AqidahArtikelKonsultasi

Hukum Menganggukkan dan Menundukkan Kepala Untuk Menghormati

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Hukum Menganggukkan dan Menundukkan Kepala Untuk Menghormati

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang hukum menganggukkan dan menundukkan kepala untuk menghormati.
selamat membaca.


Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Allah ‘Azza wa Jalla selalu menjaga ustadz dan keluarga. Saya mau bertanya ustadz.

Ustadz apakah sekedar menganggukkan kepala ketika bertemu orang yang lebih tua dari kita bisa disamakan dengan membungkukkan badan atau ruku’ sehingga hukumnya haram?
(Disampaikan oleh Fulan, Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS)

Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.

Para ulama bersepakat tentang keharaman membungkukkan badan dalam rangka pengagungan dan ibadah kepada selain Allah ta’ala.
Adapun membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan kepadanya, para ulama berbeda pendapat. Jumhur ulama memakruhkannya. Sebagian lagi ada yang mengharamkannya dan ada juga yang membolehkannya.
Bila sekedar mengagukkan kepala untuk menghormati atau menyapa maka di perbolehkan karena tidak ada dalil yang melarangnya.

Pendapat yang mengharamkan ketika membungkuk, antara lain :

An-Nawawiy rahimahullah berkata:

يكره حني الظهر في كل حال لكل أحد لحديث انس السابق

“Dimakruhkan membungkukkan punggung dalam semua keadaan kepada siapapun berdasarkan hadits Anas yang lalu”
(Al-Majmuu’, 4/635)

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

وأما الإنحناء عند التحية فينهي عنه كما في الترمذي عن النبي صلى الله الله عليه وسلم أنهم سألوه عن الرجل يلقى أخاه ينحنى له قال لا ولأن الركوع والسجود لا يجوز فعله إلا لله عز و جل ……. قد تقدم نهيه عن القيام كما يفعله الأعاجم بعضها لبعض فكيف بالركوع والسجود وكذلك ما هو ركوع ناقص يدخل في النهي عنه

“Adapun membungkukkan ketika memberikan penghormatan, maka itu terlarang berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Bahwasannya mereka (para shahabat) bertanya tentang seseorang yang bertemu dengan saudaranya lalu ia membungkukkan badan kepadanya. Beliau menjawab : ‘Tidak boleh’. Hal itu dikarenakan rukuk dan sujud tidak diboleh dilakukan kecuali terhadap Allah ‘azza wa jalla.
Telah berlalu larangan berdiri (sebagai penghormatan) sebagaimana yang dilakukan orang-orang ‘Ajam (non Arab) antara satu dengan yang lainnya. Lantas, bagaimana dengan rukuk dan sujud? Begitu juga rukuk yang kurang termasuk dalam larangan ini”
(At-Tawassul, hal. 377)

Perlu di lihat kembali, bahwa yang terlarang adalah gerakan membungkuk yang meniatkan untuk memberikan pengagungan. Bila tidak ada niatan sama sekali maka diperbolehkan, selama tidak sampai kepada gurukan rukuk mengarah ke sujud.

BACA JUGA

Sebagaian ulama yang membolehkannya antara lain apa yang di katakan oleh imam An-Nafraawiy rahimahullah :

وَأَفْتَى بَعْضُ الْعُلَمَاءِ بِجَوَازِ الِانْحِنَاءِ إذَا لَمْ يَصِلْ إلَى حَدِّ الرُّكُوعِ الشَّرْعِيِّ

“Dan sebagian ulama berfatwa bolehnya membungkukkan badan jika tidak sampai pada batas rukuk syar’iy”
[Fawaakihud-Dawaaniy, 8/296. Dinukil juga dalam Haasyiyyah Ash-Shaawiy ‘alaa Asy-Syarh Ash-Shaghiir, 11/279].

As-Safaariniy rahimahullah menukil:

وَقَدَّمَ فِي الْآدَابِ الْكُبْرَى عَنْ أَبِي الْمَعَالِي أَنَّ التَّحِيَّةَ بِانْحِنَاءِ الظَّهْرِ جَائِزٌ

“Dan telah berlalu dalam Al-Aadaabul-Kubraa dari Abul-Ma’aaliy bahwasannya penghormatan dengan membungkukkan punggung diperbolehkan”
[Ghidzaaul-Albaab, 1/256].

Sehingga perbedaan yang terjadi diantara para ulama adalah apabila terkait dengan membungkukkan badan bukan pada mengagukkan kepala. Sehingga diperbolehkan melakukan anggukan kepala untuk menyapa atau memuliakan orang tersebut.

Wallahu ta’ala a’lam.

Dijawab dengan ringkas oleh :
Ustadz Ustadz Mu’tashim Lc., M.A. حفظه الله
Rabu, 01 Jumadal Ula 1442 H/ 16 Desember 2020 M



Ustadz Mu’tashim Lc., M.A.
Dewan konsultasi Bimbingan Islam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mu’tashim Lc., M.A. حفظه الله 
klik disini

Ustadz Mu’tasim, Lc. MA.

Beliau adalah Alumni S1 Universitas Islam Madinah Syariah 2000 – 2005, S2 MEDIU Syariah 2010 – 2012 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Syu’bah Takmili (LIPIA), Syu’bah Lughoh (Universitas Islam Madinah) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Taklim di beberapa Lembaga dan Masjid

Related Articles

Back to top button