Fiqih

Ragu Air Kencing/Madzi Menetes Waktu Shalat, Was-Was Setan?

Ragu Air Kencing/Madzi Menetes Waktu Shalat, Was-Was Setan?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan pembahasan mengenai ragu air kencing/madzi menetes waktu shalat, was-was setan? Selamat membaca.


Pertanyaan:

Bismillah. Ustadz bagaimana mengenai ragu-ragu akan air kencing/air madzi yang menetes waktu shalat. Sempat ana periksa kadang itu hanya perasaan saja karena tidak nampak bekas tetesan (kebiasaan), tetapi ada kalanya najis tersebut memang nampak.

Bagaimana jika ana lupa mengecek dan ternyata baru sadar pada waktu shalat lainnya. Apakah perlu diqadha shalat dalam kondisi terkena najis tersebut?

(Ditanyakan oleh Santri Kuliah Islam Online Mahad BIAS)


Jawaban:

Bismillah. Semoga Allah ta`ala senantiasa memberikan kebahagiaan kepada Anda dan kita semua.

Dalam permasalahan yang ditanyakan, ada dua kemungkinan yang terjadi, bahwa air yang keluar adalah sisa air seni yang belum benar benar selesai keluar dari kemaluannya atau ia adalah perasaan was-was yang datang dari setan. Sehingga, ada beberapa langkah yang hendaknya dilakukan oleh orang yang mendapatkan permasalahan tersebut:

1. Setelah menyelesaikan buang air kecilnya, hendaknya ia mencoba menunggu dan meyakinkan diri dengan gerakan atau posisi tertentu bahwa air seni sudah tidak tersisa lagi. Kemudian ia membersihkan kemaluannya dengan menggunakan air atau benda lain yang di perbolehkan untuk bersuci.

2. Bila hanya sesekali perasaan ini muncul, maka hendaknya ia meyakinkan diri dengan melihat di sekitar celana atau kemaluannya, bila benar air itu muncul dari sisa air seni, maka ia harus membersihkan celana dan sekitar kemaluannya dengan air.

Karenanya kenali ciri dan keadaan, yang dirasa bahwa air itu benar benar keluar. Bila jauh dari kebiasaan, maka abaikan saja karena hal tersebut adalah was-was setan.

3. Bila ternyata perasaan itu sering muncul, sehingga ia merasakan keraguan, seolah-olah ada air seni yang keluar setelah buang air. Bila setelah dicek sesekali, ternyata tidak dapatkan air apa pun di celananya, maka ketahuilah bahwa itu adalah was-was yang dihembuskan setan untuk menggoda dan merusak sholatnya.

4. Di antara cara untuk menghilangkan rasa was-wasnya, maka setelah buang air dan bersuci hendaknya ia mencipratkan. Sehingga nantinya ia tidak akan tergoda dengan rasa was-was yang sering muncul.

Dari cara tersebut maka ia meyakinkan dirinya bahwa ia dalam keadaan suci, sebagai bentuk untuk memerangi/menghilangi godaan setan.

Karenanya, ketika Nabi Muhammad sallahu alaihi wasallam ketika ditanya sahabanya,” wahai Rasulullah, ada seseorang yang yang merasa bahwa ia mendapatkan sesuatu (yang membatalkan) di dalam sholat?”

Maka Rasulullah bersabda,” Agar ia tidak berpaling (membatalkan sholatnya) sampai ia mendengar suara atau ia mendapatkan bau (kentut) “ sehingga nabi menyuruh supaya tidak berpaling dari sholatnya hanya gara-gara ilusi /keraguan belaka, sampai ia yakin telah mendengar suara atau mendapatkan bau.

Langkah di atas, sebagaimana yang telah difatwakan oleh Syekh Bin Baz di dalam salah satu fatwanya pada no: 3737, Nur Ala Darb pada kaset no 107 , Majmu Fatawa wa Maqoolat Syekh bin Baz : 10/122)

Apakah harus mengulang sholatnya?

Sholat yang dihasilkan dari wudhu yang sah, walaupun ada najis di badan atau baju yang tidak diketahuinya kecuali setelah selesai sholat, maka sholat yang dilakukannya adalah sah dan tidak perlu diulang. Karena syarat dan rukun sholat telah dilakukan. Namun, bila ia teringat di tengah sholat, bahwa ada najis yang belum dibersihkannya dari baju atau badannya maka ia batalkan sholatnya dan membersihkan badan atau bajunya terlebih dahulu. Bila barang itu bisa dilepas ketika sholat, seperti sandal, peci maka seketika itu juga ia bisa melepas barang najis tersebut dan tetap meneruskan sholatnya.

Sebagaimana yang dilakukan oleh nabi ketika di tengah sholat ia mengetahui bahwa sandal yang di pakainya adalah najis, maka Rasulullah melepasnya dan tetap meneruskan sholatnya.

Sebagaimana hadist dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu’anhu, “Rasulullah () ketika sedang shalat beliau melepas sandalnya. Maka para makmum pun melepas sandal mereka. Ketika selesai shalat Nabi bertanya, ‘mengapa kalian melepas sandal-sandal kalian?’

Para sahabat menjawab, ‘wahai Rasulullah, kami melihat engkau melepas sandal, maka kami pun mengikuti engkau.’ ‘(Adapun aku,) sesungguhnya Jibril mendatangiku dan mengabarkanku bahwa pada kedua pasang sandalku terdapat najis.

Maka jika salah seorang dari kalian mendatangi masjid, hendaknya ia lihat bagian bawahnya apakah terdapat najis jika ada maka usapkan sandalnya ke tanah, lalu shalatnya menggunakan keduanya’” (HR. Al-Hakim 1/541, Abu Daud no. 650, Al-Albani dalam Shahih Abu Daud menyatakan Shahih).

Berharap, Allah ta`ala menerima segala amal ibadah yang kita lakukan untuk mendapatkan ridho-Nya.

Wallahu ta`ala a`lam.

Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله
Senin, 17 Muharram 1443 H/ 15 Agustus 2022 M


Ustadz Mu’tashim Lc., M.A.
Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mu’tashim Lc., M.A. حفظه الله klik disini

Ustadz Mu’tasim, Lc. MA.

Beliau adalah Alumni S1 Universitas Islam Madinah Syariah 2000 – 2005, S2 MEDIU Syariah 2010 – 2012 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Syu’bah Takmili (LIPIA), Syu’bah Lughoh (Universitas Islam Madinah) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Taklim di beberapa Lembaga dan Masjid

Related Articles

Back to top button