
Mertua Mencium Kening Menantu, Bagaimana Hukumnya?
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan mertua mencium kening menantu, bagaimana hukumnya? Selamat membaca.
Pertanyaan:
Bismillah. Ahsanallahu ilaikum. Ustadz izin bertanya. Bagaimana batasan aurat mertua perempuan di hadapan menantu laki-lakinya?
Dan apakah boleh mertua mencium kening menantunya? Seperti yang biasa mertua lakukan ke anak-anaknya? Syukron. Jazaakallahu khairan.
(Ditanyakan oleh Santri Akademi Shalihah)
Jawaban:
Aurat perempuan di hadapan para mahramnya seperti ayahnya, saudaranya, keponakannya, atau masuk juga menantunya adalah seluruh badan si perempuan kecuali sesuatu yang biasa tampak, seperti wajah, rambut, leher, dua lengan dan dua kakinya, Allah berfirman:
وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ
“Dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita”. (QS. al-Nur:31).
Dalam situs Islamqa di bawah bimbingan Syaikh Muhammad Solih al-Munajjid dikatakan:
فأباح الله تعالى للمرأة أن تبدي زينتها أمام بعلها ( زوجها ) ومحارمها ، والمقصود بالزينة مواضعها ، فالخاتم موضعه الكف ، والسوار موضعه الذراع ، والقرط موضعه الأذن ، والقلادة موضعها العنق والصدر ، والخلخال موضعه الساق .
“Allah memperbolehkan bagi perempuan untuk menampakkan perhiasannya di depan suaminya, juga di hadapan mahram-mahramnya, dan yang dimaksud dengan perhiasan adalah tempat-tempat diletakkannya perhiasanan itu, cincin tempatnya di jari-jari (telapak tangan), gelang di tangan, anting di telinga, kalung tempatnya di leher dan dada bagian atas, juga gelang kaki tempatnya di kaki/betis”.
Lihat: https://islamqa.info/
Juga diperbolehkan ibu mertua mencium kening menantunya, sebagaimana menantu mencium kening ibu mertuanya jika tujuannya adalah pemuliaan dan penghormatan dan jauh dari potensi fitnah syahwat, karena antara ibu mertua dengan menantu itu hubungan mahramnya adalah selamanya.
Disebutkan dalam beberapa kitab berikut:
قال في “الإقناع” (3 / 156): “ولا بأس للقادم من سفر بتقبيل ذوات المحارم، إذا لم يخف على نفسه، لكن لا يفعله على الفم، بل الجبهة والرأس“. انتهى.
Dalam kitab al-Iqna’ juz:3 hal:156 disebutkan: “Tidak mengapa bagi orang yang datang dari safar mencium perempuan-perempuan mahramnya jika ia tidak takut atas dirinya (tercebur dalam fitnah), namun tidak dilakukan ciumannya di mulut, akan tetapi dilakukan di kening atau kepala”.
Berkata Ibnu Muflih al-Hanbali:
وَتُبَاحُ الْمُعَانَقَةُ وَتَقْبِيلُ الْيَدِ وَالرَّأْسِ تَدَيُّنًا وَإِكْرَامًا وَاحْتِرَامًا مَعَ أَمْنِ الشَّهْوَةِ
“Dibolehkan memeluk (sesama mahram) juga mencium tangan dan kepala atas dasar religiusitas dan pemuliaan, atau penghormatan dengan syarat aman dari fitnah”. (Lihat: al-Aadab al-Syar’iyyah, juz:2, hal:247).
Dari paparan di atas, boleh bagi ibu mertua Anda untuk mencium kening menantunya, dengan syarat aman dari fitnah (syahwat).
Wallahu a’lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله
Jumat, 18 Dzul’qodah 1443 H/17 Juni 2022 M
Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله
Beliau adalah Alumnus S1 Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta dan S2 Hukum Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Setiawan Tugiyono, M.H.I حفظه الله klik di sini