TausiyahUmum

Hijrah Bersama Karena Allah

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Hijrah Bersama Karena Allah

Sobat, hijrah adalah jalan terbaik dalam meraih nikmatnya hidayah. Ketentraman, kebahagiaan, kelapangan, dan kesenangan akan anda peroleh. Bukankah hijrah itu nikmat? Apalagi kau landasi jalan hijrahmu karena Allah semata. Namun rasa berat untuk meninggalkan masa lalu yang kelam (dosa-dosa dan kebiasaan buruk) hanya berlaku bagi mereka yang tak melandasi hijrahnya karena Allah. Adapun bagi yang meninggalkan maksiat tersebut dengan jujur dan ikhlas karena Allah dari lubuk hati yang paling dalam, ia tidak akan mendapatkan kesusahan sama sekali, kecuali pada awalnya saja. Dan begitulah jalan kehidupan manusia. Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻭَﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮُ ﻣَﻦْ ﻫَﺠَﺮَ ﻣَﺎ ﻧَﻬَﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪ

“Dan Al-Muhaajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan larangan Allah.” (HR. Al-Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40)

Baca pula: Hukum Hijrah dari Negeri Kafir

Balasan bagi orang yang hijrah

Bagi orang-orang yang jujur dan ikhlas dalam hijrahnya ia kan mendapat balasan kenikmatan, dengan tambahan rizki. Memang hijrah itu tidaklah mudah, sebab hal ini sebagai ujian baginya, apakah ia jujur dalam meninggalkan suatu keburukan karena Allah atau hanya pura-pura saja. Padahal, seandainya ia mau bersabar sedikit saja, kesusahan dan rasa berat itu akan segera mejadi lezat dan manis. Dengan hijrah ia mendapati bahwa rizki Allah itu luas dan bumiNya sangat luas. Hal ini sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak.” (QS. An-Nisaa: 100)

Yang dimaksud مُرَاغَمًا dalam ayat diatas adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ar-Razi, “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah ke negeri lain, niscaya akan mendapat di negerinya yang baru itu kebaikan dan kenikmatan yang menjadi sebab kehinaan dan kekecewaan para musuhnya yang berada di negeri asalnya. Sebab orang yang memisahkan diri dan pergi ke negeri asing, sehingga mendapatkan ketentraman di sana, lalu berita itu sampai kepada negeri asalnya, niscya penduduk asli negeri itu akan malu atas buruknya mu’amalah (perlakuan) yang mereka berikan, sehingga dengan demikian mereka merasa hina.” (At-Tafsirul Kabir, 11/15. Lihat pula Tafsir Al-Qasimi, 5/407)

Sedangkan yang dimaksud, سَعَةً (keluasan), yaitu keluasan rizki. Inilah yang dikatakan oleh Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu dalam menafsirkan ayat ini. Juga dikatakan oleh Ar-Rabi’, Adh-Dhahhak, Atha dan mayoritas ulama. [Lihat Zadul Masir 2/179 Ruhul Ma’ani 5/127, Tafsir Al-Manar 5/359, Aisarut Tafasir 1/445]

Muhammad bin Sirin rahimahullah pernah mengatakan, “Saya mendengar Syuraih bin Al Harits Al Qadhi bersumpah atas nama Allah, bahwa tidaklah seorang hamba meninggalkan sesuatu karena Allah kemudian ia menjadi benar-benar kehilangan. Tetapi pasti ia akan mendapatkan gantinya. Karena telah benar hadits yang menyatakan, ‘siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik baginya.’”

Adapun pengganti itu bentuknya bermacam-macam, yang paling berharga adalah rasa tenang dengan Allah, kecintaan kepada-Nya, ketentraman hati kekuatan dan semangat jiwa, kegembiraan dan keridhaan terhadap Rabbnya. Allahua’lam. (Al Fawaid karya Ibnul Qayyim)

Teladan hijrah Nabi dan para Sahabat

Walau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah tiada namun perjalanan hijrah mereka dari dahulu dan sampai sekarang masih menyisakan hikmah yang sangat luar biasa. Orang yang hanya mengetahui sedikit tentang sejarah Islam pun sudah tahu akan peristiwa hijrahnya para Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Madinah.

Lihatlah ketika para sahabat meninggalkan rumah-rumah, harta benda dan kekayaan mereka untuk hijrah di jalan Allah Ta’ala, Allah serta merta mengganti semuanya. Allah memberikan kepada mereka kunci-kunci negeri Syam, Persia dan Yaman. Allah berikan kepada mereka kekuasaan atas istana-istana negeri Syam yang merah, juga istana Mada’in yang putih. Mereka juga dibukakan pintu-pintu Shan’a, serta ditundukkan untuk mereka berbagai simpanan kekayaan Kaisar dan Kisra.

Baca pula: Ketika Orang Tua Tidak Ridho Dengan Hijrah Anaknya

Landasi hijrahmu dengan ilmu

Maka landasilah hijrahmu dengan niatan karena Allah Ta’ala semata. Untuk mencari ridhonya, niscaya kau akan dapati kenikmatan yang luar biasa.

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ

“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad 5: 363)

Doa dikuatkan dalam hijrah

Doa berikut ini sebaiknya sering kita amalkan dan sudah selayaknya kita hafalkan dalam setiap doa yang kita panjatkan kepada Allah agar kita terjaga diatas hidayah dan agamaNya,

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Rabbanaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lanaa Min-Ladunka Rahmatan, innaka Antal-Wahhaab. (Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Dzat yang Maha Pemberi (karunia).) (QS. Ali Imran: 8)

Dan doa ini,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

Ya Muqallibal Quluubi Tsabbit Qalbiy ‘Alaa Diinika. (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.) (HR. At-Tirmidzi no. 3522, lihat Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 2792)

Ditulis Oleh:
Ustadz Abu Ruwaifi’ Saryanto, S.Pd.I. حفظه الله
(Kontributor Bimbinganislam.com)



Ustadz Abu Ruwaifi Saryanto, S.Pd.I.
Da’i mukim Yayasan Tebar Da’i Mukim di Bandungan, Alumni STAI Ali Bin Abi Thalib,
Mahasiswa Magister Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Abu Ruwaifi 
klik disini

 

Ustadz Saryanto Abu Ruwaifi’

Beliau adalah Alumni STAI Ali Bin Abi Thalib Surabaya, Mahasiswa S2 Magister Hukum Islam – Kelas Internasional Universitas Muhammadiyah Surakarta, | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial di Yayasan Tebar Da’i Mukim di Bandungan, Kab. Semarang, Jawa Tengah)

Related Articles

Back to top button