Audio Kajian

Dauroh Keluarga – Ustadz Ahmad Mz – Raqaiz fii al Abna Li Syaikh Abdurrozzaq

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Bismillāhirrahmānirrahīm
Assalāmu’alaikum warahmatullāhi wabarakātuh
Alhamdulillāh, washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in. ‘Amma ba’d

Alhamdulillāh, telah hadir link download audio dan ringkasan Dauroh Keluarga “Idamanku Berjumpa Kembali dengan Keluarga di Surga” bersama oleh Ustadz Ahmad Mz hafizhahullah pada Kamis, 28 Sya’ban 1438 H/ 25 Mei 2017 pada pukul 08.00 WIB sd 11.30 WIB bertempat di Masjid Darul Husna (http://bit.ly/darulhusna)  dan disiarkan langsung di bimbinganislam.com/live .

Silakan Download audio kajian di link berikut:

Dowload kitab Raqaiz Fi Tarbiyatul Abna Li Syaikh Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin Al Abbad di link http://bit.ly/KitabRaqaizFiTarbiyatulAbnaa .

Berikut poin-poin ringkasan kajian yang disampaikan :

  • Tujuan penciptaan manusia di muka bumi sebagai Hamba Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.

Allāh Subhānahu wa Ta’ālā  berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat : 56).

Diumpamakan seperti mahasiswa yang bertugas/ditugaskan belajar (dari Orang/Instansi/Perusahaan) di Jogja, ada banyak fasilitas hiburan yang melalaikan tugas utama untuk kuliah padahal setelah lulus harus mempertanggung jawabkan studinya.

Begitupan orang terkadang lupa hakikat diciptakannya di dunia, seorang Muslim dipilih oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ālā sejak lahir di dunia.

  • Dunia ini hanya sementara.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallohu’anhu, Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda,

مَا لِيْ وَلِلدُّنْيَا؟ مَا أَنَا وَالدُّنْيَا؟! إِنَّمَا مَثَلِيْ وَمَثَلُ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رَاكِبٍ ظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

Apalah artinya dunia ini bagiku?! Apa urusanku dengan dunia?! Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ini ialah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sesaat) kemudian meninggalkannya
[ Hadits Hasan shahih: HR. Ahmad, I/391, 441 dan at-Tirmidzi, no. 2377; Ibnu Mâjah, no. 4109 dan al-Hâkim, IV/310 dari Sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu . Imam at-Tidmidzi berkata, “Hadits hasan shahih.” Lihat Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah, no. 438 ]

  • Wajib diperhatikan setiap Muslim yakni putra putri keturunannya, Karena merupakan amanah titipan Allāh Subhānahu wa Ta’ālā yang wajib dijaga yakni dengan mengajari, menasehati, dan membimbing mereka.
  • Allāh Subhānahu wa Ta’ālā memberi sesuai kehendak Nya, jika orang tua melaksanakan kewajiban maka di sisi Allāh Subhānahu wa Ta’ālā ta’ala telah disiapkan balasan yang besar.
  • Allāh Subhānahu wa Ta’ālā ta’ala berfirman ;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

” Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu ; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. “ [QS at-Tahrîm/66:6]

  • Setiap kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban.

Dari Abdullah bin Umar radhiyallohu’anhu, Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُسَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ فِي أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ فِي مَالِ سَيِّدِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ قَالَ فَسَمِعْتُ هَؤُلَاءِ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَحْسِبُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالرَّجُلُ فِي مَالِ أَبِيهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam (kepala Negara) adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut.

Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut”. Dia (‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhuma) berkata:

“Aku mendengar semua itu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan aku munduga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda”; “Dan seorang laki-laki pemimpin atas harta bapaknya dan akan diminta pertanggung jawaban atasnya dan setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.

(HR. Bukhari: 2232) – http://hadits.in/bukhari/2232

  • Seorang Ayah akan dimintai pertanggung jawaban terkait anaknya oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ālā Subhanahu wata’ala,  sebelum anak meminta pertanggung jawaban orang tuanya.

➡️Kewajiban bagi anak untuk berbakti kepada orang tua.

➡️Orang tua berkewajiban mendidik dan mengajari anaknya….

  • Orang tua memilik pengaruh yang sangat besar terhadap anaknya , perihal aqidah dan akhlaq adab anak akan mengikuti orang tuanya..
  • Setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah (murni bersih), yakni beragama Islam lalu dalam perkembangannya orang tua-nyalah yang akan memoles menjadi yahudi, nasrani, atau majusi.
  • Dasar dalam mendidik putra putri;
  • Memilih pasangan hidup yang baik yakni isteri shalihah atau memilih suami sholeh.
  • Mendoakan anak mertua ( isteri ) dan putra putri kita.

Meski belum memiliki isteri dan anak, maka tetaplah berdoa, di antara doa-doa tersebut:

  • Doa hamba beriman,

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Ya Allah, karuniakanlah kami isteri-isteri dan anak keturunan yang (dapat) menjadi penyejuk pandangan. Serta jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa [QS al-Furqan/25:74]

  • Doanya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam,

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Wahai Rabbkuberilah aku keturunan yang shaleh.  (QS Al-Qashas 110)

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

Wahai Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS Ibrahim 40)

Karena doa orang tua untuk anaknya termasuk doa mustajab, dan tidak akan ditolak.  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan doa orang yang dizholimi.” (HR. Abu Daud no. 1536. Syaikh Al Albani katakan bahwa hadits ini hasan).

  • Jangan lupa untuk mendoakan harta dan keturunan, dan juga berdoa sebelum melakukan hubungan suami istri.
  • Pilihlah nama yang baik untuk buah hati kita.

Setiap orang akan mendapatkan nasib baik salah satunya oleh sebab nama yang baik. Nama yang dicintai Allāh Subhānahu wa Ta’ālā  Azza Wa Jalla adalah Abdullah dan Abdurahman. Di antara adab penamaan anak, hendaknya yang ringkas, mudah diucapkan, nyaman didengar, makna bagus, yang disunnahkan adalah 1 (satu) kata lebih dari itu dimakruhkan.

  1. Adil kepada putra putri kita.
  2. Bersikap lemah lembut, kalau ingin disayangi maka sayangilah orang lain.
  3. Nasehat dan Bimbingan kepada Anak , nasehat aqidah dan tauhid adalah prioritas utama kemudian shalat, akhlaq dst.
  4. Carikan teman yang baik, seseorang akan mengikuti agama sahabatnya.
  5. Teladan yang baik.
  6. Anak itu adalah harta simpanan

Sebagaimana terkandung dalam hadist tentang  sedekah jariyah, ilmu yang disampaikan, serta anak sholeh yang mendoakan orang tuanya.

عَنْ أَنَسٍ رَ ضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ : سَبْعٌ يَجْرِي لِلْعَبْدِ أَجْرُهُنَّ وَهُوَ فِي قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ : مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أَوْ أَجْرَى نَهْرًا أَوْ حَفَرَ بِئْرًا أَوْ غَرَسَ نَخْلاً أَوْ بَنَى مَسْجِدًا أَوْ وَرَّثَ مُصْحَفًا أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ

Dari Anas Radhiyallahu anhu , beliau mengatakan, ” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ada tujuh hal yang pahalanya akan tetap mengalir bagi seorang hamba padahal dia sudah terbaring dalam kuburnya setelah wafatnya (yaitu) : Orang yang yang mengajarkan suatu ilmu, mengalirkan sungai, menggali sumur, menanamkan kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampun buatnya setelah dia meninggal

[ Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bazzar dalam Kasyful Astâr, hlm. 149. hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam shahihul Jami’, no. 3602 ]
  • Orang beriman akan diikuti keturunannya yang beriman, maka kelak disurga akan dikumpulkan bersama, walaupun amalannya berbeda karena itu adalah anugerah Allāh Subhānahu wa Ta’ālā Ta’ala.
  • Dalam mendidik anak hendaknya bertawakal sepenuhnya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā Ta’ala, berusaha, dan berdoa.
  • Dalam mendidik anak hendaknya meniatkan hanya untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.
  • Empat hal yang termasuk kebahagiaan, yaitu istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan kendaraan yang nyaman.
  • Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menasehati wanita,

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ

“Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya.”

[ Hadits hasan shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (no. 1296 al-Mawaarid) dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Lihat Shahiih Mawaariduzh Zham’aan (no. 1081). ]

Wallahu a’lam

Semoga bermanfaat.

“Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapatkan pahala sebagaimana orang yang melakukan.”[HR. Muslim, 3509]

Jazakumullohu Khoiron wa Barokallohu Fiikum

——————————

Dukung terus dakwah sunah Bimbingan Islam!!!

Salurkan donasi terbaik Anda di :

| Bank Mandiri Syariah | Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer Via WA/SMS & Informasi ;  0811-280-0606 (BIAS CENTER 06)

AKUN SOSIAL MEDIA BIMBINGAN ISLAM (BiAS)
Klik di bawah ini untuk mengikuti akun Sosial Madia BiAS

Youtube
Facebook
Twitter
Instagram

 

Back to top button