Doa Sholat Dhuha

Doa Sholat Dhuha
Sholat dhuha merupakan sholat sunnah yang sangat ditekankan untuk dikerjakan oleh setiap muslim. Dalam sebuah hadits Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa sholat dhuha bisa menunaikan rasa syukur seorang hamba atas setiap nikmat persendian yang dimilikinya, beliau ﷺ bersabda,
يصبح على كل سلامى من أحدكم صدقة، فكل تسبيحة صدقة، وكل تحميدة صدقة، وكل تهليلة صدقة، وكل تكبيرة صدقة، وأمر بالمعروف صدقة، ونهي عن المنكر صدقة، ويجزئ من ذلك ركعتان يركعهما من الضحى
“Setiap kalian wajib menunaikan sedekah untuk setiap persendian yang ia miliki, dipagi hari; setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyeru kepada kebaikan adalah sedekah, dan mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan semua hal itu tercukupi dengan dua rakaat sholat dhuha.” (HR. Muslim, no. 720).
Keutamaan tersebut dikarenakan waktu dhuha merupakan waktu yang kebanyakan manusia berada di dalam kelalaian. Dan di dalam sholat semua persendian ikut dalam beribadah kepada Allah. Imam Ibnul Jauzi berkata,
لِأن الضُّحى من الصَّباح، وإنَّما قامَت الركعتان مقام ذَلِك لِأن جَمِيع الأعْضاء تتحرك فِيها بِالقيامِ والقعُود فَيكون ذَلِك شكرها.
“Karena waktu dhuha adalah pagi hari, dan dua rakaat bisa mencukupi rasa syukur atas setiap persendian, dikarenakan semua anggota tubuh bergerak tatkala sholat, dengan gerakan berdiri dan duduk, sehingga tercukupilah rasa syukurnya.” (Kasyful Musykil min hadits shahihain : 1/367).
Adakah Dzikir dan Doa Khusus pada Sholat Dhuha?
Dari perkataan-perkataan ulama kita dapati bahwasanya sholat dhuha sama dengan sholat lainnya, tidak ada surat ataupun dzikir dan doa khusus yang diucapkan ketika mengerjakan sholat dhuha. Syaikh bin Baz rahimahullah berkata,
السنة أن تقرئي مع الفاتحة ما تيسر، سورة طويلة أو قصيرة أو آيات ليس في هذا حد محدود، والواجب الفاتحة وما زاد فهو سنة
“Termasuk sunnah pada sholat dhuha adalah membaca surat yang mudah baginya setelah Alfatihah, baik surat yang panjang maupun pendek, atau beberapa ayat, tidak ada batasannya. Yang wajib adalah Alfatihah, adapun selainnya termasuk sunnah”. (https://binbaz.org.sa/fatwas/6147 حكم-صلاة-الضحى-وذكر-عددها-وما-يقرا-فيها).
Syaikh Abdul Karim Khudair berkata,
صلاة الضحى كغيرها من الصلوات، ويكون الدعاء فيها في السجود «أما الركوع فعظموا فيه الرب عز وجل، وأما السجود فاجتهدوا في الدعاء، فقمن أن يستجاب لكم» [مسلم: 479]، فإذا دعا المصلي في سجوده في صلاة الضحى وغيرها فإنه حريٌ أن يستجاب دعاؤه، وكذلك بعد الفراغ من التشهد «ثم يتخير من المسألة ما شاء» [مسلم: 402]، وهذا لا يختص بصلاة الضحى فهي كغيرها من الصلوات
“Sholat dhuha sama dengan sholat lainnya, disyari’atkan untuk berdoa tatkala sujud. Rasulullah ﷺ bersabda: “Adapun saat ruku’ maka agungkanlah Rabb kalian, adapun ketika sujud, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa, karena lebih memungkinkan untuk diijabah.” (HR. Muslim, no. 479). Apabila seseorang berdoa dalam sujudnya ketika sholat dhuha ataupun sholat lainnya, maka lebih besar kemungkinan untuk diterima, begitupula disaat setelah selesai tasyahud akhir, Rasulullah ﷺ bersabda: “Kemudian silahkan dia berdoa dengan apapun yang ia inginkan.” (HR. muslim, no. 402), dan hal ini tidak terkhusus pada sholat dhuha saja, tapi juga berlaku pada sholat-sholat lainnya.” (https://shkhudheir.com/fatawa/479262090).
Adapun setelah selesai sholat dhuha, maka dianjurkan untuk membaca istighfar sebagaimana sholat fardhu, Tsauban radhiyallahu ‘anhu berkata,
كان رسول الله ﷺ، إذا انصرف من صلاته استغفر ثلاثا
“Dahulu rasulullah ﷺ apabila selesai dari sholatnya, beliau beristighfar 3x, dan membaca:
اللهم أنت السلام ومنك السلام، تباركت ذا الجلال والإكرام
“Ya Allah, Engkaulah As-salam, dari Engkaulah keselamatan, Engkau maha suci wahai Dzat yang memiliki kemuliaan dan keagungan.” (HR. Muslim, no. 591).
Adapun doa dan dzikir yang dikhususkan ketika selesai sholat dhuha yang disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad ﷺ, sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
صَلّى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ الضُّحى ثُمَّ قالَ
“Suatu ketika rasulullah ﷺ melaksanakan sholat dhuha, kemudian beliau ﷺ membaca:
«اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وتُبْ عَلَيَّ، إنَّكَ أنْتَ التَّوّابُ الرَّحِيمُ»، حَتّى قالَها مِائَةَ مَرَّةٍ
“Ya Allah, ampuni dan terimalah taubat dariku, sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang maha menerima taubat lagi maja penyayang.” (HR. Bukhari dalam adabul mufrad, no. 619, dan dinyatakan shohih oleh syaikh Albany).
Doa yang Tersebar di Tengah Masyarakat Kita
اللهم إن الضحاء ضحاؤك، والبهاء بهاؤك، والجمال جمالك، والقوة قوتك، والقدرة قدرتك، والعصمة عصمتك اللهم إن كان رزقي في السماء فأنزله، وإن كان في الأرض فأخرجه، وإن كان معسرا فيسره، وإن كان حراما فطهره، وإن كان بعيدا فقربه بحق ضحائك وبهائك وجمالك وقوتك وقدرتك آتني ما آتيت عبادك الصالحين.
“Ya Allah, Sesungguhnya waktu dhuha ini adalah waktuMu, dan kemuliaan ini adalah kemuliaanMu dan keindahan ini adalah keindahanMu, dan kekuatan ini adalah kekuatanMu, dan kemampuan ini adalah kemampuanMu, dan penjagaan ini adalah penjagaanMu. Ya Allah. Apabila rezekiku berada di langit maka turunkan lah, apabila di bumi maka keluarkan lah, dan apabila haram maka sucikan lah, Demi waktu dhuha Mu dan kemuliaan Mu dan keindahan Mu, dan kekuatan Mu, dan Kemampuan Mu, dan Penjagaan Mu, anugerahkan lah kepada ku, sebagaimana Engkau menganugerahkan kepada hamba-hamba Mu yang shalih.”
Doa ini tidak didapatkan pada kitab-kitab hadits yang merangkum atsar dari nabi ﷺ dan para sahabat beliau radhiyallahu ‘anhum. Begitu pula, dalam doa tersebut ada kata yang kurang pas, yaitu bertawassul dengan hak waktu dhuha, dan tidak ada riwayat yang menjelaskan, bahwa waktu dhuha memiliki hak, sehingga kita bertawassul dengannya.
Doa ini terdapat dalam kitab-kitab Madzhab Syafi’iyyah belakangan seperti Hasyihah Syarwani ‘Ala Tuhfatul Muhtaj dan sebagian isi dari doa ini diriwayatkan dalam kitab Almujalasah Wa Jawahirul ‘Ilmi, yang disandarkan kepada al-Ashma’I, bahwasanya beliau berkata,
سَمِعْتُ أعْرابِيَّةً بِعَرَفاتٍ وهِيَ تَقُولُ: اللهُمَّ! إنْ كانَ رِزْقِي فِي السَّماءِ؛ فَأنْزِلْهُ، وإنْ كانَ فِي الأرْضِ؛ فَأخْرِجْهُ، وإنْ كانَ نائِيًا؛ فَقَرِّبْهُ، وإنْ كانَ قَرِيبًا؛ فَيَسِّرْهُ
“Aku mendengar seorang wanita badui di padang arafah berkata: Ya Allah. Apabila rezekiku berada di langit maka turunkan lah, apabila di bumi maka keluarkan lah, apabila jauh, maka dekatkanlah, dan apabila dekat maka mudahkanlah.” (Almujalasah Wa Jawahirul ‘Ilmi : 8/120).
Oleh karenanya, sebaiknya kita mencukupkan diri dengan doa-doa yang bersumber dari Rasulullah ﷺ, dan boleh juga meminta kepada Allah sesuai dengan hajat kita, tanpa mengkhususkan doa tersebut dengan sholat dhuha, adapun pengkhususan doa tertentu pada waktu tertentu butuh kepada dalil, maka jika ada dalilnya sebagaimana beberapa doa dan dzikir yang telah kita sebutkan di atas, maka tidak mengapa mengkhususkan dan merutinkannya.
Wallahu a’lam
Disusun oleh :
Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله
Senin, 18 Jumadil Akhiroh 1442 H / 1 Februari 2021 M
Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله تعالى
Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits), Dewan konsultasi Bimbingan Islam
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله تعالى klik disini