
5 Tips Menghadapi Ayah Yang Kasar Dan Temperamen
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan 5 tips menghadapi ayah yang kasar dan temperamen. Selamat membaca.
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum. Ustadz, bagaimana sikap seorang anak menghadapi seorang ayah yang kasar, suka menghina hingga mengancam untuk menghabiskan (membunuh, memukul) anaknya bahkan ayahnya sudah tidak menganggap si anak ini sebagai anaknya.
Anak yang lain sudah berusaha menasehati sang ayah, namun sang ayah selalu merasa benar dan tak mau disalahkan. Apakah boleh si anak tadi tidak mempedulikan ataupun menjauh dari ayahnya untuk menghindari pertengkaran, Ustadz?
Mohon solusi dan nasehatnya Ustadz. Jazakallahu khayran.
(Ditanyakan oleh Sahabat BIAS melalui Grup WA)
Jawaban:
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Ayah merupakan sosok yang penting dalam keluarga. Selain sebagai pemimpin, ayah juga sering dijadikan idola dan panutan anak-anaknya. Saat menjalankan kewajibannya dengan baik, ayah menjadi sosok panutan yang bertanggungjawab dengan melindungi keluarganya dari siksa api neraka.
Ingatlah kisah Luqman. Dia adalah hamba Allah yang shalih. Berkat keshalihannya Allah Ta’ala berikan padanya kata-kata hikmah yang menghiasi lembaran Al-Qur’an. Nasihat Luqman sebagai ayah yang ia berikan kepada anaknya dan menjadi pelajaran bagi kita.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman : 13)
Namun acap kali, seorang ayah kurang bertanggungjawab terhadap pendidikan anak-anaknya, bahkan ada yang tak sudi lagi menganggap anak kandung sebagai seorang anak, karena beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Inilah ujian seorang anak dengan bapaknya di dunia, ataupun berlaku sebaliknya.
Berikut beberapa tips menghadapi ayah yang temperamen dan sering berkata kasar ketika ada hal yang tidak dia sukai dan dibencinya:
1. Tetap bersikap tenang dan sabar.
Pertama-tama, mengertilah bahwa kebanyakan ledakan emosi dan kata-kata kasar yang keluar dari mulut seseorang berasal dari luka di masa lalu atau pengalaman yang tidak menyenangkan.
Jadi, saat ia mulai berkata kasar, usahakan untuk tetap tenang dan tidak tersulut emosi ataupun terlihat marah. Sikap tenang ini pun jangan dibarengi dengan meremehkan kondisi sang ayah.
Berikan sugesti positif pada pikiranmu sendiri. Belajar berprasangka yang baik. Lihatlah kemarahannya dari sudut pandang lain dan cobalah pahami kira-kira hal apa yang membuka luka masa lalu dan menyulut kemarahannya.
2. Jangan membalas balik.
Walau sakit hati dengan apa yang ayah katakan, seorang anak perlu berbesar hati untuk tidak membalas perkataan kasar sang ayah. Menyerang balik tidak akan menyelesaikan masalah, malah justru bisa memperburuk keadaan. Bukan tidak mungkin ayah bisa melakukan kekerasan fisik karena tersulut perkataan anak.
Di dalam hubungan kekeluargaan, tidak ada kalah atau menang. Jadi, mengalah bukan berarti kalah. Dalam situasi ini, anak harus bisa menjadi pendingin keadaan yang tengah memanas oleh perkataan ayah.
Lagi pula, berbicara balik dengan seseorang yang sedang marah biasanya akan percuma. Oleh karena itu, mengalahlah sebentar sampai amarah ayah mereda.
3. Belajar Mendengar dan Memahami Dari Sisi Sudut Pandang Sang Ayah
Dengarkan dan ajak berdiskusi setelah kegusarannya mulai reda, cobalah memancingnya untuk menceritakan alasan kemarahannya dan dengarkan ia dengan rasa empati dan penuh kasih (bukan meremehkan).
Ulangi apa yang ia katakan sebagai konfirmasi, agar ia benar-benar merasa didengarkan. Setelah kira-kira ia sudah bisa diajak berdiskusi, mulailah nyatakan pendapatmu dengan kepala dingin.
Katakan bahwa yang ia lakukan itu kurang tepat dan menyakiti hati anaknya. Ingatkan bahwa apa yang ia lakukan bisa saja ditiru oleh anak-anaknya yang lain kelak. Namun, gunakanlah kata-kata yang lembut dan tidak menyudutkannya.
Bila ia menyalahkanmu sebagai anak dan anda memang mengakui kesalahan itu, jangan ragu untuk meminta maaf kepadanya. Anda juga bisa melunak dan memulai tugas seorang anak yang paling berbakti yang pernah dikenalnya untuk memperbaiki suasana hatinya yang sedang buruk.
4. Beri waktu.
Jika semua usaha anak untuk mendengarkan, berdiskusi baik-baik, dan meluluhkan hatinya tidak juga menghilangkan amarah dan kata-kata kasarnya, ada baiknya untuk memberinya waktu.
Bila sang ayah benar-benar mencintai dan peduli pada anak-anaknya, serta ingin memperbaiki hubungan keluarga, tentu ia akan berusaha untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
5. Berdoa dan Selalu Doakan Orang Tua Sepanjang Hidup
Ajaran Islam yang mulia sangat memotivasi anak-anak kaum muslimin untuk mendoakan kedua orang tua mereka, memohonkan ampun untuk mereka dan memintakan rahmat Allah Ta’ala untuk keduanya, doa untuk keduanya sangatlah bermanfaat baik ketika mereka masih hidup maupun sepeninggal mereka, doa juga merupakan di antara sebab kedua orang tua kelak diangkat derajatnya di sisi Allah Ta’ala.
وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرا
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (QS. Al-Isra’; 24).
Adapun bagi anak dilarang tidak mempedulikan ataupun menjauh dari ayahnya untuk menghindari pertengkaran, ini ada sisi yang keliru, yang benar adalah membatasi pertemuan untuk menghindari pertengkaran tapi tetap berbuat baik padanya, seperti memberikan hadiah yang ia sukai walaupun dengan cara tidak langsung, atau menyamarkan pemberian bahwa itu dari anda, dan ini adalah bentuk jihad (berbakti pada orang tua) tersendiri.
Selamat berjuang, semoga Allah Ta’ala memberikan Taufiq-Nya.
Wallahu Ta’ala A’lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Jumat, 29 Juli 1443 H/ 29 Dzulhijjah 2022 M
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits), Dewan konsultasi Bimbingan Islam
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Fadly Gugul حفظه الله تعالى klik disini