Tata Cara Mandi Sebelum Sholat Jumat Seperti Mandi Junub?

Tata Cara Mandi Sebelum Sholat Jumat Seperti Mandi Junub?
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tata cara mandi sebelum sholat jum’at seperti mandi junub? Selamat membaca.
Pertanyaan:
Bismillāh. Assalāmu’alaikum ustadz. Semoga Allāh selalu merahmati ustadz dan seluruh umat muslim. Ustadz, untuk mandi sebelum shalat Jum’at apakah disunnahkan wudhu sebelum mandi? Jazākallāhu khairan.
(Ditanyakan oleh Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS)
Jawaban:
Wa’alaikumsalam warahmatullah wabarokatuh
Aamiin atas doa yang terpanjat, juga semoga Allah memberikan kemudahan dan kebahagiaan kepada kita semua.
Bila mencermati hadis tentang perintah mandi jumat dan sifatnya, maka hal ini terkait dengan mandi junub bila seseorang telah menggauli istrinya sebelum shalat Jumat.
Maka dalam posisi seperti ini, mandi Jumat bagi dia adalah wajib dan tata caranya sama seperti mandi junub yang diperintahkan atau disunnahkan sebelum mandi untuk melakukan wudhu.
Sebagaimana sabda Nabi dalam hadis berikut:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : [1] مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
قَوْلُهُ : [2] أَيْ غُسْلاً كَغُسْلِ الجَنَابَةِ فِي الصِّفَةِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat seperti mandi junub, lalu ia pergi pada saat pertama, maka seolah ia telah berkurban seekor unta. Barang siapa yang pergi pada saat kedua, maka seolah ia telah berkurban dengan seekor sapi. Barangsiapa yang pergi pada saat ketiga, maka seolah ia telah berkurban dengan seekor domba yang bertanduk. Barangsiapa yang pergi pada saat keempat, maka seolah ia telah berkurban seekor ayam. Dan barangsiapa yang pergi pada saat kelima, maka seolah ia telah berkurban dengan sebutir telur. Lalu ketika imam keluar, hadirlah para malaikat untuk mendengarkan peringatan (khutbah).” (Muttafaqun ‘alaih HR. Bukhari, no. 881 dan Muslim, no. 850)
Dan bila mengamati beberapa hadis berikut, yang secara umum menyebutkan perintah mandi tanpa memberikan catatan mandi junub, maka dapat disimpukan bahwa tidak ada perintah untuk berwudhu terlebih dahulu, ia mandi seperti mandi biasa, dan boleh baginya melakukan apa yang dilakukan seseorang untuk mandi besar/mandi junub.
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنِ اغْتَسَلَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَصَلَّى مَا قُدِّرَ لَهُ ثُمَّ أَنْصَتَ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْ خُطْبَتِهِ ثُمَّ يُصَلِّىَ مَعَهُ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الأُخْرَى وَفَضْلَ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ
“Barangsiapa yang mandi kemudian mendatangi Jum’at, lalu ia shalat semampunya dan diam (mendengarkan khutbah) hingga selesai, kemudian ia lanjutkan dengan shalat bersama Imam, maka akan diampuni (dosa-dosa yang dilakukannya) antara hari itu dan hari jum’at yang lain. Dan bahkan hingga lebih tiga hari.” (HR. Muslim no. 857).
Dari Salman Al-Farisi, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ ، وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ ، أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ ، فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ، ثُمَّ يُصَلِّى مَا كُتِبَ لَهُ ، ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الإِمَامُ ، إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الأُخْرَى
“Apabila seseorang mandi pada hari Jum’at, dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak dan harum-haruman dari rumahnya kemudian ia keluar rumah, lantas ia tidak memisahkan di antara dua orang, kemudian ia mengerjakan shalat yang diwajibkan, dan ketika imam berkhutbah, ia pun diam, maka ia akan mendapatkan ampunan antara Jum’at yang satu dan Jum’at lainnya.” (HR. Bukhari no. 883)
Berkata Ibnu Quddamah rahimahullah ta`ala dalam kitabnya al-Mughni,”
فإن اغتسل للجمعة والجنابة غسلاً واحداً، ونواهما أجزأه، ولا نعلم فيه خلافاً، وروي ذلك عن ابن عمر ومجاهد ومكحول ومالك والثوري والأوزاعي والشافعي وأبي ثور. اهـ.
”Maka bila ia mandi untuk sholat jumat dan mandi junub sekalian, dengan satu niat untuk keduanya maka telah cukup, dan tidak kami ketahui adanya khilaf dalam masalah tersebut, sebagaimana juga diriwayatkan oleh Ibnu Umar, Mujahid, Makhul. Malik, Tsauri, Auzaa`I, Syafi`i dan abu Tsaur.”
Wallahu a`lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله
Jumat, 18 Dzul’qodah 1443 H/17 Juni 2022 M
Ustadz Mu’tashim Lc., M.A.
Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mu’tashim Lc., M.A. حفظه الله klik disini
- مَنِ اغْتَسَلَ يَومَ الجُمُعَةِ غُسْلَ الجَنَابَةِ ، ثُمَّ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الأُوْلَى فَكَأنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ ، فَكَأنَّمَا قَرَّبَ كَبْشاً أَقْرَنَ ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ ، فَكَأنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الخَامِسَةِ ، فَكَأنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً ، فَإذَا خَرَجَ الإِمَامُ ، حَضَرَتِ المَلاَئِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ ⤴
- غُسْلُ الجَنَابَةِ ⤴