
Mulailah dengan Tauhid (Bagian ke-3)
Melanjutkan pembahasan pada bagian sebelumnya Mulailah dengan Tauhid (Bagian 2), masih mengenai urgensi atau pentingnya kita memulai dakwah dan tarbiyah mengenai Tauhid yakni mengesakan Allah ‘azza wa jalla. Berikut lanjutan tentang poin-poin pentingnya tauhid.
Tauhid adalah perintah pertama dan Syirik larangan pertama
Allah berfirman:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَ الْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَالَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَالاَ تَعْلَمُونَ
Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-A’raf: 33)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ
Hindarilah tujuh perkara yang membinasakan. Para sahabat bertanya, “Apakah (tujuh perkara) itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Syirik (menyekutukan) Allah.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam penyebutan kata syirik pada urutan pertama terdapat isyarat bahwa syirik merupakan dosa yang paling besar sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya.
Tauhid Adalah Kebaikan Yang Paling Besar
وقد سُئِل النبي صلى الله عليه وسلم : أي العمل أفضل؟ فقال صلى الله عليه وسلم: إيمان بالله ورسوله
Rasulullah pernah ditanya, Amalan apa yang paling utama? beliau menjawab: Iman Kepada Allah dan Rasul-Nya.
وسُئِل النبي – صلى الله عليه وسلم -: أيُّ الذنب أعظم عند الله؟ فقال صلى الله عليه وسلم : أن تجعل لله ندًّا، وهو خلقك
Rasulullah pernah ditanya dosa apa yang paling besar di sisi Allah? Beliau menjawab; Engkau menjadikan sekutu bagi Allah sedangkan Dia yang menciptakanmu. (HR. Bukhari: 7520, dan Muslim: 86).
Tauhid adalah Syarat Diterimanya Amal
Firman Allah Ta’ala:
{قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya sembahan kalian adalah sembahan Yang Esa”. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110)
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah ketika mengomentari ayat di atas:
وَهذانِ ركُنَا العملِ المتقَبَّلِ. لاَ بُدَّ أن يكونَ خالصًا للهِ، صَوابُا عَلَى شريعةِ رَسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم.
Ini adalah dua syarat sebuah amalan itu diterima yaitu harus ikhlas karena Allah dan harus sesuai dengan syariat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Tafsir Ibnu Katsir)
Tauhid adalah Hak Allah atas Hamba-Nya
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku:
يَامُعَاذُ ، أَتَدْرِيْ مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ ، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ ؛ قَالَ: حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوْهُ وَلَا يُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا ، وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا. قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ ، أَفَلَا أُبَشِّرُ النَّاسَ ؟ قَالَ: لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوْا
Wahai Mu’adz! Tahukah engkau apa hak Allâh yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi oleh Allâh?’ Aku menjawab, ‘Allâh dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, “Hak Allâh yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah mereka hanya beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi Allâh ialah sesungguhnya Allâh tidak akan menyiksa orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah! Tidak perlukah aku menyampaikan kabar gembira ini kepada orang-orang?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Janganlah kausampaikan kabar gembira ini kepada mereka sehingga mereka akan hanya bersandar (kepada hal ini dan tidak beramal shalih).” (HR. Al-Bukhari, no. 2856, 5967, 6267, 6500, 7373 dan Muslim, no. 30).
Tauhid Menghapus Dosa-dosa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits qudsi:
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
Allah Tabaraka wa ta’ala berfirman, “Wahai, anak Adam! Sungguh selama engkau berdoa kapada-Ku dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni semua dosa yang ada pada engkau, dan Aku tidak peduli. Wahai, anak Adam! Seandainya dosa-dosamu sampai setinggi awan di langit, kemudian engkau memohon ampunan kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dan Aku tidak peduli. Wahai, anak Adam! Seandainya engkau menemui-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi, kemudian menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan Aku sedikit pun, tentulah Aku akan memberikan pengampunan sepenuh bumi.” (HR. At-Tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani).
Tauhid, Sebab Mendapatkan Keberkahan
Allah berfirman;
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri” (QS. Al-A’raf : 96)
Dalam ayat yang mulia ini Allah menjelaskan, seandainya penduduk negeri-negeri merealisasikan dua hal, yakni iman dan taqwa, niscaya Allah akan melapangkan kebaikan (kekayaan) untuk mereka dan memudahkan mereka mendapatkannya dari segala arah.
Bersambung…
Ditulis Oleh:
Ustadz Abu Rufaydah, Lc., MA. حفظه الله
(Kontributor Bimbinganislam.com)
Ustadz Abu Rufaydah, Lc., MA. حفظه الله
Beliau adalah Pengasuh Yayasan Ibnu Unib Cianjur dan website cianjurkotasantri.com
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Abu Rufaydah, Lc., MA.حفظه الله klik disini