Menyikapi Orang Tua yang Condong Pada Satu Anak

Menyikapi Orang Tua yang Condong Pada Satu Anak
Pertanyaan :
بسم اللّه الرحمن الر حيم
السلام عليكم ورحمةالله وبركاته
Ustadz, Bagaimana cara menyikapi orangtua yang lebih condong ke salah satu anaknya?
Serta, Apakah pintu surga buat para istri, apa masih kedua orangtuanya atau suami ustadz?
Jazākallāhu khayran
Tanya Jawab AISHAH – akademi shalihah
(Disampaikan Oleh Fulanah – SahabatAISHAH Pekanbaru)
Jawaban :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
alhamdulillāh wa shalātu wa salāmu ‘alā rasūlillāh.
Menyikapi Orang Tua yang Condong pada Satu Anak
Apabila yang dimaksudkan adalah kecondongan hati dalam perihal cinta dan sayang, maka hal tersebut termasuk sesuatu yang tidak mampu dilawan oleh manusia, Allah berfirman:
وَلَن تَسْتَطِيعُوا أَن تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ ۖ فَلَا تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ
“Kalian tidak akan sanggup untuk berbuat adil diantara istri – istri kalian (dalam masalah cinta) walaupun kalian berusaha, maka janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung”.
(QS. An-nisa’ : 129).
Ashan’any berkata :
Yang dimaksud kecenderungan disini adalah dalam masalah pembagian dan infaq bukan masalah kecintaan karena hal tersebut diluar kendali seorang hamba.
(subulus salam :2/238).
Yang dilarang adalah kecondongan ketika pembagian harta dan lainnya maka orang tua dituntut untuk adil dan tidak boleh untuk melebihkan sebagian yang lain dan membiarkan yang lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ
“Bertaqwalah kalian kepada Allah dan berbuat adillah diantara anak-anak kalian”.
(HR Bukhari : 2398).
Maka ana nasihatkan, sebagai anak hendaklah kita bersabar, karena penderitaan orang tua ketika melahirkan dan membesarkan kita jauh lebih besar daripada apa yang kita rasakan, sembari mencoba untuk berbicara dan menasihati mereka dengan cara yang terbaik dan penuh kelembutan.
Patuhi Suami, Maka Bagimu Surga
Adapun untuk masalah kedua, ketika seorang istri menikah maka dia lebih wajib untuk mematuhi suaminya daripada orang tuanya, namun bukan berarti anak perempuan tidak berbakti lagi kepada kedua orang tuanya, namun dia harus lebih mendahulukan suaminya daripada orang tuanya selama dalam permasalahan yang tidak berselisihan dengan syariat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Apabila seorang istri melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan ta’at kepada suaminya, niscaya akan dikatakan kepadanya; ‘Masuklah kamu ke dalam syurga dari pintu mana saja yang kamu inginkan’.”
(HR Ahmad : 1573, dishahihkan oleh syaikh Albany).
Wallahu a’lam,
Wabillahit taufiq.
Dijawab dengan ringkas oleh :
Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله
Jum’at, 15 Dzulhijjah 1440 H / 16 Agustus 2019 M
Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله تعالى
Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits), Dewan konsultasi Bimbingan Islam
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله تعالى klik disini