Adab & Akhlak

Ikut-Ikutan Gaya Atau Adat Istiadat Orang Lain, Dilarang?

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

Ikut-Ikutan Gaya Atau Adat Istiadat Orang Lain, Dilarang?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Ikut-Ikutan Gaya Atau Adat Istiadat Orang Lain, Dilarang? selamat membaca.

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum Ustadz. Apa hukum meniru/ikut-ikutan dg gaya seseorang atau kebudayaan serta adat istiadat?

Ditanyakan Sahabat BIAS melalui Grup WhatsApp


Jawaban:

Wa’alaikum salaam warohmatullohi wabarokaatuh..

Hukum ikut-ikutan?
Jika pada perkara yg baik maka tidak masalah. Yang jadi masalah kalau kita ikut-ikutan pada perkara yang salah, atau terlalu ikut-ikutan sampai tidak kritis terhadap kesalahan yg ada.

Sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata pernah berpesan

لا يكون أحدكم إمَّعَة
قالوا : وما الإمَّعَةُ يا أبا عبد الرحمن ؟
قال : يقول: إنما أنا مع الناس إِن اهتدوا اهْتَدَيْتُ ، وإِن ضَلُّوا ضَلَلْتُ
ألا ليُوَطِّنُ أحدكم نفسه على إِنْ كَفَرَ الناس أَنْ لا يَكْفُرَ

[الطبراني في الكبير٨٧٦٥]

“Janganlah salah seorang di antara kamu menjadi imma’ah”
Kawan-kawannya mengatakan “Apa itu Imma’ah wahai Abu Abdurrahman?”
Abdulloh ibn Ma’sud menjawab, “Yaitu orang yang mengatakan ‘saya mengikuti orang-orang, jika mereka mendapatkan petunjuk, maka saya akan mendapatkan petunjuk, dan jika mereka sesat saya juga sesat’. Ingatlah! Hendaknya salah seorang di antara kalian menguatkan dirinya, yaitu ketika manusia kufur, namun dia tidak kufur”
[HR Thobroni dalam Al-Kabir 8765]

Baca Juga:  Bolehkah Mencintai Ulama dan Habaib Dengan Memajang Foto Mereka?

Tidak dipungkiri bahwa ikut-ikutan atau meniru adalah salah satu tabiat manusia, baik itu meniru sosok tertentu, atau kebudayaan serta adat tertentu. Maka Islam datang untuk mengatur semua hal tersebut, sosok yang paling layak untuk ditiru adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kebudayaan yang boleh ditiru adalah yang bukan ciri khas orang kafir, atau yang bisa mendatangkan madhorot.

Selain itu ada sikap tentang meniru yang juga harus dipahami, yakni tidak meniru tanpa pertimbangan syariat dan akal yang benar atau imma’ah, seperti yg disampaikan oleh Abdullah ibn Mas’ud

يقول : إنما أنا مع الناس إِن اهتدوا اهْتَدَيْتُ ، وإِن ضَلُّوا ضَلَلْتُ

Yakni seperti orang yang mengatakan, ‘saya mengikuti orang-orang, jika mereka mendapatkan petunjuk, maka saya akan mendapatkan petunjuk, dan jika mereka sesat saya juga sesat’

Wallahu A’lam

Ditulis oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Senin, 5 Ramadhan 1444H / 27 Maret 2023 M 


Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Beliau adalah Alumni STDI IMAM SYAFI’I Kulliyyatul Hadits, dan Dewan konsultasi Bimbingan Islam,
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله  
klik disini

Ustadz Rosyid Abu Rosyidah, S.Ag., M.Ag.

Beliau adalah Alumni S1 STDI Imam Syafi’I Jember Hadits 2010 - 2014, S2 UIN Sunan Kalijaga Qur’an Hadits 2015 - 2019 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Dynamic English Course (DEC) Pare Kediri, Mafatihul Ilmi (Ustadz Dzulqarnaen) sedang diikuti | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Kuliah Pra Nikah Naseeha Project

Related Articles

Back to top button