Aqidah

Sikap ‘Mustahab’ Terhadap Takdir Buruk Yang Allah Berikan

Pendaftaran Mahad Bimbingan Islam

Sikap ‘Mustahab’ Terhadap Takdir Buruk Yang Allah Berikan

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Sikap ‘Mustahab’ Terhadap Takdir Buruk Yang Allah Berikan. selamat membaca.

Pertanyaan:

Bagaimana penjabaran Hukum mustahab terhadap takdir buruk yang telah Allah tetapkan. Masih belum begitu paham Jazaakallah khair.

Ditanyakan oleh Santri Mahad Bimbingan Islam


Jawaban:

Bismillah..

Sebagaimana yang kita ketahui dengan perintah Allah dan rasulNya, tatkala Allah mentukan takdir baik dan buruk atas seseorang, untuk selalu bersyukur dengan kebaikan yang telah diberikan dan bersabar dengan segala ketetapan Allah yang tidak disuka, terus menahan lisan dan tubuh dari apa yang Allah murka dan tetap menjalankan segala apa yang di perintah. Inilah kewajiban yang harus di laku tatkala Allah ingin menguji seorang hamba. Sebagaimana firman Allah ta`ala,”

وَبَشِّرْ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُوْلَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُوْلَئِكَ هُمْ الْمُهْتَدُونَ .

“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah 155-157)

Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “

“ إنَّ عِظم الجزاء مع عظم البلاء ، وإنَّ الله عز وجل إذا أحب قوماً ابتلاهم ، فمن رضي فله الرضا ، ومن سخط فله السخط “

“Sungguh besarnya balasan bersama dengan besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah azza wajalla apabila mencintai suatu kaum Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang ridha/menerima maka Allah akan ridha, dan barang siapa yang membencinya maka Allah akan membencinya.” (HR. Tirmidzi 2396, Ibnu Majah ( 4031) dan di hasankan oleh Albani dalam shahih Tirmidzi)

Namun, bagi seorang muslim hendaknya tidak cukup hanya sampai menahan dan bersabar saja, namun hendaknya ia mengambil banyak hikmah dengan apa yang telah Allah tetapkan dari musibah yang mungkin silih berganti menghampirinya.

Tetap selalu berbaik sangka dan mengambil hikmah/pelajaran di balik setiap musibah tersebut. Inilah yang dimaksudkan dengan mustahabnya seseorang dalam menghadapi perihnya kehidupan, akan banyak buah yang dihasilkan tatkala ia mengerti bagaimana cara mengmbambil kebaikan dari segala kesulitan.

Sehingga ia akan selalu senang dan optimis dalam setiap ujian yang diberikan, tetap berusaha menyibak kesulitan yang diberikan, dengan meminta bantuan kekuatan dari sang Maha Kuasa, tetap ia bersikap optimis dan mengambil hikmah di balik setiap cobaan kehidupan yang melanda.

Baca Juga:  Apakah Benar Yang Bisa Masuk Surga Hanya 70 ribu Orang?

Berkata Alhasan albashri rahimahullah ta`ala,”

: لا تكرهوا البلايا الواقعة ، والنقمات الحادثة ، فَلَرُبَّ أمرٍ تكرهه فيه نجاتك ، ولَرُبَّ أمرٍ تؤثره فيه عطبك – أي : هلاكك –

“janganlah kalian membenci ujian yang menimpa dan kesulitan yang mendera, berapa banyak perkara yang kamu benci mendatangkankan keselematan dirimu, dan berapa banyak perkara yang kamu duka menjadi sumber kehancuran.”

Dan Fudhail bin Sahl berkata,”

: إن في العلل لنعَماً لا ينبغي للعاقل أن يجهلها ، فهي تمحيص للذنوب ، وتعرّض لثواب الصبر ، وإيقاظ من الغفلة ، وتذكير بالنعمة في حال الصحة ، واستدعاء للتوبة ، وحضّ على الصدقة .

“sungguh dalam suatu penyakit/kesulitan di baliknya ada kenikmatan yang tidak semestinya seorang yang berakal tidak mengenalnya. Ia sebagai pembersih dosa, sebagai sumber pahala dari kesabaran, menyadarkan dari kelalaian, mengingatkan kenikmatan di kala sehat, faktor pendorong untuk bertaubah dan anjuran dalam bershadakah.”

Bahkan terkadang turunnya ujian bagi seorang mukmin itu leih baik daripada tertundanya siksa di akhirat kelak, bagaimana tidak, di baliknya ada banyak manfaat, derajatnya akan diangkat dan akan dihilangkan kejelekan-kejelekannya. Sebagaimana sabda nabi shallallahu alaihi wasallam, “

إذا أراد الله بعبده الخير عجَّل له العقوبة في الدنيا ، وإذا أراد بعبده الشر أمسك عنه بذنبـــه حتى يوافيه به يوم القيامة

“Apabila Allah menginginkan seorang hamba kebaikan maka Allah akan segerakan hukumannya di dunia, dan bila Allah inginkan keburukankepada seorang hamba Allah akan menahan hukuman dari perbuatan dosanya sampai ALlah akan balaskan pada hari kiamat.” (Tirmdzi : 2396. dan di shahihkan oleh albnani dishahih attirmidzi)

Itulah sikap yang mustahab bagi seorang mukmin dalam menyikapi takdir buruk dalam kehidupannya, tidak hanya menahan diri, bersabar dengan segala ujian namun ia bisa mengambil hikmah kebaikan dan merubah nya menjadi kekuatan tersendiri untuk terus berjuang dalam meraih surga yang di lingkari dengan pagar kesulitan/ujian.

Sehingga ia akan tetap bersyukur dan memuji Allah dalam setiap kebaikan. Semoga Allah menjadikan kita semua bagian dari hamba hamba yang bersabar dan bersyukur dalam setiap ketetapan Allah.

Wallahu a`lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله
Selasa, 28 Sya’ban 1444H / 21 Maret 2023 M 


Ustadz Mu’tashim Lc., M.A.
Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mu’tashim Lc., M.A. حفظه الله klik di

Akademi Shalihah Menjadi Sebaik-baik Perhiasan Dunia Ads

Ustadz Mu’tasim, Lc. MA.

Beliau adalah Alumni S1 Universitas Islam Madinah Syariah 2000 – 2005, S2 MEDIU Syariah 2010 – 2012 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Syu’bah Takmili (LIPIA), Syu’bah Lughoh (Universitas Islam Madinah) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Taklim di beberapa Lembaga dan Masjid

Related Articles

Back to top button