Uncategorised

Hadramaut Memiliki Keutamaan Setelah Tiga Masjid

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Pertanyaan :

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Saya mau bertanya, banyak atau sebagian orang menganggap bahwa nama daerah di negri Yaman, Tarim namanya, tepatnya nama daerah nya Hadramaut, memiliki keutamaan karena di situ terdapat para ulama-ulama wali Allah yang mulia, tepatnya para habaib. Mereka juga berpemahaman bahwa Hadramaut itu memiliki keutamaan setelah 3 tempat (Masjid Al haram, Masjid Nabawi, Masjid Aqsa). Lantas bagaimana pendapat seperti ini ? Syukron

(Dari Muhammad Iqbal di Bojong Kulur Bogor Anggota Grup WA Bimbingan Islam NO5 G-34)

Jawaban :

وعليكم السلام ورحمة الله وبر كاته

Kami belum pernah mendapati dalil baik dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah tentang keutamaan khusus daerah Tarim, Hadhramaut. Apalagi hingga dianggap ia merupakan tempat yang memiliki keutamaan seperti tiga masjid yang mulia. Namun yang ada adalah keutamaan penduduk negri Yaman secara umum.

Hampir setiap aliran atau kelompok atau sekte yang ada, mereka cenderung akan mengkultuskan daerah asal aliran tersebut bermula, atau daerah dimana para tokoh aliran tersebut dilahirkan dan bertempat tinggal di sana. Anehnya kebanyakan klaim ini tidak dibarengi dengan adanya dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Seperti orang syiah mengkultuskan negri Iran, orang ahmadiyah mengkultuskan Qadian, atau jama’ah tabligh yang mengkultuskan negri India dll.

Diantara sekian riwayat yang menyatakan keutamaan ahli Yaman adalah riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang berkata :

أَتَاكُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ هُمْ أَرَقُّ أَفْئِدَةً وَأَلْيَنُ قُلُوبًا ، الْإِيمَانُ يَمَانٍ وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَةٌ

“Telah datang kepada kalian penduduk/ahli Yaman, mereka ini paling lembut hati dan perasaannya, keimanan itu Yaman dan kebijaksanaan itu Yaman”. (HR Bukhari : 4388, Muslim : 52).

Yaman secara bahasa artinya kanan, Imam Badruddin Al-Aini menuliskan :

(سميت اليمن) ، لأنها عن يمين الكعبة هذا قول الجمهور

“Dinamakan Yaman karena ia berlokasi di sebelah kanannya Ka’bah”. (Umdatul Qari : 16/72).

Menurut sebagian penafsiran para ulama, maksud dari Yaman di sini adalah Mekkah dan Madinah, dan ahli Yaman adalah kaum Anshar. Karena ketika Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan hadits ini beliau sedang ada di Tabuk. Dan Madinah ada di sebelah kanan beliau, sehingga Yaman di sini maksudnya adalah Madinah dan Kaum Anshar yang mendiami Madinah. Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata :

قِيلَ الْمُرَادُ مَكَّةُ وَالْمَدِينَةُ لِأَنَّ هَذَا الْكَلَامَ صَدَرَ وَهُوَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِتَبُوكَ فَتَكُونُ الْمَدِينَةُ حِينَئِذٍ بِالنِّسْبَةِ إِلَى الْمَحَلِّ الَّذِي هُوَ فِيهِ يَمَانِيَّةٌ

“Dikatakan bahwa maksudnya adalah Mekah dan Madinah. Karena perkataan ini muncul ketika beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam berada di Tabuk, sehingga Madinah ada di sebelah kanannya/Yaman”. (Fathul Bari : 8/99).

Disebutkan dalam Tafsir Al-Khazin :

قال السدي: نزلت في الأنصار لأنهم هم الذين نصروا رسول الله صلى الله عليه وسلم وأعانوه على إظهار الدين. وقيل:

هم أحياء من أهل اليمن ألفان من النخع وخمسة آلاف من أهل كندة وبجيلة وثلاثة آلاف من أخلاط الناس جاهدوا في سبيل الله يوم القادسية في خلافة عمر

“As-Sudi berkata ; Ayat ini turun untuk kaum Anshar, karena mereka lah yang menolong Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam serta membantu beliau menampakkan syiar agama. Dan dikatakan yang dimaksud adalah sekelompok orang dari ahli Yaman, dua ribu dari Nakha’, lima ribu dari dari Kindah dan Bakhilah, serta tiga ribu dari daerah lain. Mereka berjihad di jalan Allah pada masa peperangan Qadisiyah bersama Umar bin Khaththab”. (Tafsir Al-Khazin : 2/55).

Dalam Tafsir Al-Alusy disebutkan :

والظاهر أنه ثناء على أهل اليمن لإسراعهم إلى الإيمان وقبولهم له بلا سيف، ويشمل الأنصار من أهل اليمن وغيرهم، فكأن الإيمان كان في سنخ قلوبهم فقبلوه كما أنهى إليهم كمن يجد ضالته ومثله في الثناء عليهم

“Yang tampak hadis ini merupakan pujian bagi ahli Yaman karena cepatnya mereka menyambut dan menerima keimanan dengan tanpa pedang/peperangan. Pujian ini mencakup kaum Anshar (penduduk Madinah) yang asli dari Yaman maupun dari daerah lain. Seolah iman itu bersemayam di lubuk hati mereka”. (Tafsir Al-Alusy : 15/493)

Apapun itu, taruhlah seandainya memang keutamaan ini milik ahli Yaman, maka ia tidak berlaku untuk semua penduduk Yaman di setiap zamannya. Selaras dengan apa yang dikatakan oleh Imam Al-Qasthalani :

 أو المراد أهل اليمن على الحقيقة وحمله على الموجودين منهم إذ ذاك لا كل أهل اليمن في كل زمان

“Atau maksudnya adalah benar-benar ahli Yaman secara hakiki, dan ditujukan kepada ahli Yaman yang ada kala itu. Karena yang dimaksud bukan ahli Yaman di setiap jaman”. (Irsyadus Sari : 6/5).

Adapun Hadhramaut kami belum mendapatkan dalil akan keutamaan daerah ini. Yang kami dapati adalah riwayat yang mengisahkan akan kemunculan api dari sana sebagai tanda dekatnya hari kiamat :

ستخرج نار من حضرموت أو من نحو بحر حضرموت قبل يوم القيامة تحشر الناس قالوا يا رسول الله فما تأمرنا قال عليكم بالشام

“Api akan keluar dari Hadhramaut atau dari arah laut Hadhramaut sebelum hari kiamat api itu akan menggiring manusia. Para sahabat bertanya ; Apa yang engkau perintahkan kepada kami ketika itu wahai Rasulullah ?. Beliau menjawab : ‘Pergilah ke negri Syam”. (Hadis shahih dishahihkan oleh Imam Al-Albani dalam SilSilah Ahadits Ash-Shahihah : 6/636).

Adapun Tarim secara khusus yang merupakan bagian dari Hadhramaut, kita nukilkan di sini pernyataan Syaikh Ahmad bin Hasan Al-Mu’allim dalam kitab beliau berjudul “Al-Quburiyah” yang sudah mendapatkan rekomendasi langsung dari dua ulama besar Negri Yaman yang merupakan Anggota Majlis Fatwa Negri Yaman. Keduanya adalah Syaikh Muhammad bin Ismail Al-Amrani dan Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Bukair.

Dinyatakan dalam kitab tersebut bahwa Tarim ini menjadi daerah yang dipenuhi oleh berbagai praktek ghuluw/melampaui batas di dalam mengkultuskan orang shalih.

Sampai kubur-kubur di sana, batu dan juga sumur di thawaf-i, bahkan ada manasik khusus sebagaimana manasik haji yang seharusnya hanya boleh dilakukan di ka’bah. Penulis kitab menyatakan :

أما المناسك الزمانية والعملية: فهي تجمُّعٌ عند مشاهد أبي بكر بن سالم وبنيه عند نيَّة التوجُّه إلى شعب هود، ثمَّ المرور بـ « المحذفة »، أي: المرجم الذي يرجمه جموعٌ من الزوار، ثمَّ المرور بقبر الكافرة الذي يُسبُّ ويُشتم ويُتفل عليه، ثمَّ الوصول إلى الشعب والاغتسال في نهر هود الذي هو في زعمهم من أنهار الجنة، ثمَّ الصلاة عند « حصاة » عمر المحضار، أي: الموقع الذي كان يَتعبَّد ويُصلِّي فيه ذلك الصوفي الكبير المقدَّس عندهم… ثمَّ الوقوف على البئر المعطَّلة، والسلام على الأرواح التي فيها، وهي أرواح الأنبياء والأولياء، ثمَّ الوقوف على القبر المزعوم، ثمَّ النزول إلى تحت الصخرة المقدَّسة « الناقة المتحجرة » – كما يزعمون – وعند العودة إلى تريم يختمون بالطواف سبعة أشواط حول مقابر تريم الثلاث

“Adapun manasik zamaniyah wal amaliyah adalah merupakan ritual berkumpulnya manusia di kuburan Abu Bakar bin Salim dan keturunannya ketika mereka berniat untuk menuju petilasan Hud. Kemudian melewati ‘Mahfadzah’ yaitu tempat untuk lempar jumrah, para peziarah melempar jumrah di lokasi ini. Kemudian dilanjutkan melewati kuburan seorang wanita kafir yang dicela, dicaci, serta diludahi.

Setelah itu perjalanan manasik sampai ke petilasan dan mandi di sungai Hud. Sungai ini diklaim sebagai salah satu sungai syurga. Ritual manasik selanjutnya ialah shalat di petilasan Umar Al-Muhdhar, atau tempat yang dulu dipakai oleh Umar Al-Muhdhar untuk shalat dan beribadah. Umar Al-Muhdhar ini adalah tokoh sufi besar yang dikultuskan oleh mereka. Kemudian menuju ke sumur mati dan mengucapkan salam kepada arwah-arwah yang ada di situ. Yaitu arwah para nabi dan rasul.

Dilanjutkan berdiri di tepi kuburan yang diklaim, dan turun menuju batu yang dikeramatkan yang diklaim batu ini dulunya merupakan perwujudan onta yang berubah menjadi batu. Dan ketika kembali ke Tarim mereka menutup rangkaian manasik dengan bertawaf tujuh kali mengelilingi kuburan Tarim yang tiga”. (Al-Quburiyah : 366). Wallahu a’lam

Konsultasi Bimbingan Islam

Ustadz Abul Aswad Al Bayati

Back to top button