AqidahKonsultasi

Takut Ancaman Sihir, Boleh atau Tidak?

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Takut Ancaman Sihir, Boleh atau Tidak?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang takut ancaman sihir, boleh atau tidak?
selamat membaca.


Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Ustadz dan keluarga selalu dalam kebaikan dan lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Bismillah, kalau kita dapat ancaman sihir/santet dari dukun, melalui pesan Instagram, tapi instagram kita tidak berisi foto, jadi dukun tersebut tidak memiliki media apapun untuk menyihir kita, tapi kita takut akan ancaman sihirnya tersebut.
Apakah perasaan takut kita tersebut merupakan khauf thabi’i (rasa takut yang merupakan bawaan manusia)?
Padahal kita tahu dukun tersebut tidak memiliki media apapun untuk menyihir kita, apakah rasa takut tersebut termasuk kesyirikan?

(Disampaikan oleh Fulan, penanya dari media sosial bimbingan islam)


Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du

Rasa takut adalah sifat yang ada pada manusia, dan itu menunjukkan sifat lemah manusia. Ada perincian hukum rasa takut menurut syari’at Islam, kita perlu memahami jenis-jenis khouf (rasa takut) sehingga tidak salah di dalam menyikapinya.

Jeni-Jenis Khouf (Rasa Takut) :

1- Khouf sir

Yaitu: seseorang takut kepada sesuatu yang diyakini dapat menimpakan bencana secara sirr (rahasia) dengan kemampuannya dan kehendaknya. Bencana itu seperti: penyakit, kemiskinan, kematian, kesusahan, musibah, atau semacamnya. Rasa takut jenis ini tidak boleh ditujukan kepada selain Allah.
Ini ditunjukkan oleh banyak ayat-ayat Al-Qur’an, antara lain:

وَقَالَ اللَّهُ لَا تَتَّخِذُوا إِلَهَيْنِ اثْنَيْنِ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ

Allah berfirman: “Janganlah kamu menyembah dua Tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut”.
(QS. An-Nahl/16: 51)

Juga firmanNya:

الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا 

(Para Rosul yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tidak merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan.
(QS. Al-Ahzab/33: 39)

Barangsiapa takut kepada selain Allah -baik berupa manusia, jin, wali, orang mati yang dikubur, binatang, pohon, benda-benda keramat, tempat-tempat yang dianggap angker, atau lainnya- karena dianggap memiliki kemampuan mendatangkan bencana seperti ini, maka dia telah menyekutukan Allah.

Syaikh Sulaiman bin Abdulloh Alu Syaikh berkata: “Barangsiapa membuat tandingan bagi Allah, dia takut kepada tandingan itu dengan takut jenis ini maka dia musyrik”.
(Taisir Al-‘Azizil Hamid, hlm: 426)

Syaikh Abdurrohman As-Sa’di berkata: “Jika khouf (takut) dan khosy-yah (takut dengan pengangungan) merupakan khouf peribadahan dan taqorrub (pendekatan diri) dengan takut tersebut kepada orang yang ditakuti, dan takut itu mendorong kepada ketaatan batin dan takut sirri (takut tertimpa bencana secara rahasia), yang menghentikan maksiat kepada orang yang ditakutinya, maka takut tersebut ditujukan kepada Allah merupakan sebesar-besar kewajiban iman, sedangkan ditujukan kepada selain Allah termasuk syirik akbar yang tidak akan diampuni oleh Allah, karena dia telah menyekutukan selain Allah dengan Allah di dalam ibadah ini yang termasuk sebesar-besar kewajiban hati. Bahkan terkadang takutnya kepada selain Allah melebihi takutnya kepada Allah”.
(Al-Qoululs Sadid Syarh kitab At-Tauhid, hlm: 98)

Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin berkata: “Takut ada beberapa macam: Pertama: takut karena ibadah, merendahkan diri, pengagungan, dan ketundukan. Inilah yang dinamakan khouf sirr. Ini tidak pantas kecuali kepada Allah. Maka barangsiapa menyekutukan selain Allah bersama Allah (dengan takut ini-pen) dia adalah orang musyrik dengan syirik akbar.
Contohnya: Orang yang takut kepada patung, atau orang yang telah mati, atau orang-orang yang mereka sangka sebagai wali yang mereka yakini manfaat dan bahaya mereka. Sebagaimana dilakukan oleh sebagian penyembah kubur, dia takut kepada penghuni kubur lebih dari takutnya kepada Allah”.
(Al-Qoulul Mufid 2/166; penerbit: Darul ‘Ashimah)

2- Takut kepada manusia sehingga meninggalkan kewajiban atau melanggar larangan

Jenis takut ini muncul karena lemahnya iman dan sedikitnya keyakinan.

Syaikh Sholih Al-Fauzan berkata: “Di antara jenis takut, yaitu seseorang meninggalkan kewajibannya karena takut kepada sebagian manusia. Ini hukumnya haram, dan itu termasuk syirik kecil. Inilah yang disebutkan di dalam firman Allah Ta’ala:

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (173) فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ (174) إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (175

(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia (suku Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka, dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung”.

Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar.

Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
(Ali-‘Imron: 173-175)”. (Al-Irsyad ilaa Shohihil I’tiqod, hlm: 75-76, karya Syaikh Sholih Al-Fauzan)

3- Khouf (takut) kepada ancaman Allah kepada orang-orang yang bermaksiat

Ini merupakan kedudukan yang agung dari sifat-sifat hamba-hamba Allah yang shalih dan taat. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِهِمْ ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ

“Dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku”.
(QS. Ibrohim/14: 14)

Juga firmanNya:

وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ (25) قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ (26

Dan sebahagian mereka (para penghuni sorga) menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanya-menanya. Mereka berkata: “Sesungguhnya Kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami, merasa takut (akan diazab)”.
(QS. Ath-Thuur/52: 25-26)

Juga firmanNya:

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41

“Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,  maka sesungguhnya  sorga adalah tempat tinggal(nya).”
(QS. An-Nazi’at/79: 40-41)

Imam Ibnul Abil ‘Izzi Al-Hanafi berkata: “Seorang hamba wajib takut dan berharap (kepada Allah). Dan takut yang terpuji dan sebenarnya adalah yang menghalangi pemiliknya dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah. Jika takut itu melewati batas, dikhawatirkan dia jatuh kepada sikap putus asa”.
(Syarh Aqidah Thohawiyah, hlm: 371, penerbit: Al-Maktabul Islami, takhrij: Al-Albani)

Beliau juga mengatakan: “Setiap orang yang engkau takuti, maka engkau lari menjauhinya, kecuali takut kepada Allah Ta’ala.vKarena sesungguhnya jika engkau takut kepadaNya, niscaya engkau berlari mendekatnya”.
(Syarh Aqidah Thohawiyah, hlm: 372, penerbit: Al-Maktabul Islami, takhrij: Al-Albani)

Syaikh Sulaiman bin Abdulloh Alu Syaikh berkata: “Takut ini termasuk yang paling tinggi dari derajat-derajat iman. Perbandingan takut yang pertama dengan ini seperti perbandingan islam dengan ihsan. Takut ini merupakan perkara terpuji dengan syarat tidak membawa kepada putus asa dari rahmat Allah. Oleh karena itulah Syaikhul Islam berkata: “Takut ini adalah yang menghalangimu dari maksiat-maksiat kepada Allah, yang lebih dari itu maka tidaklah dibutuhkan”.
(Taisir Al-‘Azizil Hamid, hlm: 428)

4- Khouf thobi’i (takut karena naluri)

Seperti takut terhadap musuh yang mengintainya, atau terhadap binatang buas, keruntuhan, tenggelam, atau semacamnya. Takut jenis ini hukum asalnya boleh dan tidaklah tercela, asalkan tidak sampai meninggalkan kewajiban atau melanggar larangan.

Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin berkata: “Kedua: takut tabi’at dan naluri. Ini jika membawa kepada meninggalkan kewajiban dan melakukan yang diharamkan maka (hukumnya) haram. Jika membawa kepada yang mubah, maka (hukumnya) mubah”.
(Al-Qoulul Mufid 2/166; penerbit: Darul ‘Ashimah)

Takut jenis ini merupakan naluri manusia, bahkan para Nabi juga tidak lepas darinya. Seperti firman Allah Ta’ala tentang Nabi Musa:

فَخَرَجَ مِنْهَا خَائِفًا يَتَرَقَّبُ قَالَ رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu”.
(QS. Al-Qoshshosh/28: 21)

5- Takut yang merupakan kelemahan hati atau sifat penakut

Syaikh Abdurrohman As-Sa’di berkata: “Dan jika khouf (takut) itu adalah takut karena khayalan, seperti takut tanpa sebab mendasar, atau takut dengan sebab yang lemah, maka ini takut yang tercela, yang menjadikan pelakunya termasuk orang-orang yang penakut. Rosulullah telah memohon perlindungan kepada Allah dari sifat penakut ini, karena termasuk akhlaq yang buruk. Dengan demikian iman yang sempurna, tawakkal, dan sifat pemberani akan menolak jenis sifat penakut ini”.
(Al-Qoululs Sadid, hlm: 117)

Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin berkata: “Ada juga yang dinamakan wahm (khayalan; angan-angan; kecemasan; ketakutan) namun (hakekatnya) bukanlah khouf (takut). Seperti seseorang melihat bayangan pohon yang bergerak-gerak, lalu dia menyangka bahwa itu adalah musuh yang mengancamnya. Seorang mukmin tidak pantas demikian, bahkan dia mengusir khayalan ini, karena sesungguhnya itu tidak ada hakekatnya. Jika dia tidak mengusirnya, maka itu akan membinasakanmu”.
(Al-Qoulul Mufid 2/167; penerbit: Darul ‘Ashimah)

Dengan penjelasan ini, semoga kita bisa memahami rasa takut yang terpuji, yang tercela, dan mubah, serta bisa menjadi pijakan untuk kesimpulan tentang takut ancaman sihir.

Kesimpulan : Takut Ancaman Sihir atau Santet

Setelah kita memahami perincian ini, maka takut kepada ancaman sihir/santet dari dukun, walaupun dia tidak memiliki media foto atau lainnya, termasuk khouf thobi’i, sebab sihir/santet itu ada kenyataannya. Oleh karena itu Allah Ta’ala memerintahkan Nabi-Nya, termasuk umat, untuk memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan tukang sihir. Allah Ta’ala berfirman:

وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ

“Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul.”
(QS. Al-Falaq/113: 4)

Tetapi yang perlu diingat, jangan sampai takut yang wajar ini menyebabkan meninggalkan kewajiban atau melanggar larangan, sehingga menjadi haram hukumnya. Atau takut secara berlebihan sehingga menjadi khouf sir, sehingga menjadi syirik.

Dan perlu diketahui bahwa sihir itu terjadi dengan bantuan syaithan dari kalangan jin, maka menghadapinya hanya dengan berlindung kepada Allah Yang Maha Kuasa. Hendaklah anda banyak memohon perlindungan kepada Allah, termasuk mengamalkan dzikir pagi sore, banyak berdzikir, membaca ayat kursi sebelum tidur, dan lainnya. Barangsiapa tawakkal kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya. Hanya Allah Tempat memohon perlindungan. Al-hamdulillahi Robbil ‘Alamiin.

Baca juga tentang sihir:

Disusun oleh:
Ustadz Muslim Al-Atsari حفظه الله
Jum’at, 20 Syawawal 1441 H/ 12 Juni 2020 M



Ustadz Muslim Al-Atsari حفظه الله
Beliau adalah Pengajar di Pondok Pesantren Ibnu Abbas As Salafi, Sragen
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Muslim Al-Atsari حفظه الله 
klik disini

Ustadz Muslim Al-Atsary

Beliau adalah Pengajar di Pondok Pesantren Ibnu Abbas As Salafi, Sragen

Related Articles

Back to top button