Sholat Bagi Tenaga Medis di Ruang Isolasi

Sholat Bagi Tenaga Medis di Ruang Isolasi
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang sholat bagi tenaga medis di ruang isolasi.
selamat membaca.
Pertanyaan :
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Afwan sebelumnya,
Mau bertanya tentang waktu sholat, Ustadz. Kita tenaga medis yang bekerja di ruang isolasi untuk pembagian jam ke pasien terbagi menjadi 6 shift dan pada waktu masuk itu kita selalu terlewat waktu sholat 5 waktu. Bagaimana agar kami tidak tertinggal waktu sholat? Jazakumullah khairan.
(Disampaikan Fulanah sahabat Bimbingan Islam)
Jawaban :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.
Ada 3 Tahapan yang Dapat Dikerjakan Sesuai Prioritas
Pertama, sholat tepat waktu jika memungkinkan. Ini yang paling afdhol.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, “amalan apakah yang paling afdhol?”, Beliau menjawab,
الصَّلاَةُ فِى أَوَّلِ وَقْتِهَا
“Shalat di awal waktunya” (HR. Abu Daud, 426).
Kedua, sholat jama’ (menggabungkan sholat zuhur dengan asar, atau maghrib dengan ‘isya), bisa taqdim (didahulukan pada waktu sholat pertama), atau ta’khir (diakhirkan pada waktu sholat kedua).
Dalilnya adalah firman Allah,
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
“Dan Allah sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan” (QS. Al-Hajj, 78).
Juga hadits Mu’adz bin Jabal yang menceritakan saat perang Tabuk,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ إِذَا زَاغَتْ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَرْتَحِلَ جَمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَإِنْ يَرْتَحِلْ قَبْلَ أَنْ تَزِيغَ الشَّمْسُ أَخَّرَ الظُّهْرَ حَتَّى يَنْزِلَ لِلْعَصْرِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika berada di perang Tabuk, jika matahari tergelincir (sudah tiba waktu zuhur) sebelum beliau berangkat, maka beliau menggabung antara sholat zuhur dengan asar (jama’ taqdim). Tetapi ketika berangkat sebelum matahari tergelincir, maka Beliau menunda sholat dzuhur sehingga Beliau singgah untuk sholat ashar (bersama dzuhur, Jama’ Ta’khir)” (HR. Abu Dawud, 1022).
Ketiga, sholat sebisanya dengan keadaan apa adanya jika 2 tahapan sebelumnya tidak bisa dilakukan. Misalnya, waktu sholat akan habis atau sholat yang tidak bisa dijama’ (sholat subuh), maka sholat harus tetap dilaksanakan di waktu tersebut dalam keadaan apapun, meskipun kondisinya tidak bisa bersuci (wudhu atau tayamum).
Silahkan merujuk Fatwa dari Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad no. 027/DFPA/VII/1441, tentang “Nasehat dan Fatwa bagi Tim Medis”, yang dikeluarkan 28 Rajab 1441 H (23 Maret 2020 M).
Apa yang dimaksud sholat dengan keadaan apa adanya? Ya sholat dengan memakai APD.
Apakah boleh sholat dengan pakaian serba tertutup seperti itu? Sah kah jika ada yang menghalagi anggota sujud? Boleh dan sah InsyaAllah.
Para ulama sepakat bahwa yang paling afdhol bagi orang yang sholat adalah meletakkan dahinya (anggota sujud) langsung ke tanah (tanpa penghalang) ketika sujud, kecuali ada udzur. Dan para ulama berselisih pendapat tentang kewajiban hal itu, Imam Syafi’i berpendapat wajib, sementara jumhur ulama berpendapat sunnah, tidak wajib.
Di antara dalil jumhur adalah hadits Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, dia berkata,
كنا نصلي مع رسول الله صلى الله عليه وسلم في شدة الحر ، فإذا لم يستطع أحدنا أن يمكن جبهته من الأرض يبسط ثوبه فيسجد عليه
“Kami pernah sholat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saat udara sangat panas. Bila ada diantara kami yang tidak kuat meletakkan wajahnya di permukaan tanah, maka dia menghamparkan bajunya lalu sujud diatasnya” (HR. Bukhari, 1132 dan Muslim, 983).
Lalu bagaimana wudhunya? Jika bisa wudhu normal ya Alhamdulillah, atau berwudhu dulu sebelum memakai APD. Namun, jika kondisinya sangat sulit bahkan mustahil maka tidak mengapa sholat tanpa wudhu. Dalilnya adalah firman Allah,
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidaklah membebani seseorang kecuali sebatas kemampuannya” (QS. Al-Baqarah, 286).
إذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Jika kalian kuperintahkan melakukan sesuatu, maka lakukanlah semampu kalian” (HR. Bukhari, 7288).
Semoga Allah beri Taufik pada kita semua
Wallahu a’lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Selasa, 02 Sya’ban 1442 H/ 16 Maret 2021 M
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Beliau adalah Alumni STDI IMAM SYAFI’I Kulliyyatul Hadits, dan Dewan konsultasi Bimbingan Islam,
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله klik disini