FiqihKonsultasi

Tidak Wajib Sholat Jumat Bagi Musafir

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Tidak Wajib Sholat Jumat Bagi Musafir

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang tidak wajib sholat jumat bagi musafir.
selamat membaca.

Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Allah senantiasa memberikan nikmat dan rahmat-Nya kepada ustadz dan keluarga, aamiin.

Kami mau bertanya, kami rombongan kantor ada rencana safar di hari jumat, perjalanan safar tersebut melebih 85 Km, lokasinya di pulau penyebrangan dari jalur darat sekitar 1 jam dan hanya ada jam khusus untuk pulang pergi. Namun kami (kemungkinan besar) akan sampai di lokasi sebelum waktu dzuhur dan di lokasi tersebut hanya ada mushola kecil.

Apakah hal tersebut tetap kita lakukan sholat jumat?
Atau bisa diganti dengan shalat dzuhur saja?

(Disampaikan oleh Fulan, anggota grup BiAS)


Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.

Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam tidak pernah melakukan sholat Jumat saat safar. Tidak ada riwayat yang menjelaskan Beliau pernah melakukannya, dan pernah ada yang mengetahui beliau melakukannya.
Ibnu Mundzir An-Naisaburiy rohimahulloh dalan Kitabnya Al-Ausath menjelaskan

وَمِمَّا يُحْتَجُّ بِهِ فِي إِسْقَاطِ الْجُمُعَةِ عَنِ الْمُسَافِرِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ مَرَّ بِهِ فِي أَسْفَارِهِ جُمَعٌ لَا مَحَالَةَ، فَلَمْ يَبْلُغْنَا أَنَّهُ جَمَعَ وَهُوَ مُسَافِرٌ، بَلْ قَدْ ثَبَتَ عَنْهُ أَنَّهُ صَلَّى الظُّهْرَ بِعَرَفَةَ وَكَانَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَدَلَّ ذَلِكَ مِنْ فِعْلِهِ عَلَى أَنَّ لَا جُمُعَةَ عَلَى الْمُسَافِرِ

“Dan diantara argumen tentang gugurnya Sholat Jum’at pada Musafir bahwa Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam telah melakukan banyak safar yang pasti melewati hari Jum’at, dan tidak ada kabar yang sampai pada kami bahwa Beliau Sholat Jum’at sebagai Musafir, bahkan telah jelas riwayat bahwa Beliau Sholat Dzuhur di Arofah (Jama’ dengan Ashar), dan itu terjadi di Hari Jum’at. Maka hal ini menunjukkan tidak ada (kewajiban) Sholat Jum’at bagi Musafir”
(Al-Ausathu fi As-Sunani wa Al-Ijma’i wa Al-Ikhtilafi 4/20, 1736)

Syeikh Abdurohman as-Sa’di rohimahulloh juga menyatakan,

كلُّ من لزمته الجماعة لزمته الجمعة إذا كان مستوطناً ببناء

”Semua yang diwajibkan sholat berjamaah, diwajibkan pula sholat jum’at apabila tinggal menetap (mukim) di satu daerah”
(Manhaju As-Salikin, poin 162).

Ringkasnya sholat Jum’at tidaklah wajib bagi musafir, ia hanya wajib bagi yang mukim saja. Maka cukup bagi Musafir untuk sholat Dzuhur 2 rokaat, digandengkan dengan Ashar 2 rokaat (Jama’ Qoshor) sendirian atau berjama’ah dengan Imam Musafir.

Namun jika berada di belakang orang mukim, sholatnya sebagaimana orang mukim yakni 4 rokaat, atau boleh juga baginya melaksanakan sholat Jum’at bersama mereka sehingga tidak perlu lagi melaksanakan sholat Dzuhur.
Syeikh Binbaz rohimahulloh mengatakan,

 هل لجماعة مسافرة أن تصلي الظهر مثلا قصرا وهم في جماعة؟
إذا كانوا مسافرين، السنة أن يصلوا الظهر ثنتين، فإن صلوا مع الناس مع المقيمين صلوا معهم دخلوا معهم في الصلاة، وجب عليهم الإتمام أن يصلوا أربعا لأنه مسافر صلى مع المقيمين يلزمه أن يصلي أربعا هكذا جاءت السنة أما إذا صلوا وحدهم وهم مسافرون الظهر أو العصر أو العشاء فإنهم يصلوا ثنتين هذا هو الأفضل وإن صلوا أربع فلا حرج.

Apakah jamaah Musafir dianjurkan untuk melakukan sholat Dzuhur secara Qoshor?

Jika mereka adalah para musafir, yang sesuai Sunnah adalah sholat Dhuhur sebanyak dua raka’at (secara qoshor).
Dan jika mereka sholat bersama orang-orang yang mukim, maka hendaklah mereka mengerjakan sholat sebagaimana orang mukim, yakni menyempurnakan sholat 4 rokaat. Sebab Musafir jika sholat bersama orang Mukim harus ikut sholat 4 rokaat. Inilah yang diajarkan dalam ajaran Islam.
Namun jika mereka sholat bersama para musafir, maka shalat Dzuhur, Ashar dan Isya dikerjakan sebanyak 2 rokaat (secara qoshor), dan qoshor ini yang lebih afdhol walaupun jika mereka melakukan 4 rokaat, maka tidaklah masalah”
(Sumber : Fatwa Syaikh bin Baz nomer 39767)

Semoga Alloh senantiasa memberi Pertolongan agar kita dimudahkan untuk mengamalkan Sunnah dalam kehidupan sehari-hari.

Wallahu A’lam,
Wabillahittaufiq.

 

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Senin, 05 Sya’ban 1441 H/ 30 Maret 2020 M



Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Beliau adalah Alumni STDI IMAM SYAFI’I Kulliyyatul Hadits, dan Dewan konsultasi Bimbingan Islam,
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله  
klik disini

Ustadz Rosyid Abu Rosyidah, S.Ag., M.Ag.

Beliau adalah Alumni S1 STDI Imam Syafi’I Jember Hadits 2010 - 2014, S2 UIN Sunan Kalijaga Qur’an Hadits 2015 - 2019 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Dynamic English Course (DEC) Pare Kediri, Mafatihul Ilmi (Ustadz Dzulqarnaen) sedang diikuti | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Kuliah Pra Nikah Naseeha Project

Related Articles

Back to top button