Bersedekah Dengan Niat Untuk Menolak Bala’, Termasuk Syirik?

Bersedekah Dengan Niat Untuk Menolak Bala’, Termasuk Syirik?
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan bersedekah dengan niat untuk menolak bala’, termasuk syirik? Selamat membaca.
Pertanyaan:
Bismillah. Apabila saya bersedekah niatnya agar menolak bala, apakah ini termasuk syirik?
(Ditanyakan oleh Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS)
Jawaban:
Bismillah.
Tidak termasuk syirik dan meniadakan keikhlasan, bila seseorang melakukan suatu amalan pada dasarnya ia ikhlas karena Allah, sambil ia berkeinginan untuk mendapatkan apa yang telah di janjikan oleh Allah dan rasulNya dari urusan dunia.
Sebagaimana janji dan motivasi syariah kepada manusia dari Allah dan rasulNya, semisal:
Allah Ta’ala berfirman,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)
Dia juga berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3).
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa manfaat sedekah begitu banyak, hanya Allah yang bisa menghitungnya, di antara manfaatnya adalah:
أَنَّهَا تَقِيَ مَصَارِعَ السُّوْءِ وَتَدْفَعُ البَلاَءَ حَتَّى إِنَّهَا لَتَدْفَعَ عَنِ الظَّالِمِ , قاَلَ إِبْرَاهِيْمُ النَّخَعِي: وَكَانُوْ يَرَوْنَ أَنَّ الصَّدَقَةَ تَدْفَعُ عَنِ الرَّجُلِ الظَّلُوْمِ ,وَتُطْفِئُ الخَطِيْئَةَ وَتَحْفَظُ المَالَ وَتَجْلِبُ الرِّزْقَ وَتُفْرِحُ القَلْبَ وَتُوْجِبَ الثِّقَّةَ بِاللهِ وَحُسْنَ الظَّنِّ بِهِ
“Sungguh bersedekah itu mencegah kematian yang jelek, mencegah malapetaka (bala), sampai sedekah itu melindungi dari orang yang zalim. Ibrahim An-Nakha’i mengatakan, ‘Orang-orang dahulu memandang bahwa sedekah akan melindungi dari orang yang suka berbuat zalim.’ Sedekah juga akan menghapus dosa, menjaga harta, mendatangkan rezeki, membuat gembira hati, serta menyebabkan hati yakin dan berbaik sangka kepada Allah.” (‘Uddah Ash-Shabirin wa Dzakhirah Asy-Syakirin, hlm. 313).
Namun begitu, tetaplah seseorang selalu melihat niat yang ada di dalam hatinya, jangan sampai urusan dunia menjadi motivasi tertinggi dari setiap amalan ibadahnya.
Dengan memperhatikan keikhlasan dan menjaganya dari riya`, maka apa yang di janjikan akan ia mendapatkannya walau ia tidak menginkannya, namun bila sebaliknya, bila ternyata di balik amalannya hanya dunia yang menjadi sasarannya, sehingga bila setelah ia beramal tidak kunjung mendapatkan dari apa yang dijanjikan, kemudiaan ia berhenti dan tidak mau lagi menjalankannya, maka terbukti bukan Allah yang menjadi tujuannya tapi dunia yang telah menyilaukannya.
Renungkanlah firman Allâh Azza wa Jalla:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا
Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (dunia), maka Kami segerakan baginya (balasan) di dunia ini sesuai dengan apa yang Kami kehendaki, bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami tentukan baginya neraka Jahannam yang ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. (Al-Isrâˈ/17:18)
Dan sabda Rasulullah (ﷺ) berikut ini:
“Barangsiapa yang orientasinya adalah urusan akhirat, niscaya Allah meletakkan kekayaannya di dalam jiwanya. Sebagaimana Allah juga akan menyatukan urusannya dan kekayaan dunia akan menghampirinya dengan mudah. Namun sebalikya, orang yang orientasinya adalah urusan dunia, niscaya Allah jadikan kemiskinannya ada di depan matanya.
Sebagaimana Allah juga mencerai-beraikan urusannya dan tiada kekayaan dunia yang menghampirinya selain yang telah Allah tentukan untuknya.”
(HR. At Tirmidzi dan lainnya)
Maka berhati-hatilah, jangan pertentangkan janji Allah dengan ibadah yang ikhlas karena Allah. Indikasi ikhlas dan tidaknya bisa jadi dari amalan yang akan dilakukan, apakah ia akan meneruskan atau ia berhenti karena dianggap janji tidak terpenuhi.
Semoga Allah berikan keikhlasan selalu dalam diri kita, dan Allah berikan yang terbaik dari kebutuhan dunia yang tidak akan pernah selesai kita mencarinya.
Wallahu a`lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله
Kamis, 21 Dzulhijjah 1443 H/ 21 Juli 2022 M
Ustadz Mu’tashim Lc., M.A.
Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mu’tashim Lc., M.A. حفظه الله klik di sini