
Surga, Negeri Yang Dirindukan
الحمد لله و كفى, و صلاة و سلام على عباده الذين اصطفى, و اشهد انّ لا اله الّا الله وحده لا شريك له, و اشهد انّ محمدا عبده و رسوله, و انّ الجنّة حقّ, و انّ النّار حقّ, و البعث حقّ, والقيامة حقّ, والصراط حقّ, والحساب حقّ, كل ما قال الله و رسوله حقّ. اما بعد
Satu kesamaan
Allāh tabāraka wa ta’āla telah ciptakan kita sebagai manusia dari Adam dan Hawa ‘alaihimasallam. Dari dua makhluk Allāh inilah manusia menjadi beragam bangsa dan berbagai macam suku yang berbeda satu sama lain, bermacam orang, bermacam kepribadian. Ada orang yang mudah tersinggung, keras kepala, ambisius, ceroboh, mudah dihasut. Sebaliknya, ada yang sangat penyabar, pendiam, pemurung, sensitif, pemalu, senang bercanda.
Begitupun ketika datang para Rasul utusan Allāh juga berbeda penyikapannya. Ada yang berada dalam jalan yang lurus dengan mentaati para rasul, namun tidaklah sedikit yang justru malah menjadi penentang ajaran Allāh yang Dia wahyukan kepada para rasul tersebut. Akan tetapi satu hal yang diyakini oleh seluruh manusia baik yang beriman kepada Allāh ataukah tidak, bahkan yang Atheis sekalipun, bahwa manusia pasti akan mati, nyawa akan meninggalkan jasad.
Namun ada yang membedakan antara orang yang beriman dan kufur kepada Allāh. Orang beriman yakin bahwa ada kehidupan setelah kematian, akan tetapi bagi mereka yang ingkar, kematian di dunia adalah akhir dari segala-galanya.
Impian setiap mukmin
Setiap orang beriman pasti merindukan tempat kembali yang baik, setelah kematiannya. Merindukan berbagai kenikmatan yang telah dipersiapkan oleh Allāh tabāraka wa ta’āla di akhirat. Sebagaimana yang senantiasa dilantunkan dalam setiap do’a orang beriman :
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
“Ya Allāh, aku memohon kepada Engkau Surga dan berlindung kepada Engkau dari api Neraka.” [HR. Abu Daud no. 762]
Untuk semakin menambah keimanan kita tentang surga dan menambah kerinduan kita kepadanya sehingga semakin bersemangat dalam beribadah kepada Allāh tabāraka wa ta’āla, maka kami akan paparkan sekelumit pemandangan surga dan berbagai kenikmatan yang telah disebutkan Allāh tabāraka wa ta’āla dan Rasul-Nya shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Surga dan kenikmatannya
Surga adalah negeri kemuliaan yang abadi, negeri yang penuh dengan kenikmatan yang sempurna, negeri yang tak ada cela sedikitpun di dalamnya. Surga adalah cahaya yang berkilauan di dalamnya, aroma wangi yang semerbak, istana-istana mewah yang berdiri di atasnya, sungai-sungai yang mengalir indah, buah-buah yang senatiasa mudah untuk dipetik para penduduknya, bidadari-bidadari yang cantik dan jelita, dan berbagai kenikmatan-kenikmatan yang tidak pernah ada mata yang melihatnya, tidak pernah oleh terdengar oleh telinga ataupun tergambar sedikitpun dalam hati manusia.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ ، ذُخْرًا ، بَلْهَ مَا أُطْلِعْتُمْ عَلَيْهِ » . ثُمَّ قَرَأَ ( فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِىَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ )
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Allāh Ta’ala berfirman: Aku sediakan bagi hamba-Ku yang shalih berbagai kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam benak manusia. Kalau kalian mau, bacalah, ‘Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 17)
Wanginya surga
Salah satu keajaiban surga adalah baunya, yang sudah tercium dalam radius puluhan tahun perjalanan. Sebagaimana sabda Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam berikut ini :
مَنْ قَتَلَ قَتِيلًا مِنْ أَهْلِ الذِّمَّةِ لَمْ يَجِدْ رِيحَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا
“Barangsiapa membunuh seorang kafir dzimmi, maka dia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun. ” (HR. An Nasai)
Bersambung InsyaAllāh , Wallāhu a’lam, Wabillāhittaufiq
Ditulis Oleh:
Ustadz Ngaji Babar حفظه الله
(Kontributor Bimbinganislam.com)