Pindah ke Lingkungan yang Lebih Baik

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Pindah ke Lingkungan yang Lebih Baik, selamat membaca.
Pertanyaan:
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Afwan ustdz ijin bertanya, saya seorang ibu rumah tangga. Saya, suami dan anak ngontrak di lingkungan yang masih belum kenal Sunnah dan saya tidak betah tinggal di sini, dan juga khawatir terhadap perkembangan anak karena saya lihat anak-anak di sini ngomongnya pun pada kasar akhirnya saya melarang anak untuk main, jadi kami setiap hari hanya mengurung diri di rumah.
Kami ingin pindah ke lingkungan yang sudah kenal dan dekat dengan sekolah dan masjid yang sudah sunnah, namun sangat jauh dari tempat kerja suami dan juga kontrakannya lebih malah dan belum biaya lainnya, suami agak kurang inginnya untuk pindah namun karena beliau ingin memenuhi keinginan saya sebagai istrinya baliau mau pindah, tetapi saya merasa kasihan kepada suami,apa yang harus kami lakukan ustadz. Mohon jawabannya, Syukron.
جزاك اللهُ خيراً
(Disampaikan oleh Anggota Grup WA Sahabat BiAS)
Jawaban:
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.
Semoga Allah beri kemudahan kepada Anda dan keluarga anda untuk menjadi keluarga yang lebih baik, dengan berusaha untuk mencari lingkungan yang sudah paham agama demi pendidikan dan perkembangan keluarga Anda terutama anak. Mencari lingkungan yang baik memang dituntut bagi seorang yang ingin mengubah diri ke arah yang lebih baik, supaya tidak terpengaruh buruk dan ikut tercebur pada lubang maksiat yang dilakukan oleh orang-orang sekitar.
Atas alasan itulah di antaranya kenapa dahulu Nabi sallallahu alaihi wa sallam dengan para sahabatnya hijrah dari Makkah menuju Madinah, dan juga Nabi sallallahu alaihi wa sallam adalah orang yang mewanti-wanti supaya seseorang mencari teman dan sababat yang baik, karena teman yang baik kelak akan menjadi cermin bagi yang bergaul dengannya, Beliau sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. (HR. Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2/344, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami’ 3545).
Al Ghozali rahimahullah mengatakan, “Bersahabat dan bergaul dengan orang-orang yang pelit, akan mengakibatkan kita tertular pelitnya. Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat kita juga ikut zuhud dalam masalah dunia. Karena memang asalnya seseorang akan mencontoh teman dekatnya.” (Tuhfatul Ahwadzi, 7/42)
Dalam hadist yang lain Beliau bersabda:
أبي موسى الأشعري رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَثَلُ الجليس الصالح وجليس السوء؛ كحامل المسك ونافخ الكِير، فحامل المسك: إما أن يُحْذِيَك، وإما أن تبتاع منه، وإما أن تجد منه ريحاً طيبة، ونافح الكِير: إما أن يحرق ثيابك، وإما أن تجد منه ريحاً خبيثة (متفقٌ عليه).
Dari Abu Musa Al-‘Asy’ari radhiyallahu anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda: “Permisalan duduk dengan orang shalih dan duduk dengan orang jelek; seperti penjual minyak wangi dengan tukang besi, maka penjual minyak wangi: baik ia memberikan minyak wanginya kepadamu, atau kamu membeli minyak wanginya atau minimal kamu mendapatkan bau harum darinya adapun tukang besi: baik ia akan membakar pakainmu atau minimal kamu mendapatkan bau busuk darinya” (Mutafaqun alaihi).
Jadi, lingkungan itu merupakan komponen penting yang akan mempengaruhi baik buruknya seseorang, lingkungan baik harus dicari, demi kebaikan diri, anak, dan keluarga, kebaikan dunia yang kelak juga dampaknya kita harapkan juga mengantarkan pada kebaikan akhirat. Anda dan keluarga pindah itu adalah pilihan yang baik, semoga Allah mampukan anda secara rezeki dan diberikan kemudahan hidup. wallahu a’lam.
Wallahu Ta’ala A’lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله
Senin, 27 Rajab 1443 H/28 Februari 2022M
Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله
Beliau adalah Alumnus S1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta dan S2 Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله klik disini