Ibadah

Apakah Menceritakan Masalah Kepada Psikolog Mengurangi Kesabarannya?

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

Apakah Menceritakan Masalah Kepada Psikolog Mengurangi Kesabarannya?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan Apakah Menceritakan Masalah Kepada Psikolog Mengurangi Kesabarannya? Selamat membaca.


Pertanyaan:

Assalamualaikum, izin bertanya, bagaimana hukum bercerita tentang masalah mental dan pribadi kepada psikolog dan sahabat terdekat? Terima kasih.

(Ditanyakan oleh Sahabat BIAS via Twitter Bimbingan Islam)


Jawaban:

Menceritakan hal pribadi kepada orang lain demi sebuah kemaslahatan seperti untuk pengobatan maka tidak mengapa.

Adapun bercerita kepada sahabat, perlu dirinci lagi. Jika sahabat tersebut adalah orang shalih dan bisa memberikan kita nasihat, ceritakanlah dengan harapan ada nasihat keimanan yang bisa menenangkan jiwa. Namun, jika sahabat tersebut bukanlah orang shalih, maka tidak ada manfaatnya untuk bercerita, malah ditakutkan hal pribadi ini bisa tersebar dan menjadi beban untuk diri sendiri.

Ibnu Taimiyyah memberikan rincian yang bagus dalam masalah ini, beliau berkata:

والصبر أن يصبر عن شكوى ما به إلى غير الله فإن هذا هو الصبر الجميل، وأما الكتمان فيراد به شيئان: أحدهما: أن يكتم بثه وألمه ولا يشكو إلى غير الله فمتى شكا إلى غير الله نقص صبره، وهذا أعلى الكتمانين، لكن هذا لا يصبر عليه كل أحد

“Kesabaran yang hakiki adalah ketika dia menahan dirinya untuk tidak mengadukan permasalahannya kepada selain Allah, sesungguhnya ini adalah sabar yang indah. Adapun sikap tidak mengeluh ada dua: pertama, dia menyembunyikan keluhan dan sakitnya, tidak mengadu kepada selain Allah. Ketika dia mengadu kepada selain Allah, berkuranglah kesabarannya. Ini derajat paling tinggi, tapi tidak semua orang mampu melakukannya”

Kemudian beliau berkata:

Baca Juga:  Jujur Tentang Aib Masa Lalu Dalam Rumah Tangga, Perlukah?

بل كثير من الناس يشكو ما به، وهذا على وجهين: فإن شكا ذلك إلى طبيب يعرف طب النفوس ليعالج نفسه بعلاج الإيمان فهو بمنزلة المستفتي وهذا حسن، وإن شكا إلى من يعينه على المحرم فهذا حرام، وإن شكا إلى غيره لما في الشكوى من الراحة كما أن المصاب يشتكي مصيبته إلى الناس من غير أن يقصد تعلم ما ينفعه ولا الاستعانة على معصية فهذا ينقص صبره، لكن لا يأثم مطلقا إلا إذا اقترن به ما يحرم كالمصاب الذي يتسخط

“Kebanyakan manusia suka mengadukan permasalahannya kepada orang lain, ini ada dua jenisnya: apabila dia mengadu kepada seorang dokter kejiwaan yang mengobatinya dengan pengobatan iman, maka dia sama seperti orang yang sedang meminta fatwa, dan ini satu hal yang bagus.

Apabila dia mengadu kepada seseorang yang akan menjerumuskannya kepada perbuatan yang haram, hukumnya haram. Apabila dia mengadu kepada orang lain karena bisa memberikan ketenangan, seperti seorang yang ditimpa musibah lalu menceritakannya kepada manusia tanpa ada maksud untuk mengetahui hal yang bermanfaat dan tidak juga untuk meminta tolong dalam kemaksiatan, orang seperti ini kurang sabarnya, namun tidak berdosa kecuali diiringi perbuatan yang diharamkan, seperti tidak ridha saat ditimpa musibah.” (Majmu’ Fatawa: 14/208).

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله
Kamis, 18 Jumadil Awwal 1443 H/ 23 Desember 2021 M


Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله تعالى
Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits), Dewan konsultasi Bimbingan Islam
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله تعالى klik disini

Akademi Shalihah Menjadi Sebaik-baik Perhiasan Dunia Ads

Ustadz Muhammad Ihsan, S.Ag., M.HI.

Beliau adalah Alumni S1 STDI Imam Syafi’I Jember Ilmu Hadits 2011 – 2015, S2 Universitas Muhammadiyah Surakarta Hukum Islam 2016 – 2021 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Dauroh Syaikh Sulaiman & Syaikh Sholih As-Sindy di Malang 2018, Beberapa dars pada dauroh Syaikh Sholih Al-’Ushoimy di Masjid Nabawi, Dauroh Masyayikh Yaman tahun 2019, Belajar dengan Syaikh Labib tahun 2019 – sekarang | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Kegiatan bimbingan islam

Related Articles

Back to top button