Agar Dapat Mengokohkan Hijrah

Agar Dapat Mengokohkan Hijrah
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan Agar Dapat Mengokohkan Hijrah, selamat membaca.
Berhijrah
Allah menginginkan hambaNya berhijrah. Yang tidak menyukai hijrahnya hamba adalah orang yang mengikuti syahwatnya.
وَاللّٰهُ يُرِيْدُ اَنْ يَّتُوْبَ عَلَيْكُمْ ۗ وَيُرِيْدُ الَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الشَّهَوٰتِ اَنْ تَمِيْلُوْا مَيْلًا عَظِيْمًا
“Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (QS An-Nisa’ 27)
Allah memerintahkan hambaNya untuk bertaubat dengan taubat nasuha.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai” (QS At-Tahrim 8)
Syarat Taubat
Ada 4 syarat taubat nasuha:
1. Menyesal
2. meninggalkan dosa
3. bertekad tidak mengulangi
4. jika dosa terkait orang lain, mesti meminta maaf
Orang yang berhijrah dengan sungguh-sungguh, Allah ganti dosanya dengan kebaikan
اِلَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَاُولٰۤىِٕكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Furqan 70)
Allah Gembira Ketika hambaNya Bertaubat
Hadits dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshori, pembatu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata bahwa beliau bersabda,
اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِى أَرْضِ فَلاَةٍ
“Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan taubat hamba- Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas.” (HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747).
Cara Mengokohkan Hijrah: Luruskan Niat dalam Hijrah
Hadits Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul- Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)
Cara Mengokohkan Hijrah: Carilah Lingkungan yang Baik Setelah Hijrah
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinaan Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) :
“Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa. . Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi.
Namun ia ditunjuki pada seorang rahib. Lantas ia mendatanginya dan berkata, ”Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya diterima?”
Rahib pun menjawabnya, ”Orang seperti itu tidak diterima taubatnya.”
Lalu orang tersebut membunuh rahib itu dan genaplah 100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya. Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang ‘alim.
Lantas ia bertanya pada ‘alim tersebut, ”Jika seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah taubatnya masih diterima?”
Orang alim itu pun menjawab, ”Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah Ta’ala, maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu(yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.”
Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut).
Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya.
Akhirnya, terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat adzab.
Malaikat rahmat berkata, ”Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah”.
Namun malaikat adzab berkata,
”Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun”. Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini berkata, ”Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.”
Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju. Akhirnya,ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.”(HR. Bukhari dan Muslim no. 2766.)
Sampai Kapan Pintu Taubat Terbuka?
Pintu taubat senantiasa terbuka selama:
a. Nyawa belum di kerongkongan. Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama (ruh) belum sampai di tenggorokan” (HR. Tirmidzi, dari Ibnu Umar Radhiyallahu’anhuma).
b. Matahari belum terbit dari barat. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Hijrah tidak akan terputus selama taubat masih diterima, dan taubat akan tetap diterima hingga matahari terbit dari barat. Jika ia telah terbit (dari barat), maka dikuncilah setiap hati dengan apa yang ada di dalamnya dan dicukupkan bagi manusia amal yang telah dilakukannya.” (Musnad Imam Ahmad (III/133- 134, no. 1671)
Disusun oleh:
Ustadz Amrullah Akadhinta, ST. حفظه الله
Selasa, 6 Shafar 1443 H/ 14 September 2021 M
Ustadz Amrullah Akadhinta, ST.
Beliau adalah Sekretaris jenderal KIPMI, direktur operasional BimbinganIslam (BiAS), direktur TwitUlama, dan aktif di yayasan dan lembaga lainnya.
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Amrullah Akadhinta حفظه الله klik disini