Apakah Sah Sholat Petugas Protokol Kesehatan Sholat Jumat di Masa Pandemi?

Apakah Sah Sholat Petugas Protokol Kesehatan Sholat Jumat di Masa Pandemi?
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang apakah sah sholat petugas protokol kesehatan sholat jumat di masa pandemi?
selamat membaca.
Pertanyaan :
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Semoga Ustadz dan keluarga selalu dalam kebaikan dan lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Afwan ustadz, Bagaimana jika kita sholat jumat atau jumatan tapi tidak mendengarkan khutbah karena menjadi petugas protokol kesehatan di masjid? Mengukur suhu badan jamaah, mengatur jamaah, dan lain-lain. Mohon penjelasannya ustadz
(Disampaikan oleh Fulan, penanya dari grup Hijrah Diaries Putri)
Jawaban :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Bismillah walhamdu lillah wash shalaatu wassalaamu ‘ala Rasulillah wa ‘ala aalihi wa shahbihi waman waalaah.
Hukum (asal) mendengar Khutbah Jumat adalah wajib.
Allah Tabaaraka wa Ta’ala berfirman;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوۡمِ ٱلۡجُمُعَةِ فَٱسۡعَوۡاْ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَذَرُواْ ٱلۡبَيۡعَۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jumat, maka segeralah kamu dzikir (mengingat) Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
[Surat Al-Jumu’ah, Ayat 9]
Ibnu Abdil Barr rahimahullah mengatakan,’Dzikir (dalam ayat tersebut) maknanya adalah shalat dan khutbah berdasarkan ijma’.’
[Al-Istidzkar 5/128]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ
‘Apabila kamu mengatakan kepada temanmu di hari Jumat, ‘Diamlah kamu!’ sedang imam dalam keadaan berkhutbah maka kamu telah berkata yang sia-sia.’
[HR. Bukhari no. 934 dan Muslim no. 851 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Dalam riwayat lain terdapat penjelasan tentang hukuman bagi yang berbuat ‘lagha’ (sia-sia). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ومَنْ لَغا، وتَخَطّى رِقابَ الناسِ، كانَتْ لَهُ ظُهْرًا
‘Barangsiapa yang berbuat ‘lagha’, melangkahi pundak manusia, maka baginya (pahala) dzuhur.’
[HR. Abu Dawud no. 347, lihat Shahihul Jaami’ no. 6067 dari Abdullah bin Amru radhiyallahu ‘anhu]
Tentang fadhilah bagi yang menyimak khutbah dengan baik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan,
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ وَزِيَادَةُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ وَمَنْ مَسَّ الْحَصَى فَقَدْ لَغَا.
‘Barangsiapa yang berwudhu, lalu ia menyempurnakan wudlunya, kemudian mendatangi Jum’at, mendengarkan (khutbah) tanpa berkata-kata, maka akan diampuni (dosa-dosa yang dilakukannya) antara hari itu dengan hari Jumat yang lain, ditambah tiga hari. Dan barangsiapa yang memegang-megang batu kerikil, maka ia telah berbuat kesia-siaan.’
[HR. Muslim no. 857 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Adapun tidak bisa mendengar khutbah jumat dikarenakan sedang menjalankan tugas untuk mengatur shaf, memeriksa penggunaan masker jama’ah, mengecek suhu tubuh dan yang lainnya maka ini adalah termasuk udzur syari’, karena memang himbauan dari Pemerintah dan MUI adalah seperti itu, yaitu menjalankan protokol kesehatan di masa pandemi.
Zakariya al-Anshari rahimahullah berkata,
وَقَدْ نَقَلَ الْقَاضِي عِيَاضٌ عَن الْعُلَمَاءِ أَنَّ الْمَجْذُومَ وَالْأَبْرَصَ يُمْنَعَانِ مِنْ الْمَسْجِدِ وَمِنْ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ، وَمِنْ اخْتِلَاطِهِمَا بِالنَّاسِ
‘Al-Qadhi ‘Iyadh mengutip dari para Ulama, bahwa orang yang kena penyakit lepra dan kusta terlarang masuk ke Masjid, dan terlarang shalat Jumat, dan berkumpul bersama manusia’.
[Asnal Mathalib, 1/215]
Sedang kita tidak tahu orang yang terpapar covid-19 kecuali salah satunya adalah dengan mengecek suhu tubuh. Dan protokol kesehatan tersebut dijalankan adalah berdasarkan hadits,
لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ
‘Tidak boleh ada bahaya dan membahayakan orang lain’.
[HR. Ibnu Majah, no. 2340, lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 250 dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu]
Semoga bermanfaat.
Wallahu Tabaaraka wa Ta’ala A’lam.
Wa Akhiru da’waanaa anil hamdu lillahi Rabbil ‘aalamin.
Dijawab oleh:
Ustadz Fajar Basuki, Lc. حفظه الله
Jumat, 27 Rabiul Awwal 1442 H/ 13 November 2020 M
Ustadz Fajar Basuki, Lc. حفظه الله
Beliau adalah Alumnus Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam and Arab (LIPIA) Jakarta
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Fajar Basuki, Lc. حفظه الله klik disini