Mewakafkan Seluruh Harta Setelah Meninggal
Mewakafkan Seluruh Harta Setelah Meninggal
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang mewakafkan seluruh harta setelah meninggal.
selamat membaca.
Pertanyaan :
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ustadz, bolehkah kita mewakafkan seluruh harta setelah kita meninggal (warisan) untuk dakwah Islam kalau kita tidak punya keturunan dan sedang single?
Saudara terdekat yang dimiliki hanyalah paman dan bibi.
Syukran.
(Disampaikan oleh sahabat BiAS).
Jawaban :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.
Tidak Boleh Lebih dari 1/3 Harta
Pada dasarnya, mengalokasikan harta untuk dakwah adalah sebuah kemuliaan, perkara yang sangat dianjurkan. Namun ketika bersinggungan dengan hak orang lain seperti warisan untuk ahli waris maka syari’at telah memberikan aturan tidak boleh lebih dari 1/3 harta. Sebagaimana kisah sahabat yang ingin bersedekah dengan 2/3 harta kekayaannya
يَا رَسُولَ اللَّهِ بَلَغَ بِي مِنْ الْوَجَعِ مَا تَرَى وَأَنَا ذُو مَالٍ وَلَا يَرِثُنِي إِلَّا ابْنَةٌ لِي وَاحِدَةٌ أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَالِي؟
“Wahai Rasulullah, engkau telah melihat kondisi sakitku dan aku memiliki harta yang melimpah sedangkan tidak ada yang mewarisiku kecuali seorang anak perempuan. Maka apakah aku boleh menginfakkan 2/3 hartaku?”
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam pun menjawab, “Tidak”
Ditanya lagi, bagaimana jika ½? Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab lagi, “Tidak”
Baru ketika diturunkan menjadi 1/3 diizinkan oleh Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam sembari menjelaskan,
وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ
“Dan sepertiga (masih tetap) banyak. Sejatinya jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan kekurangan dengan menengadahkan tangannya kepada manusia” (HR. Bukhari, 4057).
Pertanyaannya, apakah Paman dan Bibi termasuk ahli waris? Tentu saja yang lazim ditanyakan dalam waris adalah jalur Ayah, bukan dari jalur Ibu. Maka Paman itu termasuk ahli waris ashobah, sementara Bibi bukan termasuk ahli waris, ia adalah Dzawil Arham atau Anggota keluarga yang tidak mendapat jatah waris.
Ahli Waris Ashobah
Apa maksud Paman termasuk ahli waris ashobah? Maksudnya adalah paman mendapat semua jatah waris atau sisa waris, selama tidak terhalang oleh kerabat yang lebih dekat kepada mayit.
Maka Paman akan mendapat jatah waris selama sang mayit tidak memiliki anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara kandung, saudara sebapak, anak saudara sekandung, anak saudara sebapak.
Kesimpulan
Jadi menanggapi pertanyaan diatas, silahkan alokasikan untuk dakwah namun tidak lebih dari 1/3 harta, selanjutnya sisa harta akan menjadi warisan hak paman selama tidak terhalang dengan kerabat yang kita sebutkan diatas.
Semoga Allah beri taufik pada kita semua.
Wallahu A’lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Kamis, 18 Sya’ban 1442 H/ 1 April 2021 M
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Beliau adalah Alumni STDI IMAM SYAFI’I Kulliyyatul Hadits, dan Dewan konsultasi Bimbingan Islam,
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله klik disini