Keutamaan Tidak Meminta Diruqyah

Keutamaan Tidak Meminta Diruqyah
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan pembahasan keutamaan tidak meminta untuk diruqyah. Selamat membaca.
Pertanyaan:
Bismillah. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Semoga Allah menjaga ustadz beserta keluarga. Aamiin.
Inzin bertanya Ustadz, hadits tentang 70.000 orang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab, “mereka adalah orang orang yang tidak meruqyah”. Bukankah meruqyah merupakan berbuat baik, menolong dan memberi manfaat untuk orang lain? Apakah tidak boleh meruqyah?
Tolong penjelasannya Ustadz
Jazaakallahu khair wabaarakallahu fiik.
(Ditanyakan oleh Sahabat BIAS via Instagram Bimbingan Islam)
Jawaban:
Wa’alaikumussalam warahmatullah
Hadits yang dimaksud adalah adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh imam Bukhari no. 6472 dari ibnu Abbas :
يَدْخُلُ الجَنَّةَ مِن أُمَّتِي سَبْعُونَ ألْفًا بِغَيْرِ حِسابٍ، هُمُ الَّذِينَ لاَ يَسْتَرْقُونَ، ولاَ يَتَطَيَّرُونَ، وعَلى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Diantara umatku ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab; mereka adalah orang-orang yang tidak minta meruqyah, tidak bertathoyyur (menganggap sial), dan mereka bertawakkal hanya kepada Allah.”
Jika kita perhatikan dengan seksama, di dalam hadits disebutkan “لا يسترقون” yang artinya tidak meminta ruqyah.
Jadi bukan meruqyah orang tapi yang menjadi penyebab terhalang dari keutamaan ini adalah “meminta diruqyah”. Adapun meruqyah orang lain merupakan perbuatan baik, namun tidak untuk menjadikan diri sebagai pusat ruqyah, karena perbuatan ini dibenci oleh sebagian ulama.
Di antara alasan yang disebutkan ulama kenapa meminta ruqyah bisa menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan keutamaan ini adalah karena meminta ruqyah menyebabkan kehinaan diri karena meminta kepada orang lain, padahal ruqyah bisa dilakukan sendiri. Alasan lainnya adalah karena ketika kita meminta orang lain meruqyah dan setelah ruqyah belum datang kesembuhan akan menyebabkan kita bersuudzhon kepada orang tersebut.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله
Kamis, 28 Sya’ban 1443 H/ 31 Maret 2022 M
Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله تعالى
Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits), Dewan konsultasi Bimbingan Islam
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله تعالى klik disini