IbadahKonsultasi

Pahala Membaca Al Quran Mengalir Kepada Keluarga?

Pendaftaran Grup WA Madeenah

Pahala Membaca Al Quran Mengalir Kepada Keluarga?

Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang pahala membaca al quran mengalir kepada keluarga?
selamat membaca.

Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Ustadz dan keluarga selalu dalam kebaikan dan lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ustad, ana mau bertanya. Jika kita membaca Al Qur’an apakah pahalanya akan mengalir kepada keluarga kita?
Syukron

(Disampaikan oleh Fulanah, penanya dari media sosial bimbingan islam)


Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du

Membaca Al-Qur’an termasuk amalan yang besar

Diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan RosulNya. Allah Ta’ala berfirman:

فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ

Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Quran.
(QS. Al-Muzammil/73: 20)

Rosululloh sholallohu ‘alaihi was sallam bersabda:

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemohon syafa’at bagi ash-haabul Qur’an (orang yang mengamalkannya)”.
(HR. Muslim, no: 804, dari Abu Umamah Al-Bahili)

Kebaikan amal sholih hanya untuk pelakunya sendiri.

Allah Ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.”
(QS. Fushshilat/41: 46)

Ibnu Katsir rohimahulloh (wafat th 774 H) berkata:

“Allah Ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri”, yaitu manfaatnya akan kembali kepada dirinya sendiri.
“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri”, yaitu kecelakaannya akan menimpa dirinya sendiri.
“Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya”, yaitu Allah tidak akan menghukum kepada hamba kecuali dengan sebab dosa. Dan Dia tidak akan menyiksa seorangpun kecuali setelah tegaknya hujjah (argument) kepadanya, dan mengutus Rasul kepadanya”.
(Tafsir Ibnu Katsir, 7/185)

Allah Ta’ala juga berfirman:

 أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى (38) وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى (39)

“Bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”
(QS. An-Najm/53: 38-39)

Imam asy-Syaukani rohimahulloh (wafat th 1250 H)  berkata menjelaskan firman Allah Ta’ala: “Bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain”, maknanya: seseorang tidak akan dihukum dengan sebab dosa orang lain.”
(Tafsir Fathul Qadir, 5/137)

Beliau juga menjelaskan firman Allah Ta’ala: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”, maknanya: manusia tidak memiliki kecuali pahala usahanya dan balasan perbuatannya, amalan seseorang tidak memberi manfaat orang lain”.

Dalil umum ini dikhususkan dengan (dalil-dalil lain), seperti firman Allah Subhana wa Ta’ala:

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ

“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka”.
(QS. Ath-Thuur/52: 21)

Dan seperti syafa’at para Nabi dan malaikat kepada manusia, syari’at doa orang hidup untuk orang-orang yang telah mati, dan semacamnya. Tidak benar orang yang mengatakan bahwa ayat ini mansukh (dihapus hukumnya) dengan perkara-perkara itu. Karena dalil khusus tidak menghapus dalil umum, tetapi mengkhususkannya. Maka semua dalil yang menunjukkan manusia mendapatkan manfaat bukan dengan usahanya, merupakan perkara yang dikhususkan dari ayat yang umum ini”.
(Tafsir Fathul Qadir, 5/137-138)

Orang tua mendapatkan pahala dari amal sholih anak

Sesungguhnya manusia hanyalah memiliki amal yang dia lakukan dan dia usahakan saja. Dan anak termasuk usaha orang tua. Oleh karena itulah amal shalih anak otomatis merupakan amal bagi kedua orang tuanya yang mukmin. Hal itu tanpa mengurangi pahala anak sedikitpun. Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:

إِنَّ مِنْ أَطْيَبِ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ وَوَلَدُهُ مِنْ كَسْبِهِ

“Sesungguhnya termasuk yang paling baik yang dimakan oleh seseorang adalah dari usahanya, dan anaknya termasuk usahanya.”
(Abu Dawud, no: 3528; Tirmidzi, no. 1358; Nasai, no. 4451; Ibnu Majah, no. 2137. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Namun menghadiahkan pahala amal, pahala bacaan Al-Qur’an atau semacamnya, sebagaimana dilakukan banyak orang, maka pendapat yang kuat adalah tidak sampai. Karena hal itu tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan para sahabat. Seandainya hal itu benar, pastilah para sahabat telah melakukannya, karena mereka adalah generasi yang sangat bersemangat  terhadap kebaikan.

Semua itu disyaratkan iman

Namun semua kebaikan yang ada di akhirat, termasuk manfaat syafa’at, doa orang yang mendoakan, pahala kebaikan anak, dan lainnya, semua itu disyaratkan iman. Oleh karena itu Nabi Ibrohim ‘alaihis salam, yang merupakan Rosul ulul ‘Azmi, tidak mampu memberikan manfaat untuk ayahnya di akhirat. Allah Ta’ala juga berfirman:

وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ

“Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun”.
(QS. At-Taubah/9: 114)

Di dalam sebuah hadits yang shohih disebutkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: ” يَلْقَى إِبْرَاهِيمُ أَبَاهُ آزَرَ يَوْمَ القِيَامَةِ، وَعَلَى وَجْهِ آزَرَ قَتَرَةٌ وَغَبَرَةٌ، فَيَقُولُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ: أَلَمْ أَقُلْ لَكَ لاَ تَعْصِنِي، فَيَقُولُ أَبُوهُ: فَاليَوْمَ لاَ أَعْصِيكَ، فَيَقُولُ إِبْرَاهِيمُ: يَا رَبِّ إِنَّكَ وَعَدْتَنِي أَنْ لاَ تُخْزِيَنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ، فَأَيُّ خِزْيٍ أَخْزَى مِنْ أَبِي الأَبْعَدِ؟ فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: ” إِنِّي حَرَّمْتُ الجَنَّةَ عَلَى الكَافِرِينَ، ثُمَّ يُقَالُ: يَا إِبْرَاهِيمُ، مَا تَحْتَ رِجْلَيْكَ؟ فَيَنْظُرُ، فَإِذَا هُوَ بِذِيخٍ مُلْتَطِخٍ، فَيُؤْخَذُ بِقَوَائِمِهِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ “

Dari Abu Huroiroh, dari Nabi sholallohu ‘alaihi was sallam, beliau bersabda: “Pada Hari Kiamat Nabi Ibrohim akan bertemu ayahnya, Aazar. Wajah Aazar terdapat asap hitam dan debu
Maka Nabi Ibrohim akan berkata, “Bukankah aku telah berkata kepadamu, “Janganlah engkau bermaksiat kepadaku!”.
Ayahnya akan berkata, “Hari ini aku tidak akan bermaksiat kepadamu!”.

Maka Nabi Ibrohim akan berkata, “Wahai Rabb, Engkau telah berjanji kepadaku, bahwa Engkau tidak akan menghinakanku pada Hari seluruh manusia akan dibangkitkan. Lalu kehinaan mana yang lebih hina dari ayahku yang jauh (dari rohmatMu)!”.

Maka Alloh Ta’ala menjawab, “Sesungguhnya Aku telah mengharamkan sorga terhadap orang-orang kafir”.
Kemudian dikatakan, “Wahai Ibrohim, apa yang ada di bawah kedua kakimu?”
Lalu Nabi Ibrohim melihat, ternyata ayahnya menjadi hewan sembelihan yang berlumuran darah. Maka hewan itu dipegangi kaki-kakinya lalu dilemparkan ke dalam neraka”.
(HR. Bukhori, no. 3350)

Kesimpulan

Bahwa semua amal sholih, termasuk membaca Al-Qur’an, pahalanya hanya akan bermanfaat bagi pelakunya, bukan bagi seluruh keluarga. Namun orang tua mendapatkan manfaat dari amal sholih, dengan disyaratkan adanya iman.

Dengan kemurahan Allah Ta’ala, Alloh akan mengumpulkan orang-orang yang beriman dan anak cucu mereka yang beriman di sorga yang tinggi sesuai dengan amal sholihnya, walaupun sebagian anak cucu itu amalannya tidak mencapai derajat sorga yang tinggi tersebut.

Hendaklah kita selalu bersyukur atas nikmat iman, islam, dan sunnah. Dan semoga Alloh selalu memberikan taufiq kebaikan kepada kita semua, dan menjauhkan dari segala keburukan. Wallohu a’lam bish showwab.
pahala membaca al quran

Disusun oleh:
Ustadz Muslim Al-Atsari حفظه الله
Jum’at, 09 Sya’ban 1441 H/ 03 April 2020 M



Ustadz Muslim Al-Atsari حفظه الله
Beliau adalah Pengajar di Pondok Pesantren Ibnu Abbas As Salafi, Sragen
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Muslim Al-Atsari حفظه الله 
klik disini

Ustadz Muslim Al-Atsary

Beliau adalah Pengajar di Pondok Pesantren Ibnu Abbas As Salafi, Sragen

Related Articles

Back to top button