
Merekalah yang Telah Dijamin Oleh Allah
Taqwa adalah salah satu sebab utama untuk mendapatkan pertolongan Alloh, dan diantara orang-orang yang bertaqwa ada yang telah mendapatkan jaminan, maka berbahagialah mereka yang terjamin atas pertolongan-Nya. Siapakah mereka yang telah terjamin itu?
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Hakim dari sahabat Abu Huroiroh rodhiallohu ‘anhu, yang juga telah dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani rohimahulloh, ada tiga golongan yang telah mendapat jaminan pertolongan dari Alloh Jalla wa ‘Alaa.
Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُم : الْمُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُكَاتَبُ يُرِيدُ الأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ يُرِيدُ الْعَفَافَ
“Tiga golongan yang Alloh wajibkan atas diri-Nya untuk menolong mereka : Orang yang berjihad di jalan Alloh, Mukatab (budak) yang ingin menebus dirinya, dan Orang yang menikah dengan tujuan menjaga kehormatan dirinya”
(HR Ahmad 2/251, Tirmidzi 4/184, Nasa’i 6/61, Ibnu Majah 2518, Al-Hakim dalam Al-Mustadrok 2/160. Imam Tirmidzi mengatakan Hadits Hasan. Al-Hakim menyatakan Shohih berdasarkan syarat Muslim dan disetujui oleh Ad-Dzahabi )
Saudaraku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh Alloh, maksud dari lafal حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُم adalah sebuah kepastian atau kewajiban bagi Alloh untuk menolong golongan yang dijanjikanNya. Dan janji Alloh pastilah benar, Alloh Jalla wa ‘Alaa berfirman :
قُلۡ أَتَّخَذۡتُمۡ عِندَ ٱللَّهِ عَهۡدٗا فَلَن يُخۡلِفَ ٱللَّهُ عَهۡدَهُ
“Katakanlah: “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”
(QS Al-Baqoroh 80)
وَلَقَدۡ صَدَقَكُمُ ٱللَّهُ وَعۡدَهُ
“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu”
(QS Ali Imron 152)
وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٗاۚ وَمَنۡ أَصۡدَقُ مِنَ ٱللَّهِ قِيلٗا
“Allah telah membuat janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah”
(QS An-Nisa 122)
Dijanjikannya pertolongan pada tiga golongan tersebut juga menunjukkan beratnya urusan mereka, kalaulah Alloh Jalla wa ‘Alaa tidak menolong urusan hamba-hambaNya secara umum niscaya tidak akan selesai, karena seluruh urusan hamba senantiasa membutuhkan pertolonganNya, apalagi pada urusan-urusan berat yang dipikul oleh tiga golongan diatas.
Siapa Saja yang Ditolong Allah
Mereka yang telah dijanjikan pertolongan-Nya adalah :
1. Orang yang berjihad di Jalan Alloh
Pintu masuk dan landasan Islam adalah dua kalimat syahadat, tiang penyangganya adalah lima sholat wajib, dan puncaknya adalah jihad di jalan Alloh. Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda;
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ
“Asas suatu perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak perkaranya adalah jihad”
(HR Tirmidzi 2616)
Melalui wasilah jihad inilah Islam dimenangkan, dihormati, dan tersebar luas ke seluruh penjuru dunia, bahkan menjadi agama terbesar di dunia.
Jihad makna umumnya bersungguh-sungguh, dan bentuknya tidak selalu dengan mengangkat senjata, walaupun itulah yang utama jika dibutuhkan. Jihad juga bisa dengan ilmu, mulai dari menuntut ilmu, menyampaikannya via lisan, tulisan, ataupun media.
Karena jihad ini perkara yang agung maka persiapannya pun tidak bisa diremehkan, baik itu persiapan fisik ataupun persiapan bathin. Seorang mujahid bukan hanya dituntut kuat ototnya dan lihai bela dirinya, tapi juga kuat dzikirnya dan rajin sholat malam serta tilawahnya.
Persiapan jihad ini harus diiringi dengan pendekatan diri kepada Alloh, sebab kekuatan fisik para mujahid di medan perang juga berbanding lurus dengan kualitas kedekatannya kepada Alloh. Jika kita perhatikan musuh-musuh Alloh itu fisiknya besar, tegap, kekar, tetapi susah menang, hal itu karena sumber kekuatan dan ketergantungan mereka pada asupan gizi, teknologi, serta hal-hal duniawi lainnya.
Sedangkan kaum muslimin sumber kekuatannya ada pada ruhaninya dan kebergantungannya pada Alloh Dzat Yang Maha Kuat.
Kabar gembiranya, persiapan jihad yang tidak mudah ini Insya Alloh juga akan mendapat pertolongan dari Alloh sebagaimana golongan orang-orang yang berjihad dijalanNya, selama ia lakukan dengan ikhlas dan benar-benar mengharap ridhoNya
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”
(QS Al-‘Ankabut 69)
2. Budak yang ingin menebus dirinya
Ada beberapa cara bagi budak untuk bebas, ada yang bebas dengan meninggalnya sang majikan, (setelah diputuskan oleh majikan) maka ini disebut Mudabbar.
Ada pula yang bebas dengan menebus diri mereka pada harga tertentu yang disepakati bersama majikan, maka ini disebut Mukatab, dan inilah yang menjadi dalam bahasan kita.
Apabila ada hamba sahaya yang sedang berusaha menebus dirinya secara baik itu tunai atau kredit, Insya Alloh ia termasuk golongan yang diberikan pertolongan oleh Alloh.
Kenapa demikian? Karena ketika seseorang menjadi budak, kehidupan pribadi dan ibadahnya pasti dibatasi, bahkan dilarang. Sebagaimana yang dialami oleh Bilal bin Robah rodhiallohu ‘anhu yang sembunyi-sembunyi dalam mengesakan nama Alloh dikarenakan majikannya kafir.
Maka wajar jika ada budak yang ingin membebaskan dirinya agar bisa bebas beribadah termasuk golongan yang pasti ditolong Allah Jalla wa ‘Alaa
Lalu bagaimana jika dizaman sekarang sudah tidak ada lagi perbudakan?
Apakah berarti tidak ada lagi pahala besar membebaskan budak?
Jawabannya ada, disebutkan dalam hadits riwayat Tirmidzi ada amalan yang pahala besarnya setara dengan membebaskan budak, yakni thowaf.
عَنْ ابْنِ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يُزَاحِمُ عَلَى الرُّكْنَيْنِ زِحَامًا مَا رَأَيْتُ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُهُ، فَقُلْتُ: يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ، إِنَّكَ تُزَاحِمُ عَلَى الرُّكْنَيْنِ زِحَامًا مَا رَأَيْتُ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُزَاحِمُ عَلَيْهِ، فَقَالَ: إِنْ أَفْعَلْ، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّ َسْحَهُمَا كَفَّارَةٌ لِلْخَطَايَا وَسَمِعْتُهُ، يَقُولُ: مَنْ طَافَ بِهَذَا البَيْتِ أُسْبُوعًا فَأَحْصَاهُ كَانَ كَعِتْقِ رَقَبَةٍ وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: لَا يَضَعُ َقدَمًا وَلَا يَرْفَعُ أُخْرَى إِلَّا حَطَّ اللَّهُ عَنْهُ خَطِيئَةً وَكَتَبَ لَهُ بِهَا حَسَنَةً
Dari Ibnu Ubaid bin Umair dari ayahnya : Bahwasanya Ibnu Umar berdesak-desakkan untuk mencapai dua rukun (Rukun Hajar Aswad dan Rukun Yamani), yang hal itu sepengetahuanku tidak dilakukan oleh sahabat Nabi yang lain.
Lalu aku bertanya : “Wahai Abu Abdirrahman (Ibnu Umar), engkau berdesak-desakkan saat penuh sesak agar dapat mencapai dua rukun, satu sikap yang tidak pernah seorangpun dari kalangan sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam melakukannya?”
Kemudian ia menjawab : “Aku tidak layak dicela karena ini, karena aku mendengar Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya menyentuh keduanya akan menghapuskan dosa-dosa”
Dan saya mendengar Nabi Sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa thowaf di Ka’bah tujuh kali dan menyempurnakannya (memperhatikan syarat dan adabnya), maka pahalanya adalah seperti membebaskan budak”
Dan saya mendengar Nabi Sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda : “Tidakklah seseorang yang thowaf meletakkan salah satu kakinya, dan melangkahkan yang lainnya melainkan Alloh akan hapus kesalahannya dengannya, dan dituliskan baginya kebaikan”
[HR Tirmidzi 959]
Semoga Alloh beri pertolongan untuk bisa mendapatkan pahala besar sebagaimana membebaskan budak dengan memberi kemudahan pada kita semua untuk bisa Thowaf di Baitulloh.
3. Orang yang menikah dengan tujuan menjaga kehormatan dirinya
Maksud dari golongan ketiga ini bukanlah orang yang menikah dan menganggap pernikahannya sebagai bagian siklus kehidupannya saja. Tapi orang yang menikah dengan maksud menjaga kemaluannya dari zina, homo, liwath, dan sebagainya.
Orang yang sudah terfitnah dengan lawan jenisnya, sudah menggebu syahwatnya, sudah tidak fokus pikirannya, yang seperti inilah yang akan ditolong oleh Alloh Jalla wa ‘Alaa.
Oleh karena itu, menikah harus diniatkan untuk ibadah dengan menjalankan sunnah Nabi, sebab barang siapa yang menghidupkan sunnah, ia tercatat sebagai orang yang mencintai Nabi, dan kelak bersama Beliau di surga-Nya. Dengan niat ini pula, menikah menjadi sakral dan bernilai pahala yang besar.
Terlebih lagi menjaga diri dari zina dizaman sekarang amatlah berat. Ajakan dan godaan untuk berzina sudah masuk ke dalam semua lini kehidupan baik dengan cara sembunyi-sembunyi hingga terang-terangan.
Belum lagi dengan berkembangnya teknologi informasi, sarana internet seperti surga bagi orang-orang bersyahwat tinggi yang tidak punya iman, penyebaran konten porno bisa sangat cepat tersebar dan tanpa filter.
Karena itulah Imam Ath-Thibi rohimahulloh menjelaskan bahwa golongan ini (Orang yang menikah dengan tujuan menjaga kehormatan dirinya) adalah yang paling berat, beliau berkata :
وَأَصْعَبُهَا الْعَفَافُ لِأَنَّهُ قَمْعُ الشَّهْوَةِ الْجِبِلِّيَّةِ الْمَرْكُوزَةِ فِيهِ
“Dan yang paling berat adalah menjaga kesucian diri dari perzinahan, karena itu berarti memutus syahwat alamiah yang melekat kuat dalam diri seseorang”
[Tuhfatul Ahwadzi, 5/242]
Maka wajar jika orang yang menikah demi menjaga kesucian dan kehormatan diri layak mendapatkan predikat sebagai golongan yang dijanjikan pertolongan Alloh Jalla wa ‘Alaa.
Semoga Alloh mudahkan para bujangan yang telah terfitnah syahwat untuk segera menikah.
Wallahu A’lam,
Wabillahittaufiq.
Disusun oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
(Dewan Konsultasi Bimbinganislam.com)
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Beliau adalah Alumni STDI IMAM SYAFI’I Kulliyyatul Hadits, dan Dewan konsultasi Bimbingan Islam,
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله klik disini