Adab & Akhlak

Suami Istri Menginap Bersama Ipar Di Rumah Orang Tua, Bolehkah?

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

Suami Istri Menginap Bersama Ipar Di Rumah Orang Tua, Bolehkah?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Suami Istri Menginap Bersama Ipar Di Rumah Orang Tua, Bolehkah? selamat membaca.

Pertanyaan:

Bismillah Saya seorang wanita sudah bersuami, saudara perempuan saya juga sudah berkeluarga, jika Hari Raya Idul Fitri seringnya disuruh pulang kampung ke rumah orang tua, bagaimana hukumnya menginap di rumah orang tua dengan kondisi seperti itu, yang disana terdapat orang yg bukan mahram?

Apakah terkena hukum tinggal 1 rumah dengan bukan mahram? Mohon Nasihatnya Jazakumullahu khairan

Ditanyakan oleh Sahabat AISHAH (Akademi Shalihah)


Jawaban:

Suami istri menginap di rumah orang tua pada hari raya dan ada saudara Ipar tinggal di sana adalah dibolehkan, dengan syarat istri wajib menutup aurat dan menjaga interaksi batasan-batasan syariat dengan sebaik-baiknya.

Hal ini bukan termasuk masalah tinggal satu rumah dengan bukan mahram, karena pada hakikatnya rumah yang ditinggali sementara karena kunjungan hari raya ini adalah milik orang tua, dan hanya menginap beberapa hari saja.

Walaupun demikian sikap kehati-hatian ini tetap harus dijaga, hindari berdua-duaan dengan kakak atau adik ipar atau yang bukan mahram di dalam rumah tersebut.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda,

إيَّاكُمْ والدخول على النساءِ فقالَ رجلٌ منَ الأنصار يا رسولَ الله أفرأيتَ الْحَمُو قالَ الْحَمُو الموت

Baca Juga:  Istiqomah Hati Penting

“Janganlah kalian memasuki tempat para wanita. Maka berkata seorang lelaki dari kaum Anshar: Wahai Rasulullah, bagaimana dengan ipar? Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam berkata: Ipar adalah kematian.” (HR. Bukhari : 5232, Muslim : 2172).

Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata tatkala menjelaskan makna hadits ini :

قيل المراد أن الخلوة بالحمو قد تؤدي إلى هلاك الدين أن وقعت المعصية أو إلى الموت أن وقعت المعصية ووجب الرجم أو إلى هلاك المرأة بفراق زوجها إذا حملته الغيرة على تطليقها أشار إلى ذلك كله القرطبي

“Dikatakan bahwa berdua-duaan bersama ipar (adalah maut) maksudnya dapat mengantarkan kepada kebinasaan agama seseorang apabila terjadi kemaksiatan. Atau mengantarkan kepada kematian apabila terjadi kemaksiatan (zina) dan wajib untuk dirajam (dilempari batu sampai mati dengan perintah penguasa).

Atau mengantarkan kepada kehancuran wanita tersebut karena bercerai dengan suaminya apabila suaminya cemburu sehingga menceraikan istrinya itu, semua makna ini diisyaratkan oleh Al-Qurthubi.” (lihat kitab Fathul Bari; 9/332).

Wallahu Ta’ala A’lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. 
حفظه الله
Senin, 24 Syawwal 1444H / 14 Mei 2023 M


Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits), Dewan konsultasi Bimbingan Islam

Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Fadly Gugul حفظه الله تعالى klik disini

Ustadz Fadly Gugul, S.Ag

Beliau adalah Alumni S1 STDI Imam Syafi’I Jember Ilmu Hadits 2012 – 2016 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Takhosus Ilmi di PP Al-Furqon Gresik Jawa Timur | Beliau juga pernah mengikuti Pengabdian santri selama satu tahun di kantor utama ICBB Yogyakarta (sebagai guru praktek tingkat SMP & SMA) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Dakwah masyarakat (kajian kitab), Kajian tematik offline & Khotib Jum’at

Related Articles

Back to top button