IbadahKonsultasi

Jika Mendapatkan Penghalang Dalam Beribadah

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

Jika Mendapatkan Penghalang Dalam Beribadah

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Jika Mendapatkan Penghalang Dalam Beribadah, selamat membaca.


Pertanyaan:

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Allāh selalu menjaga ustadz dan para pengurus dan peserta sekalian, dunia dan akhirat. Ustadz, jika seseorang dihalang-halangi orang lain untuk beribadah, apakah yang dihalangi ini terhitung sedang beramal ketika dia dihalangi. Maksud saya apakah penghalangan oleh orang itu terhitung sebagai amal shalih? Mohon penjelasannya.

جزاك اللهُ خيراً

Jawaban:

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in

Jika yang dihalangi dari beribadah adalah orang yang telah konsisten beribadah, amalannya bersifat kontinuitas, maka dia mendapat pahala yang sempurna. Adapun orang yang baru mulai beribadah, amalannya terbilang bersifat baru, maka dia akan mendapat pahala atas niat baiknya.

Amalan Yang Paling Dicintai Allah Ta’ala

Pertanyaan Masruq kepada Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, “Amalan apa yang paling dicintai oleh Allah?” Beliau Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha menjawab yaitu yang dilakukan secara terus-menerus.

Ini adalah amalan yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana sabda Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam:

وَاعْلَمُوا أَنَّ أَحَبَّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

“Dan ketahuilah bahwasanya amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Muslim, no. 2818)

Dilakukan Terus Menerus Walaupun Sedikit

Jadi, yang paling dicintai oleh Allah adalah yang kontinu walaupun sedikit tapi terus-menerus dikerjakan. Karena amalan yang sedikit lebih baik daripada amalan banyak yang dikerjakan hanya sekali, dua kali atau tiga kali kemudian seorang bosan dan tidak melakukannya lagi. Inilah keutamaan mereka yang konsisten dalam beribadah, sampai ketika mereka uzur sekalipun, mereka tetap akan mendapat pahala sempurna.

Baca Juga:  Delapan Golongan Penerima Zakat

عَنْ أَبِي مُوْسَى الأَشْعَرِي رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيْمًا صَحِيِحًا » رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ .

Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Apabila seseorang sakit atau sedang bepergian (musafir), maka dicatatlah baginya pahala sebagaimana amal perbuatan yang biasa dikerjakan pada waktu mukim (tidak bepergian) dan ketika waktu sehatnya.” (HR. Al-Bukhari, no. 2996).

Sebagian ahli ilmu berpandangan bahwa hadits ini juga berlaku untuk orang yang ingin rnmelakukan ketaatan lantas terhalang dari melakukannya. Padahal ia sudah rnpunya niatan kalau tidak ada yang menghalangi, amalan tersebut akan dijaga rutin.” (Lihat Fath Al-Bari, 6/136).

Kontinu Dalam Beramal

Kemudian masalah kontinu dalam melakukan suatu amalan dan terus-menerus ini adalah suatu perkara yang sangat penting yang membantu seseorang untuk konsisten di atas ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan hal ini benar-benar harus diperhatikan oleh seorang hamba.

Karena banyak di antara manusia yang berusaha untuk konsisten akan tetapi kemudian ia bosan untuk melakukan suatu amalan yang seharusnya dikerjakan terus-menerus baik itu setiap minggu, setiap bulan dan ia melihat bahwasanya amalan tersebut amalan yang berat dan ia tidak bisa sabar untuk terus melakukannya.

Maka melatih diri untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan melakukan amalan-amalan yang terus-menerus ini lebih baik daripada kita melakukan suatu amalan yang banyak namun dikerjakan hanya sekali atau dua kali kemudian setelah itu ditinggalkan. Karena amalan yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah yang kontinu walaupun sedikit.

Wallahu Ta’ala A’lam

 

Dijawab dengan ringkas oleh: 
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. 
حفظه الله

 

Ustadz Fadly Gugul, S.Ag

Beliau adalah Alumni S1 STDI Imam Syafi’I Jember Ilmu Hadits 2012 – 2016 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Takhosus Ilmi di PP Al-Furqon Gresik Jawa Timur | Beliau juga pernah mengikuti Pengabdian santri selama satu tahun di kantor utama ICBB Yogyakarta (sebagai guru praktek tingkat SMP & SMA) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Dakwah masyarakat (kajian kitab), Kajian tematik offline & Khotib Jum’at

Related Articles

Back to top button