ArtikelIbadah

Perhatikan Amalan Dzikirmu!

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Perhatikan Amalan Dzikirmu!

Saudaraku, semoga Allah Ta’ala merahmatimu. Sebagai seorang muslim, kita wajib patuh, tunduk dan berserah diri kepada ketentuan dan ketetapan Allah Yang Maha Kuasa, dan beramal untuk urusan akhirat dan dunia dengan memperhatikan rambu-rambu syariat yang ada dan tidak melanggarnya.
Di antara syariat yang mudah berlimpah pahala adalah berdzikir, berdzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, berusaha ikhlas di dalamnya, dan sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia.

Allah Yang Maha Pengasih Akan Mengingatmu

Aduhai alangkah bahagianya, ketika seorang hamba diingat oleh Sang Pencipta, dimana manusia boleh lupa akan segalanya. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala :

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ

“Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu”
(QS. Al-Baqarah [2]: 152).

Tidak mengherankan, ketika dahulu ada orang berkata; “Saya tahu kapan Allah Ta’ala mengingatku.”
Orang-orang pun merasa khawatir dengan ucapannya sehingga mereka pun bertanya, “Bagaimana kamu mengetahuinya?”
orang ini menjawab, “Saat aku mengingat-Nya, maka Dia mengingatku.”

Ingatlah amalan dzikirmu ini, semoga Allah Ta’ala mengingatmu dimana ketika itu engkau sangat butuh kepada pertolongan dan kasih sayang-Nya yang meliputi segala sesuatu. Bahkan amalan dzikir ini merupakan perintah Allah Yang Maha Kuasa kepada orang-orang yang beriman, sebagaimana dalam firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya.”
(QS. Al-Ahzab [33] : 41).

Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan hamba-Nya yang beriman dengan panggilan : Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan RasulNya serta melaksanakan SyariatNya, ingatlah Allah dengan hati kalian, lisan kalian dan anggota badan kalian dengan dzikir yang banyak.
Isilah waktu kalian dengan berdzikir kepada Allah di waktu pagi dan petang hari, setelah shalat fardhu dan ketika terjadi sesuatu secara tiba-tiba, karena hal itu adalah ibadah yang disyariatkan, mengundang kecintaan dari Allah, menahan lisan dari dosa, dan membantu kepada segala kebaikan, dengan cara memperbanyak mengingat Allah Ta’ala baik siang maupun malam dan baik sendiri maupun tidak, sesuai dengan tuntunan ajaran Islam yang mulia.

Jawaban Jitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam

Pernah suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang sebuah persoalan, sahabat Abdullah Bin Busr radhiallahu ‘anhu menjadi saksi atas kejadian tersebut :

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَىَّ فَمُرْنِى بِأَمْرٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. فَقَالَ  لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْباً مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ 

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam sangat banyak. Perintahkanlah padaku suatu amalan yang bisa kubergantung padanya.”
“Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berdzikir pada Allah,” 
jawab beliau.
(Hadits shahih. HR. Ahmad, 4/188), sanadnya shahih menurut Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Amalan dzikir ini secara zhahir berporos pada amalan lisan, sebagaimana hadits di atas. Hanya saja dalam prakteknya untuk mencapai kesempurnaan maka hati juga ikut berdzikir dan hal ini dibuktikan dengan amalan anggota badan.

Al Hafizh Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah pernah menceritakan keadaan sebagian orang-orang shaleh terdahulu (salaf), di antara mereka, ada yang bersengaja ke pasar hanya untuk berdzikir di sekitar orang-orang yang lalai dari mengingat Allah Ta’ala.
Beliau pun berkisah bahwa ada dua orang yang sempat berjumpa di pasar. Lalu salah satu dari mereka berkata, “Mari sini, mari kita mengingat Allah di saat orang-orang pada lalai dari-Nya.” Mereka pun menepi dan menjauh dari keramaian, lantas mereka pun mengingat Allah. Lalu mereka berpisah dan salah satu dari mereka meninggal dunia.
Dalam mimpi, salah satunya bertemu lagi temannya. Di mimpi tersebut, temannya berkata, “Aku merasakan bahwa Allah mengampuni dosa kita di sore itu dikarenakan kita berjumpa di pasar (dan lantas mengingat Allah Ta’ala).”
(Lihat Jaami’ul wal Hikam, 2/ 524).

Macam-Macam Dzikir

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menyebutkan bahwa dzikir itu ada tiga macam;

1. Dzikir Pujian, seperti:

سبحان الله، والحمد لله، ولا إله إلا الله، والله أكبر

“Maha Suci Allah, Segala Puji Bagi Allah, Tidak Ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah, Allah Maha Besar”

2. Dzikir Doa, seperti:

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”
(QS. Al A’raf: 23).

3. Dzikir Ri’ayah(penjagaan) :

Seperti ucapan orang yang ingat; Allah bersamaku, Allah Maha melihatku, Allah Maha menyaksikanku, dan ucapan – ucapan sejenis yang digunakan untuk memperkuat kehadiran bersama Ilmu Allah Yang Maha Tahu, dan di dalamnya terkandung ri’ayah (penjagaan) terhadap maslahat hati, dan menjaga adab bersama Allah Ta’ala serta melindungi diri dari kelalaian.
Di dalamnya juga terkandung pengajaran hati bagaimana bermunajat kepada Rabb Sang pencipta Dan Maha Raja diraja dengan beragam bentuk permunajatan dengan sirr (perlahan) dan hati.
(lihat Madarij As Salikin, Hal. 40).

Amalan Sunnah Yang Terang Benderang

Suatu amalan akan berbuah manis ketika engkau selalu menimbang dan mengukurnya dengan tuntunan Nabi yang mulia, sehingga pahala yang berlimpah yang engkau dapatkan dan bukan sebuah penolakan alias tak diterima, termasuk didalamnya, amalan dzikir.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiallahu ‘anha,

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.”
(HR. Bukhari, no. 20 dan Muslim, no. 1718).

Aturan Dzikir Dari Rasulullah

Oleh karena itu, Ada beberapa hukum yang berkaitan dengan dzikir yang perlu diperhatikan oleh seorang muslim,

– Berhenti berdzikir (amalan lisan) pada kondisi-kondisi sebagai berikut dan pindah ke bentuk dzikir yang lain:

1. Apabila seseorang mengucapkan salam atasnya, maka dia wajib membalas salamnya.
2. Apabila ada yang bersin di sisinya lalu memuji Allah (mengucapkan Tahmid), maka dia harus membaca Tasymit (Yarhamukallah).
3. Jika khotib telah mulai dalam khutbah jumat.
4. Jika dia mendengar muadzin, maka dia wajib menjawabnya, karena menjawab orang yang adzan adalah wajib menurut pendapat yang lebih kuat.
5. Sekiranya dia melihat kemungkaran, maka hendaklah dia menghilangkannya, atau dia melihat sebuah kema’rufan maka hendaklah dia memerintahkannya, karena keduanya adalah wajib.
6. jikalau dia dikalahkan oleh kantuk, maka hendaklah dia tidur, karena boleh jadi manakala dia tetap berdzikir justru dia akan mendoakan celaka atas dirinya sendiri.

–  Yang lebih afdhal dan utama agar membaca dzikir dengan sirr (pelan), karena hal ini lebih menunjukkan kepada kekhusyu’an hati, merasa butuh,  dan dalam keadaan sedang bermunajat kepada Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Kecuali yang disyariatkan untuk diucapkan secara jahr (lantang), semisal Talbiyah, Adzan,  Iqomah, Takbir dua hari raya, Tahni’ah (ucapan selamat) pernikahan, dan lainnya.

– Dzikir Jama’i (Dzikir kolektif, bersama-sama) termasuk tidak syariatkan, karena pada asalnya dzikir amalan lisan itu adalah dilakukan sendiri-sendiri dan inilah yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabatnya radhiallahu ‘anhum ajma’in.
Wallahu Ta’ala A’lam. (
lihat pembahasan lebih lengkap dalam kitab, Dzikrullah, hal. 12-13).

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menganugerahkan kita semua, lisan yang senantiasa basah berdzikir kepadaNya.  ~ Aamiin Ya Rabbal  ‘Aalamiin ~

 

Disusun oleh:
Ustadz Fadly Gugul حفظه الله
(Dewan Konsultasi Bimbinganislam.com)



Ustadz Fadly Gugul حفظه الله
Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits), Dewan konsultasi Bimbingan Islam

Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Fadly Gugul حفظه الله تعالى klik disini

Ustadz Fadly Gugul, S.Ag

Beliau adalah Alumni S1 STDI Imam Syafi’I Jember Ilmu Hadits 2012 – 2016 | Bidang khusus Keilmuan yang pernah diikuti beliau adalah Takhosus Ilmi di PP Al-Furqon Gresik Jawa Timur | Beliau juga pernah mengikuti Pengabdian santri selama satu tahun di kantor utama ICBB Yogyakarta (sebagai guru praktek tingkat SMP & SMA) | Selain itu beliau juga aktif dalam Kegiatan Dakwah & Sosial Dakwah masyarakat (kajian kitab), Kajian tematik offline & Khotib Jum’at

Related Articles

Back to top button