasūlillāh, wa 'alā ālihi wa ash hābihi ajma'in. Abu Rib’iy Hanzhalah bin Ar Rabi’ Al-Usaidiy Al-Katib – salah seorang juru tulis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam – bersabda, لَقِيَنِي أَبُو بَكْرٍ، فَقالَ: كيفَ أَنْتَ؟ يا حَنْظَلَةُ قالَ: قُلتُ: نَافَقَ حَنْظَلَةُ، قالَ: سُبْحَانَ اللهِ ما تَقُولُ؟ قالَ: قُلتُ: نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، يُذَكِّرُنَا بالنَّارِ وَالْجَنَّةِ، حتَّى كَأنَّا رَأْيُ عَيْنٍ، فَإِذَا خَرَجْنَا مِن عِندِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، عَافَسْنَا الأزْوَاجَ وَالأوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ، فَنَسِينَا كَثِيرًا، قالَ أَبُو بَكْرٍ: فَوَاللَّهِ إنَّا لَنَلْقَى مِثْلَ هذا، فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ، حتَّى دَخَلْنَا علَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، قُلتُ: نَافَقَ حَنْظَلَةُ، يا رَسُولَ اللهِ، فَقالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ وَما ذَاكَ؟ قُلتُ: يا رَسُولَ اللهِ، نَكُونُ عِنْدَكَ، تُذَكِّرُنَا بالنَّارِ وَالْجَنَّةِ، حتَّى كَأنَّا رَأْيُ عَيْنٍ، فَإِذَا خَرَجْنَا مِن عِندِكَ، عَافَسْنَا الأزْوَاجَ وَالأوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ، نَسِينَا كَثِيرًا فَقالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ: وَالَّذِي نَفْسِي بيَدِهِ إنْ لو تَدُومُونَ علَى ما تَكُونُونَ عِندِي، وفي الذِّكْرِ، لَصَافَحَتْكُمُ المَلَائِكَةُ علَى فُرُشِكُمْ وفي طُرُقِكُمْ، وَلَكِنْ يا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً ثَلَاثَ مَرَّاتٍ “Abu Bakar radhiallahu’anhu menjumpaiku dan berkata, ‘Bagaimana kabarmu ya Hanzhalah?‘ Aku pun menjawab, ‘Aku telah menjadi munafik.‘ Abu Bakar berkata, ‘Subhanallah, apa yang sedang kau katakan?‘ Jawabku, ‘Ketika kami berada di majelis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam seakan-akan surga dan neraka ada di hadapan kami (ketika Rasulullah mengingatkan kami tentangnya – pent.). Namun, saat kami berada diluar majelisnya maka kami disibukkan dengan istri-istri, anak-anak dan kehidupan kami hingga kami banyak lupa (terhadap akhirat).‘ Maka berkata Abu Bakar radhiallahu’anhu, ‘Demi Allah, Aku pun merasakan hal yang sama.‘ Maka kami pun bermaksud mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Aku pun berkata, ‘Hanzhalah telah munafik wahai Rasulullah.‘ Rasulullah bertanya, ‘Apa maksudmu?‘ Jawabku, ‘Wahai Rasulullah seakan surga dan neraka ada dihadapan kami ketika engkau mengingatkan kami tentangnya dalam majelismu. Akan tetapi, ketika kami tidak lagi berada di majelismu kamipun lalai dengan anak, istri dan kehidupan kami sehingga kami banyak melupakan (akhirat).‘ Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun bersabda, ‘Demi Dzat yang jiwa aku ada pada genggaman-Nya, jika kalian terus beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan selalu mengingat akhirat, maka niscaya malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidur kalian maupun di jalan-jalan. Namun Hanzhalah, manusia itu sesaat begini dan sesaat begitu.‘ Beliau mengulanginya sampai tiga kali.” (HR. Muslim no. 2750). Dari hadits diatas kita bisa mengetahui bahwa iman terkadang naik dan terkadang turun. Diantara Sebab Turunnya Iman Seseorang Adalah : Dosa dan Maksiat. Keduanya sangat berpengaruh terhadap hati seseorang dan keimanannya. Akantetapi tidak banyak orang yang menyadarinya. Hal itu dikerenakan terkadang pengaruhnya tidak secara langsung atau pengaruh buruknya baru dirasakan setelah waktu yang lama. Oleh karena itu kita diperintahkan untuk banyak meminta ampunan atau istighfar. Bahkan Rasulullah pun dalam sehari beliau bisa lebih dari 70 kali istighfar. وعَنْ أبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ :وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhubeliau berkata: Aku telah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:Demi Allâh aku sungguh beristighfar dan bertaubat kepada Allâh setiap harinya lebih dari tujuh puluh kali. [HR. Al-Bukhari] 2. Tipu Daya Syeitan dan Iblis. Kita tahu bahwa iblis dan tentaranya memiliki tujuan untuk menyesatkan manusia. Bahkan mereka tidak mengenal lelah untuk hal tersebut dan dengan berbagai macam cara. Maka hendaklah kita selalu meminta perlindungan dari Allah agar di istiqomahkan dijalan Nya. 3. Teman atau Lingkungan Yang Buruk. Tidak diragukan lagi bahwa ini termasuk hal yang sangat mempengaruhi seseorang. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan kita dari hal ini dalam sabda beliau, الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ “Seorang itu berada di atas agama kekasihnya (teman dekatnya), maka hendaknya salah seorang kalian melihat siapa yang menjadi kekasihnya.” [ HR. At-Tirmidzi ] 4. Menyibukkan Diri Dengan Dunia dan Perhiasannya termasuk sebab yang dapat mengurangi iman. Sebab semakin semangat manusia memiliki dunia dan semakin menginginkannya, maka semakin memberatkan dirinya berbuat ketaatan dan mencari kebahagian akherat. Dan hal ini juga termasuk sebab lalainya seseorang. Dalam hal ini Rasululah Salallahu Alaihi Wasallam pernah menyarankan, “Cukuplah bagi salah seorang di antara kamu selagi dia di dunia hanya seperti bekal orang yang mengadakan perjalanan,” (HR. Ath-Thabrani). Ini adalah beberapa sebab lemahnya iman seseorang. Dan diantara tanda lemahnya iman seseorang adalah lalainya dia dari ibadah, melupakan ilmu yang telah dipelajarinya, dan lain-lain. Ilmu adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat. Sebesar apapun usaha kita untuk mencari ilmu, jika Allah tidak menghendakinya, maka kita tidak akan mendapatkan ilmu Nya atau kita merasa mempunyai ilmu akan tetapi ternyata ilmu tersebut tidak berkah dan akan cepat hilang. Oleh karena itu ikhlaslah dalam mencari ilmu, jangan mencampurinya dengan kemaksiatan dan perbanyak doa agar Allah . Semua manusia pasti pernah melakukan dosa. Oleh karena itu perbanyaklah istighfar dan meminta ke istiqomahan di jalan Nya. Semoga Allah memberikan kepada kita ke istiqomahan dalam jalan Nya. Wallahu a'lam bish-shawab Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Achmad Nur Hanafi, Lc. حافظه الله](/wp-content/uploads/2023/07/Mengagungkan-Ilmu-Tetapi-Terasa-Hampa-Apa-Masalahnya.webp)
Mengagungkan Ilmu Tetapi Terasa Hampa, Apa Masalahnya?
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Mengagungkan Ilmu Tetapi Terasa Hampa, Apa Masalahnya?, selamat membaca.
Pertanyaan:
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ustad saya sudah berusaha mengagungkan ilmu yang saya pelajari, saya terapkan dalam hidupku tetapi setelah seminggu ilmu tersebut tiba-tiba terasa hampa dan penjelasan hilang, ketika saya menerapkan ilmu tersebut 2 hari masih terang terus pada hari berikutnya ketika sholat, dijalan dan belajar dipikiran dan hati terbayang makanan terus padahal saya tidak ingin makan makanan tersebut setelah itu ilmu agama yang saya pelajari tersebut menjadi lupa pada saat mau dikerjakan, dosa apa yang membuat saya seperti itu ustad?
جزاك اللهُ خيراً
Ditanyakan oleh Santri Mahad Bimbingan Islam
Jawaban:
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in.
Abu Rib’iy Hanzhalah bin Ar Rabi’ Al-Usaidiy Al-Katib – salah seorang juru tulis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam – bersabda,
لَقِيَنِي أَبُو بَكْرٍ، فَقالَ: كيفَ أَنْتَ؟ يا حَنْظَلَةُ قالَ: قُلتُ: نَافَقَ حَنْظَلَةُ، قالَ: سُبْحَانَ اللهِ ما تَقُولُ؟ قالَ: قُلتُ: نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، يُذَكِّرُنَا بالنَّارِ وَالْجَنَّةِ، حتَّى كَأنَّا رَأْيُ عَيْنٍ، فَإِذَا خَرَجْنَا مِن عِندِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، عَافَسْنَا الأزْوَاجَ وَالأوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ، فَنَسِينَا كَثِيرًا، قالَ أَبُو بَكْرٍ: فَوَاللَّهِ إنَّا لَنَلْقَى مِثْلَ هذا، فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ، حتَّى دَخَلْنَا علَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، قُلتُ: نَافَقَ حَنْظَلَةُ، يا رَسُولَ اللهِ، فَقالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ وَما ذَاكَ؟ قُلتُ: يا رَسُولَ اللهِ، نَكُونُ عِنْدَكَ، تُذَكِّرُنَا بالنَّارِ وَالْجَنَّةِ، حتَّى كَأنَّا رَأْيُ عَيْنٍ، فَإِذَا خَرَجْنَا مِن عِندِكَ، عَافَسْنَا الأزْوَاجَ وَالأوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ، نَسِينَا كَثِيرًا فَقالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ: وَالَّذِي نَفْسِي بيَدِهِ إنْ لو تَدُومُونَ علَى ما تَكُونُونَ عِندِي، وفي الذِّكْرِ، لَصَافَحَتْكُمُ المَلَائِكَةُ علَى فُرُشِكُمْ وفي طُرُقِكُمْ، وَلَكِنْ يا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
“Abu Bakar radhiallahu’anhu menjumpaiku dan berkata, ‘Bagaimana kabarmu ya Hanzhalah?‘ Aku pun menjawab, ‘Aku telah menjadi munafik.‘ Abu Bakar berkata, ‘Subhanallah, apa yang sedang kau katakan?‘ Jawabku, ‘Ketika kami berada di majelis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam seakan-akan surga dan neraka ada di hadapan kami (ketika Rasulullah mengingatkan kami tentangnya – pent.).
Namun, saat kami berada diluar majelisnya maka kami disibukkan dengan istri-istri, anak-anak dan kehidupan kami hingga kami banyak lupa (terhadap akhirat).‘ Maka berkata Abu Bakar radhiallahu’anhu, ‘Demi Allah, Aku pun merasakan hal yang sama.‘ Maka kami pun bermaksud mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Aku pun berkata, ‘Hanzhalah telah munafik wahai Rasulullah.‘ Rasulullah bertanya, ‘Apa maksudmu?‘
Jawabku, ‘Wahai Rasulullah seakan surga dan neraka ada dihadapan kami ketika engkau mengingatkan kami tentangnya dalam majelismu. Akan tetapi, ketika kami tidak lagi berada di majelismu kamipun lalai dengan anak, istri dan kehidupan kami sehingga kami banyak melupakan (akhirat).‘ Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun bersabda,
‘Demi Dzat yang jiwa aku ada pada genggaman-Nya, jika kalian terus beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan selalu mengingat akhirat, maka niscaya malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidur kalian maupun di jalan-jalan. Namun Hanzhalah, manusia itu sesaat begini dan sesaat begitu.‘ Beliau mengulanginya sampai tiga kali.”
(HR. Muslim no. 2750).
Dari hadits diatas kita bisa mengetahui bahwa iman terkadang naik dan terkadang turun.
Diantara Sebab Turunnya Iman Seseorang Adalah :
- Dosa dan Maksiat. Keduanya sangat berpengaruh terhadap hati seseorang dan keimanannya. Akantetapi tidak banyak orang yang menyadarinya. Hal itu dikerenakan terkadang pengaruhnya tidak secara langsung atau pengaruh buruknya baru dirasakan setelah waktu yang lama. Oleh karena itu kita diperintahkan untuk banyak meminta ampunan atau istighfar. Bahkan Rasulullah pun dalam sehari beliau bisa lebih dari 70 kali istighfar.
وعَنْ أبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ :وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhubeliau berkata: Aku telah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:Demi Allâh aku sungguh beristighfar dan bertaubat kepada Allâh setiap harinya lebih dari tujuh
puluh kali. [HR. Al-Bukhari]
2. Tipu Daya Syeitan dan Iblis. Kita tahu bahwa iblis dan tentaranya memiliki tujuan untuk menyesatkan
manusia. Bahkan mereka tidak mengenal lelah untuk hal tersebut dan dengan berbagai macam cara. Maka
hendaklah kita selalu meminta perlindungan dari Allah agar di istiqomahkan dijalan Nya.
3. Teman atau Lingkungan Yang Buruk. Tidak diragukan lagi bahwa ini termasuk hal yang sangat
mempengaruhi seseorang. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan kita dari hal ini
dalam sabda beliau,
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seorang itu berada di atas agama kekasihnya (teman dekatnya), maka hendaknya salah seorang kalian melihat
siapa yang menjadi kekasihnya.” [ HR. At-Tirmidzi ]
4. Menyibukkan Diri Dengan Dunia dan Perhiasannya termasuk sebab yang dapat mengurangi iman. Sebab
semakin semangat manusia memiliki dunia dan semakin menginginkannya, maka semakin memberatkan
dirinya berbuat ketaatan dan mencari kebahagian akherat. Dan hal ini juga termasuk sebab lalainya seseorang.
Dalam hal ini Rasululah Salallahu Alaihi Wasallam pernah menyarankan,
“Cukuplah bagi salah seorang di antara kamu selagi dia di dunia hanya seperti bekal orang yang mengadakan
perjalanan,” (HR. Ath-Thabrani).
Ini adalah beberapa sebab lemahnya iman seseorang. Dan diantara tanda lemahnya iman seseorang adalah lalainya dia dari ibadah, melupakan ilmu yang telah dipelajarinya, dan lain-lain.
Ilmu adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat. Sebesar apapun usaha kita untuk mencari ilmu, jika Allah tidak menghendakinya, maka kita tidak akan mendapatkan ilmu Nya atau kita merasa mempunyai ilmu akan tetapi ternyata ilmu tersebut tidak berkah dan akan cepat hilang. Oleh karena itu ikhlaslah dalam mencari ilmu, jangan mencampurinya dengan kemaksiatan dan perbanyak doa agar Allah .
Semua manusia pasti pernah melakukan dosa. Oleh karena itu perbanyaklah istighfar dan meminta ke istiqomahan di jalan Nya. Semoga Allah memberikan kepada kita ke istiqomahan dalam jalan Nya.
Wallahu a’lam bish-shawab
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Achmad Nur Hanafi, Lc. حافظه الله