Adab & AkhlakKonsultasi

Tentang Doa Nabi Ibrahim

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Pertanyaan :

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Afwan Ustadz, mohon dijelaskan maksud dari doa Nabi Ibrahim berikut*, terutama pada poin dimana ketika Beliau ‘alaihimussalam berdoa yg maknanya “ Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian”. Apakah maksudnya beliau ingin terkenal/populer menjadi orang baik? Lalu bagaimana “mengkompromikan” dengan hadits Nabi tentang tiga orang yang pertama dimasukkan Alloh ke dalam neraka Jahanam karena riya’ (Faqod qiil : “Dan telah dikatakan” bahwa kamu orang yang pemberani, bagus bacaan qur’annya, dan dermawan).
Jazakalloh khoiron..

(Dari Abu Ahmad di Purworejo, Jateng Anggota Grup BIAS N04-60).

*Doa Nabi Ibrahim

رَبِّ هَبْ لِى حُكْمًا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّٰلِحِينَ

”(Ibrahim berdo’a): Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukanlah aku kedalam golongan orang-orang yang shaleh. Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian. Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai Syorga yang penuh kenikmatan.” (QS. Asy-Syu’ara : 83-85).

Jawaban :

وعليكم السلام ورحمة الله وبر كاته

Benar nabi Ibrahim ‘alaihissalam berdoa supaya kelak manusia mengingat beliau sebagai orang yang baik, Al-Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat tersebut berkata :

وَقَوْله : ” وَاجْعَلْ لِي لِسَان صِدْق فِي الْآخِرِينَ ” أَيْ وَاجْعَلْ لِي ذِكْرًا جَمِيلًا بَعْدِي أُذْكَرُ بِهِ وَيُقْتَدَى بِي فِي الْخَيْر

Maksud firman Allah ta’ala tentang doa Ibrahim ‘alaihissalam “Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian.” Ialah : Jadikan bagiku penyebutan yang indah, yang aku diingat dengan kebaikan kemudian orang-orang mengikuti aku dalam kebaikan tersebut”. (Tafsir Ibnu Katsir : 1375).

Demikian pula Ikrimah berkata menerangkan maksud doa ini :

أنعم علي في الدنيا ببقاء الذكر الجميل بعدي ، وفي الآخرة بأن تجعلني من ورثة جنة النعيم .
“Anugrahkan kepadaku di dunia ini penyebutan yang baik setelah aku wafat, dan kelak di akhirat jadikanlah aku penghuni syurga Naim”. (Tafsir Ibnu Katsir :1375).

Ini adalah doa yang baik, karena semua orang menginginkannya dan Allah memuji doa ini, kemudian Allah mengabulkannya, buktinya ialah firman Allah ta’ala :

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ *وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ *قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ *إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاء الْمُبِينُ *وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخرين سَلاَمٌ على إِبْرَاهِيمَ كَذَلِكَ نَجْزِي المحسنين

“Wahai Ibrahim engkau telah membenarkan perintah-Ku melalui mimpimu Sesungguhnya dengan demikian akan membalas orang-orang yang berbuat baik, sesunggguhnya ini adalah ujian yang nyata dan kami tebus Ismail dengan sembelihan hewan qurban yang besar. Dan kami jadikan teladan untuk orang-orang yang sesudahnya, keselamatan untuk Nabi Ibrahim, demikianlah kami membalas orang-orang yang berbuat baik”.(Q.S. As-shafat 103-110).

Doa nabi Ibrahim ‘alaihissalam ini sama sekali tidak mengindikasikan beliau suka dipuji atau suka pamer -naudzubillah min dzalik, karena beliau seorang nabi pilihan. Namun hakikat dari riya’ atau suka pamer itu ada di dalam hati, sukar dideteksi dari sekedar ucapan atau perbuatan. Maka nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ، قَالَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا، وَنَعْلُهُ حَسَنَةً، قَالَ: إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ، وَغَمْطُ النَّاسِ

“Tidak akan masuk syurga orang yang di dalam hatinya terdapat rasa sombong meski sebesar dzarrah. Seorang lelaki bertanya : Sesungguhnya ada lelaki yang suka jika pakaian dan sendalnya bagus. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan, namun kesombongan adalah menolak kebenaran serta meremahkan manusia”. (Shahihul Jami’ : 7674).

Maka kesombongan letaknya di hati meski sendal dan bajunya bagus itu tidak menjadi tanda mutlak yang menunjukkan seseorang itu sombong. Bisa jadi orang yang sendal dan bajunya bagus tidak sombong, bisa jadi pula sebaliknya.

Semua manusia kami kira menginginkan agar ketika ia wafat kelak, supaya orang-orang mengenangnya dengan kebaikan bukan dengan keburukan. Dan ini bukan kesombongan sama sekali. Lebih-lebih lagi nabi Ibrahim ‘alaihissalam meminta hal tersebut kelak setelah beliau wafat, sehingga kekhawatiran akan menjadi penyebab kesombongan sudah hilang ketika itu. wallahu a’lam.

Referensi :

Shahihul jami’ oleh Al-Imam Al-Albani
Tafsir Ibnu Katsir oleh Al-Imam Ibnu Katsir.

Konsultasi Bimbingan Islam
Ustadz Abul Aswad Al Bayati

Related Articles

Back to top button