KultumTausiyah

Empat Dampak Maksiat yang Sering Diremehkan

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Empat Dampak Maksiat yang Sering Diremehkan

Sebagai seorang mukmin sejati hendaknya kita menjauhi maksiat apapun bentuknya dan bagaimanapun kadarnya, karena sesungguhnya segala kemaksiatan baik yang kecil maupun yang besar itu memiliki dampak buruk bagi pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat, berikut diantara dampak buruk maksiat yang bisa dirasakan oleh pelakunya di dunia:

[1]. Sebab Sulit Masuknya Ilmu

Ilmu adalah awal dari setiap kebaikan, seseorang tidak mungkin beramal dengan benar kecuali setelah dia mengetahui ilmunya, orang yang hanya mengandalkan niat yang baik dalam beramal tanpa ilmu yang benar dia akan lebih sering terjatuh kepada kesalahan.

Orang yang hanya bermodalkan semangat tanpa ilmu dia akan lebih mudah mengikuti syubhat daripada mengikuti ayat. Karena Agama kita ini dibangun di atas ilmu bukan di atas akal, dipahami dengan dalil bukan dengan perasaan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ

“Barangsiapa yang allah inginkan kebaikan untuknya maka Allah akan pahamkan dia dalam agama ini.” (H.R. Al-Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037)

Artinya ilmu adalah awal dari setiap kebaikan dalam hal apapun, dan ilmu yang merupakan awal dari setiap kebaikan ini. Kita bisa terhalangi untuk mendapatkannya karena dosa kita.

Ingat kisah Imam Asy-Syafi’i yang mengalami masa-masa sulit dalam menghafal dan mendapatkan ilmu karena secara tidak sengaja melihat bagian kaki seorang wanita.

[2]. Sebab Terhalangnya Rezeki

Sebagaimana ketaatan bisa menjadi sebab datangnya rezeki, demikian juga kemaksiatan bisa menjadi sebab terhalangnya pelakunya dari mendapatkan rezeki:

Allah Ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿٩٧﴾

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl : 97)

Adapun orang yang senang melakukan maksiat dia tidak akan mendapatkan kehidupan yang baik. Berapapun harta yang dia miliki maka dia tetap tidak akan bisa merasakan kehidupan yang baik, dia tidak akan merasakan ketenangan dan hatinya selalu tidak puas, karena dosanya akan menghalanginya untuk mendapatkan itu semua.

Makanya barangsiapa yang sudah kerja keras banting tulang dan peras keringat siang malam namun tetap juga tidak mendapatkan kehidupan yang baik hendaknya dia introspeksi diri, yang salah bukan gajinya, yang salah bukan pada kerja kerasnya, namun yang salah adalah ada pada amalannya, mungkin dia telah melakukan kemaksiatan atau mungkin dia telah menzhalimi orang lain.

[3]. Sebab Terhalangnya Berbuat Ketaatan

Kemaksiatan merupakan lawan dari ketaatan. Tidaklah seseorang melakukan satu kemaksiatan melainkan dia telah meninggalkan satu ketaatan. Semakin sering dia melakukan kemaksiatan semakin sulit dia melakukan ketaatan, karena kemaksiatan itu terjadi karena mengikuti kemaksiatan yang telah dia lakukan sebelumnya.

Al-Hasan Al-Bashri mengatakan:

وَإِنَّ مِنْ عَلَامَةِ قَبُوْلِ الْحَسَنَةِ فِعْلَ الْحَسَنَةِ بَعْدَهَا، وَإِنَّ مِنْ عُقُوْبَةِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ بَعْدَهَا.

“diantara tanda diterimanya kebaikan seseorang dia akan melakukan kebaikan lagi setelahnya, dan diantara hukuman bagi kemaksiatan dia akan dimudahkan melakukan kemaksiatan yang lainnya setelahnya”

Makanya sering kita menyaksikan orang yang shalih, taat, dan ikhlas dalam ketaatannya dia semakin bertambah keshalihan dan ketaatannya, karena memang ini merupakan salah satu balasan dari Allah untuknya di dunia ini. Allah mudahkan baginya melakukan ketaatan-ketaatan yang lain, sehingga kelak ketaatan-ketaatannya ini bisa mengangkat derajatnya di surga.

Sebaliknya juga demikian kita sering menyaksikan orang yang durhaka kepada Allah dan para pelaku maksiat, semakin hari semakin besar kedurhakaannya dan semakin mudah dia melakukan kemaksiatan-kemaksiatan lainnya, dan semakin sulit ia dari melakukan kebaikan dan ketaatan.

[4]. Sebab Timbulnya Permusuhan

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ؛ مَا تُوَادُّ اثْنَانِ فَفُرِّقَ بَيْنَهُمَا، إِلَّا بِذَنْبٍ يُحْدِثُهُ أَحَدُهُمَا

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah dua orang saling mencintai kemudian keduanya berpisah/bermusuhan/tidak lagi saling mencintai melainkan karena dosa yang dilakukan oleh salah satu diantara keduanya.” (Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Adab Mufrad, dinilai hasan oleh Ahmad Syakir dan dinilai shahih oleh Syu’aib Al-Arna’uth)

Imam Al-Muzani mengatakan:

إِذَا وَجَدْتَ مِنْ إِخْوَانِكَ جُفَاءً، فَتُبْ إِلَى اللهِ، فَإِنَّكَ أَحْدَثْتَ ذَنْبًا وَإِذَا وَجَدْتَ مِنْهُمْ زِيَادَةَ وَدٍّ، فَذَلِكَ لِطَاعَةٍ أَحْدَثْتَهَا، فَاشْكُرِ اللهَ تَعَالَى.

“Apabila engkau mendapati dari temanmu sikap yang tidak enak, sikap yang dingin maka hendaknya engkau bertaubat kepada Allah, karena sesungguhnya engkau telah berbuat dosa. Dan apabila engkau mendapatkan dari mereka rasa cinta yang bertambah maka ketahuilah itu karena ketaatan yang telah engkau lakukan maka bersyukurlah kepada Allah”.

[5]. Sebab Hancurnya Rumah Tangga

Kalau saja kemaksiatan itu bisa menyebabkan hancurnya suatu ummat yang besar, hancurnya bangsa yang kokoh apalagi hanya hancurnya sebuah keluarga yang kecil. Berapa banyak rumah tangga yang tadinya baik-baik saja tapi hancur dengan cepat karena kemaksiatan kecil yang dilakukan oleh salah satu diantara pasangannya.

Dan berapa banyak rumah tangga yang awalnya tidak dibangun dengan rasa cinta, tapi pada akhirnya berjalan dengan baik karena kedua-duanya gemar melakukan ketaatan.

Sebagian Salaf rahimahumullah berkata:

إِنِّي لَأَعْصِي اللَّهَ فَأَرَى ذَلِكَ فِي خُلُقِ دَابَّتِي، وَامْرَأَتِي.

“Sungguh ketika aku bermaksiat kepada Allah, maka aku melihat pengaruh jeleknya pada tabiat hewan tungganganku dan istriku.” (Al-Jawaabul Kaafi, hal. 54)

Demikian, semoga Allah senantiasa hindarkan kita dari segala bentuk kemaksiatan dan mendekatkan kita menuju ketaatan kepada-Nya. Wabillahi taufiq.

Ditulis Oleh:
Ustadz Iskandar Albahr حفظه الله
(Kontributor Bimbinganislam.com)

 



Ustadz Iskandar Albahr حفظه الله
Beliau adalah Lulusan S1 LIPIA Fak. Syariah, beliau Sedang menempuh program pasca sarjana LIPIA jurusan fiqh dan ushul Fiqh, beliau Telah mendapatkan Ijazah Qiroah Sab’ah beserta riwayat-riwayatnya
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Iskandar Albahr حفظه الله  
klik disini

Related Articles

Back to top button