Memulai Dakwah Dengan Lemah Lembut dan Banyak Minta Tolong Pada Allah

Memulai Dakwah Dengan Lemah Lembut dan Banyak Minta Tolong Pada Allah
Para pembaca Bimbinganislam.com yang baik hati berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang memulai dakwah dengan lemah lembut dan banyak minta tolong pada Allah.
Silahkan membaca.
Pertanyaan :
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Semoga Allah Azza wa Jalla selalu menjaga Ustadz & keluarga.
Ustadz, saya mau minta nasehatnya.
Saya baru pindah ke kampung halaman setelah dua tahun kontrak di tempat lain. Saya menjadi imam di masjid dekat rumah karena makmumnya kebanyakan masih anak-anak yang belum baligh dan sudah baligh namun belum paham fiqih.
Kemudian beberapa hari terakhir ini, setelah saya selesai mengimami sholat, jamaah membuat jamaah baru dan mengulang sholatnya.
Setelah saya tanya, ternyata ini adalah instruksi guru sekolah dan RT jangan makmum dibelakang saya, katanya aliran saya beda. Ya Allah…..
Maka bagaimana sikap saya ustadz?
(Disampaikan oleh Fulan, Disampaikan oleh sahabat BiAS BN08-22195)
Jawaban :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillāh
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du
Ayyuhal Ikhwan wal Akhwat baarakallah fiikum Ajma’in.
Dalam setiap hubungan sosial di antara masyarakat, khususnya dalam masalah dakwah, perbanyaklah memohon pertolongan dan segala pintu taufiq kepada Allah Ta’ala, doakan hidayah bagi kaum yang belum mengetahui ilmu yang benar, dan banyak bersabar di atasnya.
Hadapi mereka dengan ilmu dan akhlak yang mulia, jumlah ahlus sunnah yang mengikuti kebenaran di setiap waktu itu sedikit, maka yang sudah sedikit ini kita rawat, dan perkuat kualitas dan kuantitasnya, tentunya semua itu adalah berkat taufiq dan pertolongan dari Allah Ta’ala yang Maha Mulia lagi Maha Perkasa.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”
(QS. Luqman: 17).
Merupakan sebuah keniscayaan dalam setiap sendi kehidupan, bahwa setiap manusia pasti akan diuji sesuai dengan kadar keimanannya. Setiap diri kita akan diuji pada titik-titik kelemahan kita agar Allah Ta’ala mengetahui (Dan Dia lah Yang Maha Tahu semua perkara; sebelum, sedang berlangsung dan sesudahnya) siapa yang berhak untuk dinaikkan derajat ketakwaannya dan mana hamba yang masih harus diuji pada titik yang sama karena belum mampu melampaui ujian yang diberikan.
Ingatlah, Allah Yang Maha Bijaksana akan terus menguji pada persoalan yang sama, selama kita belum mampu melewatinya, hingga kita berhasil melaluinya dengan baik. Firman Allah Ta’ala:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’ sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
(QS. al-Ankabut: 2-3)
Wallahu a’lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Rabu, 24 Dzulqo’dah 1441 H / 15 Juli 2020 M
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
Beliau adalah Alumni STDI Imam Syafi’i Jember (ilmu hadits), Dewan konsultasi Bimbingan Islam
Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Fadly Gugul حفظه الله تعالى klik disini